44. AZIMA |END

1K 66 37
                                    

"Takdir tak akan pernah salah alamat, jika pun salah ia hanya singgah 'tuk bertanya, lalu kembali beranjak mencari tujuan sebenarnya."

_________^^_________^^__________


Neva kini asyik menatap wajah tampan abangnya yang masih fokus pada layar laptop, padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi Shakeel masih saja bekerja sementara Neva memiliki banyak pertanyaan yang harus ia sampaikan malam ini juga.

"Kamu kenapa sih lihatin Abang kaya gitu?" tegurnya tanpa melihat wajah Neva.

"Nggak pa-pa."

"Jangan tidur di kamar Abang, kalau kamu ngantuk pulang ke kamar kamu."

"Iya, Abang. Tapi Neva belum ngantuk, Neva pengen ngomongin sesuatu sama Abang."

"Ngomong apa? Kalau nggak penting mending besok aja, ini udah malem."

"Nggak bisa, ini penting! Ini masalah Kak Azima."

Shakeel yang mendengar Neva mengucapkan nama Azima pun kini menatap wajah sang adik dengan penuh tanya.

"Abang lagi ada masalah sama Kak Azima, yah?"

"Kenapa kamu nanya gitu?"

"Yah pengen aja, aku tuh nggak mau kalau Abang marahan sama Kak Azima. Pokoknya Abang harus minta maaf sama Kak Azima titik."

Shakeel mengerutkan keningnya, tidak mengerti mengapa Neva bersikeras agar ia minta maaf kepada Azima.

"Kamu tahu apa tentang Abang dan Azima?" tanyanya kembali.

"Aku tahu Abang lagi nggak baikan sama Kak Azima."

"Siapa yang kasih tahu kamu? Ken?"

"Bukan."

"Terus, siapa?"

"Aku udah janji nggak boleh bilang ini ke Abang."

"Janji dengan siapa?"

"Ih, kan Neva udah bilang nggak boleh ngomong sama Abang."

"Abang kasih hadiah, jika kamu mau bilang sama Abang." Shakeel mulai mengeluarkan cara jitunya untuk membuat Neva bicara.

"Tapikan, aku udah janji Abang."

"Apapun yang kamu inginkan, akan Abang belikan."

"Serius!"

"Dua rius," jawab Shakeel.

"Bener yah, kalau Abang bohong awas aja!"

"Iya beneran, cepat jawab pertanyaan Abang."

"Kak Azima, tadi aku ketemu dia di mall, tapi dia ngelarang aku buat kasih tahu Bang Shakeel."

"Kamu yakin, dia Azima?" tanya Shakeel dengan ekspresi terkejutnya.

"Iya, aku juga ngobrol sama dia dan Kak Azima juga ngasih aku nomor teleponnya yang baru."

Shakeel dengan cepat berjalan ke arah Neva setelah mendengar semua penuturan adiknya itu.

"Mana nomornya?"

"Cepetan, mana handphone kamu!" pintanya kembali.

"Iya ini," jawab Neva sambil menyodorkan handphone-nya pada Shakeel.

"Kamu tahu dia tinggal di mana?"

"Nggak tahu, Bang. Aku juga baru ketemu tadi."

"Yaudah, sana kamu tidur, ini udah malem."

AZIMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang