32. AZIMA

346 45 24
                                    

"Jangan mudah percaya dengan apa yang kamu dengar, karena tidak selamanya perkataan orang lain itu benar."

~Azima~

_________^^_________

"Kamu tau dari mana, ada penjual nasi goreng dari Indonesia yang berjualan dikuliner pinggir jalanan ini?" tanya Shakeel memecahkan keheningan di dalam mobilnya.

"Saya beberapa kali makan di sana, tapi mungkin si bapaknya nggak ingat sama muka saya."

"O, gitu."

"Hm."

"Pak apa saya boleh bertanya?"

"Boleh, mau tanya apa?"

"Rekan bisnis Bapak yang tadi berasal dari Indonesia juga yah?"

"Iya, lihat aja tadi kan mereka menyapa kita dengan bahasa Indonesia. Tapi kenapa kamu menanyakan hal itu?"

"Nggak apa-apa Pak, saya hanya penasaran saja."

Shakeel hanya menganggukkan kepalanya sambil memarkirkan mobilnya di parkiran apartemen.

"Kalau boleh tahu, kenapa Bapak mengembangkan bisnis Bapak di negara ini, kenapa nggak di Indonesia saja?"

"Kamu penasaran dengan hidup saya yah?" Shakeel tak menjawab pertanyaan Azima, ia malah balik bertanya.

Azima menghentikan langkahnya tepat di depan pintu apartemennya. "Nggak Pak, saya hanya bertanya-tanya kenapa Bapak memilih tinggal di negara ini, sementara semua keluarga Bapak ada di Indonesia."

"Untuk melupakan masa lalu saya," ucap Shakeel singkat, sementara Azima hanya terdiam saja saat mendengar alasan Shakeel menetap di sana.

"Maaf Pak, jika pertanyaan saya membuat Bapak merasa tak nyaman."

"Tidak masalah, saya suka karena kamu sudah tidak canggung lagi untuk berbicara denganku."

Azima lagi-lagi dibuat terkejut dengan apa yang Shakeel ucapkan.

"Terima kasih telah menemani saya," ucap Shakeel kembali sambil tersenyum tipis menatap Azima, dan Azima pun menganggukkan kepalanya.

"Selamat malam."

"Malam Pak," jawab Azima singkat lalu masuk ke dalam apartemennya. Shakeel pun berjalan menuju kamar apartemennya.

Setelah membersihkan tubuhnya, Azima mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya.

Azima menatap foto seorang pria yang ia ambil secara diam-diam saat berada di pesta tadi. Foto itu menampakkan wajah Yuda dan seorang pria lain tengah berbincang.

Azima sedikit bingung, jika ini adalah rekan bisnis Shakeel yang berasal dari Indonesia, terus mengapa Yuda ada di sana, sementara Yuda adalah bawahan Shakeel. Sebenarnya apa yang tengah mereka lakukan?.

🍃🍃🍃


Mentari telah memancarkan sinarnya, Azima yang sedari tadi berlari pun menghentikan langkahnya dan menghirup udara segar di pagi ini.

Selepas salat subuh ia memilih joging di sekitar gedung apartemennya. Rasanya minggu pagi ini sudah lama ia idam-idamkan.

Olahraga pagi hampir saja tak pernah ia lakukan lagi semenjak menjadi mata-mata di perusahaan Shakeel.

Berangkat pagi dan pulang sore, belum lagi jika ada misi mendadak yang membuatnya semakin lelah, hingga tak mampu melakukan olahraga walau hanya sebentar saja.

Azima menatap jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul setengah tujuh, ia memilih untuk mengakhiri jogingnya di pagi ini dan berlari menuju apartemennya.

Baru saja ia memasuki kamar apartemennya, suara dering handphone sudah menyambutnya.

Azima mengembuskan napasnya lalu berjalan untuk mengambil ponselnya.

Fahreza is calling

Azima yakin, ada misi lagi yang harus ia selesaikan.

"Assalamu'alaikum Bang,"

"Waalaikumsalam."

"Ada apa Bang?"

"Ini mengenai pria yang bersama Yuda di pesta semalam."

"Abang mengenalnya?"

"Lebih baik kamu bersiap-siap dan segera datang ke apartemen Hana. Kita bahas semuanya di sana."

"Baik Bang."

Azima meletakkan ponselnya begitu saja di atas kasur lalu beranjak menuju kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Azima mengemudikan mobilnya menuju apartemen Hana, entah informasi apa lagi yang timnya dapatkan kali ini.

Azima mematikan mesin mobilnya dan memasuki lift menuju kamar Hana.

Setibanya di sana, Amar dan juga Fahreza sudah lebih dulu tiba. Tapi mereka masih menunggu Azima sebelum membahas semua bukti yang mereka dapatkan.

"Ada apa si? Kenapa pada diam saja?" tanya Azima yang tak mengerti dengan tatapan semua orang yang tertuju kepadanya.

"Nggak pa-pa, kita semua memang lagi nungguin kamu," ucap Fahreza dengan senyuman tipis yang terukir di bibirnya.

"Ya sudah, karena semua sudah ngumpul, ayo kita bahas semua bukti yang kita dapatkan," ucap Fahreza kembali dan Hana pun mengeluarkan sebuah kertas putih yang memperlihatkan identitas bosnya.

Azima menatap wajah pria tersebut. Pria yang bersama Yuda di pesta anniversary rekan bisnis Shakeel.

"Dia kan pria yang bersama Yuda," ucap Azima sambil memperhatikan Hana yang tengah memegang kertas tersebut.

"Iya betul. Dia yang mengelola restoran makanan siap saji tempatku bekerja, dan juga dia adalah salah satu dari komplotan Yuda atau dengan kata lain dia juga salah satu dari komplotan pengedar narkoba yang sedang kita incar saat ini," jawab Hana.

"Cara mereka mengedarkan barang ilegal tersebut, dengan menyisipkan barang terlarang itu ke dalam makanan siap saji yang telah disusun sedemikian rupa hingga karyawan yang lain tak mengetahuinya, tapi dengan bantuan CCTV dan juga alat penyadap yang ku letakkan di area dapur pun membantu kita untuk mengumpulkan bukti-bukti," ucap Hana kembali dan mereka bertiga masih memperhatikan apa yang Hana ucapkan.

"Yuda sudah melakukan hal tersebut selama hampir setahun terakhir ini. Ia memesan makanan siap saji lalu memberikan pada orang-orang yang bekerja untuknya." Hana terdiam sejenak memberi jeda dan menghirup udara di sekitarnya.

"Namun, yang paling membuatku penasaran yaitu semua transaksi pembelian makanan siap saji yang di dalamnya disisipkan obat terlarang tersebut atas nama perusahaan Shakeel," lanjut Hana dan ucapannya barusan membuat Azima begitu terkejut. Entah mengapa ia tak percaya dengan apa yang baru saja Hana ucapkan.

"Apa kamu yakin, pembayaran barang tersebut atas nama perusahaan Shakeel?" tanya Fahreza.

"Saya yakin Bang. Saya telah mencari semua bukti mengenai transaksi pembelian dan itu benar atas nama perusahaan Shakeel," jawab Hana sambil menunjuk bukti pembayaran.

Azima membulatkan matanya saat menatap bukti yang Hana berikan. Lagi-lagi ia tak bisa percaya bahwa Shakeel juga terlibat dalam hal ini.

"Tapi ..." ucap Hana pelan, membuat semua mata kini tertuju padanya menunggu ucapan yang akan keluar dari mulutnya.

🍃🍃🍃🍃🍃

Kira-kira Shakeel terlibat apa nggak?

Gimana perasaan Azima, jika Shakeel benar-benar terlibat?

Yuk tetap baca part selanjutnya dan jangan lupa untuk ninggalin jejak vote and coment.

🧚🧚🧚

AZIMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang