15

15 3 0
                                    

Hi guys i'm back 😀

[h a p p y • r e a d i n g]

〒_〒

Kalau kalian bertanya apa mata pelajaran yang sangat dihindari oleh Yura, jawabannya adalah Fisika. Karena katanya, Fisika membuat semua hal yang awalnya mudah, jadi sangat rumit. Contohnya, Bola melambung saja harus dihitung berapa ketinggiannya. Meja di geser saja harus dihitung berapa energi yang dikeluarkan.

Kalau ditanya untuk apa, Yura juga tidak tahu. Tapi yang pasti, di dunia ini tidak ada ilmu yang tidak berguna. Jadi ya, mau bagaimana lagi. Sudah tuntutan seorang murid yang duduk di jurusan MIPA.

"Ah anjir. Kenapa gue masuk jurusan ini, sih?!" Yura mengeluh kesekian kalinya. Menatap horor papan tulis yang penuh dengan angka dan tulisan itu.

"Kenapa dulu gak minta pindah jurusan?" Lia menyauti sambil fokus mencatat materi yang ada.

"Gue orangnya gak mau ribet. Gue ikutin aja hasil penjurusan dari psikotes waktu itu," Yura menelungkupkan kepalanya dan menoleh malas pada Lia. "Lagian Bunda gue juga pasti sibuk sih. Gak ada waktu buat ngurusin perpindahan jurusan yang sangat ribet itu."

Lia mengangguk paham. Karena dari yang ia tahu, keluarga Yura memang sangat gila kerja. "Yaudah, seenggaknya lo nyatet materi nya dah. Nanti yang gak lo pahamin bisa gue bantu."

Yura hanya mengangguk malas. Tetapi ia tidak melaksanakan apa yang dikatakan oleh Lia. Ia tetap mempertahankan posisi tubuhnya saat ini.

Lagian, siapa sih yang tidak suka posisi menelungkupkan setengah badan di meja? Yura seratus persen yakin semua orang menyukainya. Apalagi jika mata pelajarannya membosankan seperti Fisika atau Matematika.

Saat sedang asyik-asyik nya melamun, Yura terdistraksi oleh kedatangan para anggota Osis dan MPK. Sepertinya mereka punya pengumuman penting.

Disamping itu, sebelum Yura duduk tegap seperti sekarang ini, Lia dengan heboh menepuk pundak Yura. "Ra, Ra! Bangun oi itu siapa tuh yang ngomong di depan!"

Dengan sangat malasnya Yura memperbaiki posisi duduknya. Tetapi setelahnya ia tidak menyesali keputusan yang ia pilih.

"Selamat pagi menjelang siang semuanya!"

"Siang!" Serentak orang-orang yang ada di ruangan ini menyaut.

"Gue Angkasa, perwakilan Osis dan MPK sekaligus ketua pelaksana acara pentas seni sekolah, bakalan ngasih tahu info penting nih. Jadi, Gue harap temen-temen semua perhatiin apa yang gue dan temen-temen gue sampaikan." Angkasa terlihat mempersilahkan temannya yang lain untuk melanjutkan.

"Sebelumnya, ibu Lina, kami mohon izin mengganggu waktu nya ya, bu." Gadis yang Yura tidak tahu namanya itu meminta izin dengan sopan. Dan disetujui oleh ibu Lina. Setelahnya melenggangkan kaki dari tempat ia berdiri.

"Oke, nama saya Lita. Sekertaris dari acara pentas seni kali ini," Lita seperti mrmbagikkan sebuah kertas yang penuh dengan tinta hitam. "Ini kami bagikan formulir pendaftaran bagi teman-teman yang bersukarela mendaftarkan dirinya untuk jadi bagian dari panitia pensi."

Suasana kelas menjadi muram. Karena ya... Lagi? Wajar sih, acara besar jadi membutuhkan sumber daya manusia yang banyak juga.

"Oh iya, kalaupun nanti tidak ada yang menyalonkan, kami akan tetap merekrut siapa saja. Karena sebetulnya kalian akan jadi perwakilan dari tiap-tiap kelas." Angkasa kembali menambahkan dengan tegas.

Dan respon orang-orang kelas masih sama. Bahkan ada yang protes. Lukas misalnya.

"Hadeh, gini nih.. Punya wajah ganteng pastinya bakal di rekrut mulu nih." Yang guyonannya berakhir menghidupkan suasana kelas.

Setelahnya Angkasa dan teman-temannya yang lain meninggalkan kelas. Sepertinya mereka akan pergi ke kelas lain juga.

Selepas itu, Yuna, Rayna, Chaery menghampiri bangku Yura.

"Woy, ikut daftar kaga nih?" Rayna berujar duluan.

"Gue sih kayaknya enggak deh. Princess gak mau nanti disuruh jualan risol." Yuna menimpali dengan ekspresi lebay nya. Diakhiri dengan pukulan sebal dari Rayna. Dan Chaery  tertawa paling keras.

"Gue nggak juga sih. Soalnya mau ngisi acaranya. Kalau jadi panitia kan, ribet." Chaery akhirnya bersuara setelah berlama-lama tertawa.

Kami hanya mengangguk. Menimbang-nimbang. Lia sudah pasti tidak ikut. Mengingat kondisi fisiknya yang tidak mendukung. Sedangkan Yura? Hm, mari kita lihat.

"Kayaknya gue mau daftar deh."

"HAH?!"

Begitulah reaksi heboh mereka. Pasalnya, Yura paling anti mengikuti hal yang tidak biasanya ia ikuti.

"Ck. Bucin mah beda ya." Lia terkekeh.

"Gini nih, yang lagi kasmaran emang beda banget." Chaery menimpali dan diangguki oleh Rayna dan Yuna.

Yura hanya memutar bola matanya malas. "Gak gitu juga ya! Mana ada motivasi masuk kepanitiaan kayak gitu?"

Mereka membalas dengan memutar malas bola matanya juga. "Ck, kalian tuh ya, bawaannya suudzon mulu," Yura mengambil ancang-ancang untuk menjelaskan. "Dengerin nih, lo semua tau kan, abang gue siapa?"

Mereka mengangguk malas.

"Nah, karena itu! Gue ini ibarat sebuah jembatan koneksi antara band terkenal masa kini dan pentas seni sekolah ini. Bisa untung gede lah sekolah kita!"

"OOOOH, GITU?????" Mereka sengaja ber-oh ria dengan besarnya.

"Iya, lah!"

Obrolan selesai. Kami kembali ke bangku masing-masing karena bu Lina kembali kedalam kelas lalu memberikan tugas rumah.

Didalam kebisingan disudut ruang kepalanya, Yura memiliki alasan dan jawaban tersendiri. Dan hanya Ia yang tahu kebenarannya.

 ̄へ ̄

To be continued...

Thankyou for reading!

Letting GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang