18. AZIMA

433 51 26
                                    

"Jangan lupa berdo'a agar saya tidak muncul dimimpimu."

~ Shakeel Faeyza Farzan ~

Happy Reading 💛


"Azima, izinkan aku mengenalmu lebih dekat. Aku mencintaimu Azima."

Netra Azima membulat, detak jantungnya terpacu lebih cepat dari biasanya.

Perkataan Shakeel benar-benar membuatnya terkejut, ia tak percaya bagaimana mungkin targetnya jatuh cinta pada dirinya.

Namun dibalik rasa terkejutnya, ada sedikit desiran aneh di hatinya, entah apa itu tapi rasanya sangat menyentuh seakan memberikan sebuah rasa yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

"Azima kenapa kamu diam saja? Apa ucapan saya membuatmu merasa tak nyaman?"

"Maaf Pak, bukan begitu, saya hanya tidak menyangka dengan apa yang Bapak ucapkan tadi."

"Apa saya tidak diizinkan untuk mencintaimu?"

"Bukan begitu Pak, semua orang berhak untuk mencintai siapa pun. Tapi bagaimana mungkin Bapak mencintai saya, sementara Bapak sendiri baru mengenal saya?"

"Bahkan saya sudah menyukaimu sebelum saya melihat wajahmu Azima."

"Maksud Bapak?"

"Suatu saat kamu akan tahu."

Azima terdiam merasa heran, namun tak lama ia pun menjawab pernyataan Shakeel. "Terima kasih, Bapak sudah mencintai saya..." Azima terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Tapi, alangkah lebih baiknya jika Bapak memikirkannya sekali lagi, sebab bisa saja Bapak menyukai saya karena kita sering bertemu. Mungkin itu bukan cinta Pak tapi rasa penasaran saja sebab Bapak sendiri belum mengenal saya seutuhnya."

"Apa kamu tidak percaya dengan perasaan saya?"

"Bukan tidak percaya Pak. Tapi coba Bapak pikirkan jika Bapak di posisi saya, apa Bapak akan yakin dengan perasaan seseorang yang baru mengenalmu?"

Shakeel diam, ia tak tahu harus menjawab apa.

Azima tersenyum. "Pikirkan sekali lagi Pak. Anggap saja apa yang Bapak ucapkan malam ini tidak pernah terjadi." ucap Azima lembut.

"Jadi kamu tidak menyukai saya, Azima?"

Azima masih berusaha tenang meski rasa gugup kembali menyerangnya. "Pak, menyukai seseorang itu perkara waktu dan menurut saya saat ini bukan lah waktu yang tepat. Namun saya tidak bisa mengatakan lebih banyak lagi karena perasaan itu Allah yang ngatur, untuk saat ini saya hanya mengganggap Bapak sebagai atasan saya." Hening, hanya suara hembusan angin yang menerpa kulit mereka. Hingga Shakeel mengucapkan kalimat yang menyentuh hati Azima.

"Tapi Allah Maha membolak-balikkan hati manusia. Saat ini kamu memang belum menyukai saya, tapi nanti bisa saja Allah mengubah perasaan belum suka itu menjadi suka. Jangan menjauh biarkan saya membuktikan bahwa perasaan saya tulus untukmu."

Azima masih memperhatikan gelas minuman di hadapannya tidak memperhatikan wajah Shakeel agar ia bisa menetralkan perasaannya. Mendengar ucapan Shakeel yang ingin membuktikan perasaannya membuatnya merasa terharu, tapi ia tetap harus menolaknya demi kenyamanan bersama dan kelancaran misinya.

"Mengenai membuktikan itu hak Bapak. Tapi jangan berharap lebih dari saya Pak," ucap Azima masih dengan nada lembutnya.

Shakeel menganggukkan kepalanya pelan, meski Azima tak membalas perasaannya tapi setidaknya wanita itu membiarkannya membuktikan perasaannya.

"Sepertinya sudah larut malam Pak. saya permisi," ucap Azima dan berdiri tanpa menunggu jawaban dari Shakeel. Namun bukan Shakeel namanya jika ia tak langsung berjuang untuk membuktikan perasaannya.

"Iya silahkan, jangan lupa berdo'a agar saya tidak muncul dimimpimu."

Azima tidak menghiraukannya ia melanjutkan langkahnya tanpa berbalik ke arah Shakeel. Sementara Shakeel hanya tersenyum setelah mengucapkan kata-kata itu.

🍃🍃🍃

Azima merebahkan tubuhnya di kasur berniat memejamkan matanya, namun suara Shakeel terngiang-ngian di telinganya.

Pernyataan itu rasanya bukan hanya Shakeel saja yang merasakan, tapi ia pun merasakannya.

Cinta.

Meski lisannya menolaknya, namun hatinya tak bisa berbohong, perasaan cinta itu memang ada walau masih sedikit dan masih bisa dipendam.

Mengingat perkataan Shakeel, "Jangan lupa berdo'a agar saya tidak muncul dimimpimu."

Membuat Azima bangun dari tidurnya dan membaca do'a sebelum tidur kembali.

Azima memeluk guling agar bisa terlelap dengan cepat, namun nihil alih-alih tertidur ia malah terbayang-bayang wajah Shakeel. "Astaghfirullah," ucapnya sambil mengusap wajahnya dengan lembut.

Getaran kecil dari handphone-nya membuatnya beralih dan meraih handphone tersebut.

Satu pesan tertera di layar ponsel.

Shakeel

Assalamu'alaikum, udah tidur apa belum? Kalau belum jangan lupa balas ucapan salam saya. Jangan hanya dibaca dosa loh :)

Berniat tak membalas namun takut dosa, akhirnya Azima pun membalasnya.

Calon ❤️

Waalaikumsalam.

Shakeel menatap layar ponselnya sambil tersenyum saat membaca balasan Azima, walau hanya membalas ucapan salamnya, setidaknya Azima tidak menjauh darinya.

Shakeel

Good night, ingat pesan aku tadi jangan lupa berdo'a + satu lagi mimpi yang indah :)

Azima membaca pesan dari Shakeel, ia menemukan sesuatu yang janggal kata aku. "Kenapa terdengar sangat akrab? Apa kita sedekat itu?" tanyanya pada diri sendiri.

Azima meletakkan handphone nya kembali di atas nakas dan kembali memejamkan matanya, namun tetap saja ia tak bisa tidur pikirannya berkelana ke mana-mana. Untuk menenangkan hatinya, ia berusaha mengalihkan pikirannya dengan membaca surah-surah pendek hingga tanpa sadar ia pun terlelap.

🍃🍃🍃🍃🍃

Saran, masukan dan komentar di terima asalkan dengan kata-kata yang sopan, kita sama-sama belajar yah. 🥰

Terima kasih telah membaca cerita ini jangan lupa untuk ninggalin jejak vote and coment 🤗

🤍

AZIMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang