12

18 2 0
                                    

Happy reading y'all🌞

(♡˙︶˙♡)

Hari-hari berikutnya, Yura sudah kembali beraktifitas seperti biasa. Ada beberapa perubahan yang terlihat dihidup Yura. Salah satunya ia jadi sedikit takut dengan makanan maupun minuman kantin pasca kejadian yang lalu. Alhasil, Yura membawa bekal atau kalau ada uang lebih, ia memilih opsi pesan antar.

Keadaan lainnya tak jauh beda dari biasanya. Tugas-tugas tetap menumpuk meskipun hanya ditinggal selama tiga hari. Yura hampir-hampir putus asa karena ia melewati banyak sekali mata pelajaran penting. Seperti kimia, biologi, ataupun fisika. Terkira Yura hanya diam dibangku nya seharian demi mengerjakan dan menyalin tugas-tugas tersebut.

"Eh, kantin gak Ra?"

Lia berujar sambil menatap Yura prihatin. Karena, sejak istirhat pertama Yura masih disibukkan dengan masalah pertugasan duniawi.

"Nggak, duluan aja Li, gua nitip permen aja deh ya," Yura menjawab dengan pandangan yang tak teralihkan dari buku catatannya.

"Oke, chat aja kalau mau yang lain. Entar gue pilihin yang sehat." Lia menjawab seadanya. Setelahnya Lia, Rayna, Yuna dan Caca pergi ke kantin.

Kalau-kalau Yura sedang berada di dunia kartun atau anime favoritenya, kira-kira saat ini otak Yura sedang dipenuhi oleh kepulan asap. Yura tengah berfikir keras. Apakah jawaban yang ia tulis saat ini sudah tepat apa belum. Sambil menekan-nekan tombol bolpoin di tangan kanannya, rambut acak-acakannya, dan tangan kiri yang memegang dahinya, tiba-tiba Yura merasakan sensasi dingin yang merambat di pipi kiri nya. Ia menoleh, rasa canggung menyelimuti Yura mengingat hal yang sempat terjadi itu selalu menghantui Yura.

"Serius banget kayaknya?" Ia menarik minuman kaleng dingin itu dari pipi mulus Yura. Setelahnya mendaratkan bokong di tempat duduk Lia.

Yura hanya tersenyum kikuk. Menoleh kesana kemari guna memperhatikan situasi. Apakah kawan-kawan kelasnya menatapnya aneh atau tidak. Tapi nihil. Mereka seolah tak peduli.

"Ya, kelihatannya gimana?" Yura menjawab sekenanya. Sambil mengalihkan kembali fokusnya pada tugas-tugasnya.

"Nih, pasti lo butuh yang seger-seger. Apalagi, dilihat-lihat materinya susah-susah semua kayanya?" Ia menyodorkan sekaleng minuman itu kehadapan Yura.

Yura menatap kaleng minuman itu sekilas. Minuman favoritenya... Terlihat sangat-sangat menggiurkan. Tapi, Yura tetap diam dan mengabaikan lawan bicaranya. Ia tak mau jatuh sebelum tahu kepastian sebetulnya. Yura harus memastikan, yang kemarin itu candaan atau ungkapan betulan?

"Ck," Sang lawan bicara mendecak gemas. Ditarik kembali kaleng minuman favorite Yura, dibukakan lah tutupnya. "Bilang dong, kalau gak bisa buka tutupnya. Nih," Ia menyodorkan kembali kaleng minuman itu.

Yura menghela nafas. Ia memutuskan menarik kaleng minumannya. Sang lawan bicara hanya tersenyum simpul. Menatap side profile Yura yang sedang menikmati sekaleng minuman itu dalam diam. Entah karena kebucinan yang akut atau bukan, rasanya yang ada di diri Yura terlalu imajinatif untuk dunia yang sangat realistis ini.

Merasa di perhatikan, Yura menoleh. Ia berusaha menekan detak jantungnya yang menggila. Siapa yang tidak gugup kalau ditatap seperti ini?! Coba, jelaskan!

"Gak usah segitunya kali liatin gue nya?" Yura memutar bola matanya malas. Sang lawan bicara hanya terkekeh pelan. Sambil mengusap-usap kepala Yura pelan. Sontak Yura melotot tajam.

"Eh! Angkasa! Bener-bener ya, lo!" Yura menepis telapak tangan Angkasa yang lebar itu dari kepalanya yang dipastikan rambutnya lepek. "Lo tuh," Seketika Yura yang menggebu-gebu menghela nafasnya perlahan. "Udah dateng gak di undang, buat onar di kelas orang, lagi! Udah-udah sana balik ke habitat lo!" Yura berujar dengan nada jengkel namun terdengar menggemaskan ditelinga Angkasa. Sambil mendorong-dorong bahu Angkasa yang lebar. Nyatanya, tak membuahkan hasil apa-apa.

Angkasa hanya tertawa. Yura semakin jengkel. Teman-teman kelasnya penasaran. Tapi mereka memilih tidak mengurusi persoalan Yura. "Lo tuh," Angkasa menarik Yura agar bisa berhadapan dengannya. "Baru sembuh juga, jangan stress-stress entar sakit lagi," Angkasa meletakkan tangannya dipundak Yura. Menepuk-nepuknya dengan perlahan. "Kata Lia, lo gak mau ke kantin, makanya gue bawain ini. Ya, ini aja sih abisnya gue lupa bawa dompet. Hehe, entar deh gue beliin makanan enak. Oke gak?" Angkasa berbicara seperti seorang Ayah yang tengah memberi petuah pada anak semata wayangnya.

"Iya iya terserah lo deh," Yura mengalihkan pandangannya. Enggan bersitatap dengan Angkasa yang hobi menatap Yura dengan tatapan bulatnya.

Yura kembali berkutat dengan tugas-tugasnya. Semuanya tenang sebelum Angkasa berulah lagi.

"Yura,"

"Hm?"

"Yura, ih!"

Yura berdecak kesal. "Apaansih?"

"143,"

Niat mau galak, malah di luluh lantahkan kayak gini. Gak adil banget, kan? Yura kembali memfokuskan dirinya pada buku catatan didepannya. Sebetulnya pikiran Yura sudah tidak waras setelah Angkasa mengujarkan kata itu lagi.

"Kenapa diem aja? Lo gak tahu maksud gue?"

Yura semakin pura-pura mencatat tugas.

"Oh, mau dijelasin?"

Yura masih bungkam. Entah ada angin dari mana, Angkasa tiba-tiba berdiri dari kursi yang ia duduki.

"Halo teman kelasnya Yura. Kayanya gak usah kenalan lagi, ya? Gue cuma mau bilang, tolong mundur ya, kaum adam semuanya. Karena, sebentar lagi, Yura bakal gue jadiin bakdhskdbsk—"

Aksi bar-bar Angkasa itu langsung dibekuk oleh Yura sendiri. Yura membekap mulut bar-bar Angkasa dengan erat. Ia tak membayangkan kehebohan apa yang tercipta kalau kata itu keluar.

"Hehe, gak jadi ya guys. Ini mengadi-ngadi banget," Yura menarik paksa Angkasa untuk keluar kelasnya.

Sesampainya diluar kelas, Yura menatap Angkasa tajam. "Mau lo apa sih, Sa? Gue tendang sekarang juga, nih. Mau?"

Yang ditanya malah cengengesan. "Hehehe, ampun nyai. Abisnya, Gue gemes banget sama lo!" Angkasa mencubit pelan pipi Yura.

"Ck, sono sono. Balik ke habitat lo,"

Angkasa pasrah. Ia menuruti kemauan Yura.
"Iya iya, gue balik ke kelas, ya," Angkasa kembali mengusap pelan kepala mungil Yura. "143, Ra." Dan setelahnya, ia melangkahkan kakinya sambil sesekali melambaikan tangan pada Yura.

Saat kembali kekelas, Kehebohan terjadi.

"CIEEE YURAAAA. PJ DONG PJ? EH TAPI, MASIH GANTENGAN LUKAS KAN?"

Yura menghela nafasnya kasar. Here we go again.

Ditengah hiruk pikuk kelas, ada hal yang baru kalian ketahui saat ini. Tetapi, Yura sama sekali tidak tahu.

"Gue... telat ya?"


(♡˙︶˙♡)

TO BE CONTINUED.

Hi all, kayanya aku gak bakal taro part panjang-panjang banget deh ya.. Soalnya kalau kebanyakan suka sakit mata gak sih? Anyway.. Have a great day!

Written at 9th of march 2021

Letting GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang