04. AZIMA

836 89 30
                                    

"Kenapa harus takut, bukankah semua yang bernyawa memang akan meninggal! Hidup dan mati kita hanya Allah yang tahu, serahkan semua kepada-Nya, sebab sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan seizin Allah. Kita hanya perlu percaya akan hal itu."

~Azima~
.
.

🍃🍃🍃
Happy Reading 。◕‿◕。
|

°

"Azima! Bang Reza memanggilmu ke ruangannya," ucap Amar. Dia pria yang memberikan tatapan dingin saat menjemputnya di bandara, namun sekarang Amar tak memberikan tatapan dingin lagi setelah berkenalan dengannya, Azima tahu bahwa Amar seorang pria yang sangat humoris dan mampu menghibur orang lain disekitarnya.

"Kak Hana akan menyesal karena telah salah paham dengan tatapan dingin mu," ujar Azima sambil menatap wajah Amar.

"Apa maksudmu?" tanya Amar yang tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Azima.

"Bukan apa-apa," ujar Azima sambil menepuk pundak Amar, lalu beranjak menuju ruangan Fahreza.

Amar masih terdiam di tempatnya menatap punggung Azima yang berlalu pergi. "Gadis kecil itu berani sekali menepuk pundakku, dia tidak tahu usiaku lebih tua darinya."

Tuk...tukk...tukkk....

"Masuk."

Setelah mendengar suara Fahreza menyuruhnya masuk, ia pun melangkahkan kakinya mendekat ke arah Fahreza yang masih duduk di kursi kerjanya.

"Ada apa Bang?" tanya Azima setelah berdiri dihadapan Fahreza.

Fahreza mendongakkan kepalanya, menatap wajah Azima. "Ada tugas untukmu, namun kali ini kamu mengerjakan misi ini seorang diri, apa kamu siap?"

"Siap Bang."

"Apa kamu tidak takut?"

"Tidak Bang."

Fahreza mengembuskan napasnya perlahan-lahan dan menyadarkan tubuhnya pada kursi tersebut. 'Seharusnya kamu mengatakan takut, agar aku bisa menemanimu,' ujar batin Fahreza.

"Bang Reza, misi apa yang harus kulakukan?" tanya Azima yang masih menunggu arahan dari ketua tim nya itu yang tiba-tiba terdiam.

Fahreza yang tersadar dari lamunannya pun langsung menatap wajah Azima kembali. "Aku akan mengirimkannya ke handphonemu, kamu bisa keluar sekarang."

"Baik Bang, permisi," ucap Azima lalu pergi meninggalkan ruangan kerja Fahreza.

🍃🍃🍃

Suara katak dan jangkrik menemani malam Azima kali ini, yah kini ia berada didepan sebuah rumah yang cukup besar, ia menatap jam dipergelangan tangannya pukul 23:55.

Azima telah mengintai rumah tersebut sedari 3 jam yang lalu, ia menunggu si pemilik rumah tertidur, agar ia dengan mudahnya menyelesaikan misi yang ditugaskan kepadanya.
Namun hingga detik ini si pemilik rumah belum juga tertidur.

5 menit kemudian, perlahan-lahan lampu beberapa ruangan telah dimatikan, hanya tersisa lampu teras yang dinyalakan, Azima masih menunggu agar si pemilik rumah benar-benar tertidur, barulah setelah itu ia akan masuk kedalam rumah tersebut untuk mencari sebuah flashdisk.

AZIMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang