"Apa kamu percaya akan takdir?"
~Shakeel Faeyza Farzan~
•
•
•
Happy Reading 💛Jangan lupa vote and coment 🤗
_______
"Assalamu'alaikum Bang Reza," ucap Azima setelah menekan tombol power berwarna hijau pada layar handphone-nya."Waalaikumsalam. Azima bersiaplah, 15 menit lagi aku akan menjemputmu."
"Kita akan ke mana Bang?"
"Kesuatu tempat untuk membahas misi terakhirmu di negara ini."
"Baik Bang."
15 menit kemudian.
Mobil melaju menuju suatu tempat yang bahkan Azima pun tak tahu di mana tempat itu berada.
Azima hanya terdiam, seperti biasanya ia tak banyak bertanya mengenai misi apa yang harus ia lakukan.
Fahreza masih fokus mengendarai mobil tersebut, meski sesekali ia melirik ke arah Azima.
10 menit berlalu, hanya keheningan yang terjadi di dalam mobil tersebut. Kini keduanya telah tiba di salah satu restoran, yang membuat sebuah pertanyaan muncul di benak Azima. "Kenapa kita ke sini?" tanya Azima sambil membuka seat belt di tubuhnya.
"Untuk membahas misi terakhirmu," ujar Fahreza sambil menatap wajah Azima.
"Tapi, bukankah restoran ini terlalu ramai untuk kita membahas sebuah misi?"
"Tenang saja, ada ruangan khusus yang bisa kita gunakan untuk membahas hal-hal penting." ujar Fahreza lalu terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.
"Ayo, seseorang telah menunggu kedatangan kita di dalam sana," ucap Fahreza kembali sambil keluar dari mobilnya.
Azima melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki Fahreza, hingga mereka tiba di salah satu ruangan restoran tersebut.
"Ruangan ini kedap suara, yang memang didesain khusus digunakan untuk rapat." ujar Fahreza saat melihat kebingungan di wajah Azima saat memasuki ruangan yang sebagian dindingnya dihiasi kaca tersebut.
"Halo Nak! bagaimana kabarmu?" tanya pria paruh baya tersebut saat Azima telah memasuki ruangan itu.
"Baik Om, tapi kenapa Om Bagas ada disini?" tanya Azima dengan raut wajah terkejut melihat sahabat ayahnya.
"Azima, Pak Bagas adalah atasan kita, beliaulah yang selalu memberikan misi-misi penting itu kepada kita," ujar Fahreza.
"Jadi selama ini Om Bagas juga seorang mata-mata?" tanya Azima yang masih tidak percaya dengan pria paruh baya yang telah ia kenal sebagai sahabat ayahnya itu.
"Iya, kamu tak perlu terkejut, bukankah seorang mata-mata memang harus merahasiakan identitasnya. Kemarilah dan lihat ini adalah misimu selanjutnya," ucap Bagas sambil meletakkan beberapa berkas di atas nakas.
Azima melangkahkan kakinya mendekat, dan duduk di hadapan Bagas, begitu pula Fahreza yang duduk di sebelah kanan Azima.
"Farzan express?" tanya Azima setelah membaca tulisan yang tertera pada berkas di hadapannya itu.
"Iya. Kamu harus menjadi karyawan di perusahaan itu," ujar Bagas.
"Tapi kenapa saya harus menjadi karyawan di perusahaan itu?"
"Pertanyaan yang bagus Azima, baru kali ini kamu banyak bertanya akan misi yang kamu dapatkan," lirih Fahreza setelah mendengar pertanyaan Azima sambil tersenyum, sementara Azima masih dengan raut wajah seriusnya hanya bisa melihat Fahreza yang tersenyum di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZIMA [END]
Teen FictionFollow dulu sebelum baca! Azima Faza. Nama yang melekat pada dirinya di usia 16 tahun. Identitas baru yang tak seorang pun tahu, bahkan kedua orang tuanya sekali pun. Usia 16 tahun, di mana gadis-gadis seusianya menghabiskan waktu bersama keluargan...