22

9 1 0
                                    

Eyyooo, how is it going? Anywayssss,

Happy Reading~

Long short story, setelah kejadian pengeroyokan tiba-tiba itu, jalinan pertemanan yang sudah renggang semakin menunjukkan tanda-tanda ketidakbersamaan. Setiap ada anak tongkrongan sebelah yang lewat, pasti selalu berakhir diintrogasi atau disoraki. Tapi tak sedikit juga kejadian yang hampir menyulut emosi.

Kata Lukas, ini murni masalah internal Haikal dan Lintang—yang Yura bahkan tidak tahu siapa dia—tetapi, sampai saat ini, Lintang tidak diketahui dimana ia berada. Seperti hilang ditelan bumi.

Yura yang awalnya sangat tidak peduli dan tidak ingin mencampuri urusan per-tongkrongan ini jadi ikut andil dalam pemecahan masalah ini. Karena sahabatnya, Rayna juga jadi terbawa masalah ini.

Yura, Lia, Yuna dan Caca duduk melingkar mendengar penjelasan Lukas dan Malik dengan serius. Beberapa kawan kelasnya juga tak kalah serius mendengarkan.

"Balik sekolah ini kita bakal datengin markasnya si Lintang. Lo semua kalau mau menegakkan keadilan, ayo ikut!" Lukas menyerukan sebuah orasi yang klise itu dengan menggebu.

"Cewek boleh ikut kaga?" Yura menyaut. Lukas membelalakkan matanya terkejut.

"Boleh boleh," Lukas mengangguk antusias. Namun sepersekon kemudian ia merubah mimik wajahnya menjadi serius. "Kalau lo mau berakhir jadi kayak Rayna."

Yura hanya memutar bola matanya malas. Mendesis tidak suka karena ia merasa diremehkan. Namun ia hanya abai karena ucapan Lukas tidak sepenuhnya serius.

"Paling gue bakal cari tahu sendiri nanti," Yura membatin serius.

"Lagian Ra, jangan aneh-aneh deh. Segitu Rayna ikut bela diri aja tetep luka. Apalagi kita yang gak punya dasar bela diri apa-apa." Lia menyaut sambil menepuk pelan bahu Yura dengan gemas. Yura hanya menggeleng tak peduli.

"Eh, tapi serius itu, si Lintang-Lintang itu emang biang kerok setiap masalah antar sekolah? Aneh banget hidupnya kayak yang gak mau damai." Caca mengutarakan fikiran yang sedari tadi mengganggunya.

"Setahu gue, orang tuanya itu pejabat kota gitu. Anak broken home yang pengen perhatian lebih, jadi dia buat masalah sebanyak mungkin supaya dianggap anak sama orang tuanya," Malik bersuara dengan lugas. "Tapi, dari banyaknya masalah yang dia buat, itu berarti dia belum bisa mencapai tujuan yang ingin dia capai."

"Duh, nyusahin banget sih. Lagian dia aneh juga, orang lain pengen hidup gak ada beban, kok dia malah seenaknya nambah-nambahin? Gak jelas." Yuna menggerutu kecil. Yang lainnya hanya terkekeh sambil sesekali mengangguk setuju dengan pendapat Yuna.

"Ya gitu deh. Balik sekolah ini gue sama anak-anak bakal turun."

"Awalnya gue gak percaya lo anak tongkrongan, Lik. Aneh aja gitu." Yura berseru kecil.

"Haha, hidup terlalu sayang kalau belajar terus. Sesekali lakuin hal yang menantang lah, Ra."

Malik dan Lukas pamit dari pandangan Yura. Mereka pergi menemui teman-teman yang lain. Hingga ia lihat di depan kelas, Malik dan Lukas menyambut hangat jabatan tangan Hazel.

"Lah, gue gak tau si Haje anak tongkrongan. Sejak kapan dah?" Caca berujar dengan antusias.

Yura juga sebetulnya tidak tahu. Karena Hazel tipe orang yang sangat tertutup dan tidak menceritakan kehidupan pribadinya.

"Ya, mana gue tau cer. Lo tahu kan pas sama gue, dia orangnya gimana." Yura menjawab dengan malas.

"Oh, sorry Ra. Gue gak maksud nyinggung memori lama. Maaf yaa huhu." Caca yang merasa bersalah itu lantas memeluk lengan Yura erat-erat tanda maaf.

Letting GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang