"Di balik kesedihan selalu ada kebahagiaan yang terselip, seperti itulah hidup tidak ada hal yang tak mungkin jika Yang Kuasa berkehendak, karena sejatinya skenario hidup kita telah disusun sedemikian rupa oleh Sang Pencipta. Dan kita hanyalah aktor yang berperan di dalam cerita tersebut."
~Azima~
Azima sayup-sayup membuka matanya dan perlahan menatap ruangan yang didominasi warna putih itu. Aroma obat-obatan yang khas menusuk indra penciumannya, rasa sakit di daerah perutnya pun masih terasa, itulah yang pertama kali ia rasakan setelah siuman.
"Alhamdulillah, kamu sudah siuman." Hana yang duduk di samping Azima seketika berdiri saat menyadari bahwa Azima telah sadar.
"Aku haus, Kak," lirihnya pelan. Hana pun dengan sigap mengambilkan segelas air putih yang berada di atas nakas dan membantu Azima untuk meminumnya.
Setelah meneguk air putih tersebut, Azima kembali mengedarkan pandangannya. Ia mencari keberadaan Shakeel, sebab seingatnya Shakeel lah yang menolongnya.
"Kamu cari siapa?" tanya Hana yang seakan mengerti dengan apa yang Azima pikirkan.
"Aku di mana, Kak?" tanyanya asal, sebab bukan itulah pertanyaan yang ada di benaknya saat ini.
"Di rumah sakit khusus."
"Rumah sakit khusus?" tanya Azima kembali, ia ingin memastikan jika dirinya berada di rumah sakit khusus terus bagaimana dengan Shakeel, apa sebenarnya yang terjadi saat ia tak sadarkan diri.
"Iya, rumah sakit khusus mata-mata."
Azima terdiam sejenak setelah mendengar jawaban dari Hana. Kini pikirannya tertuju pada Shakeel. Apakah Shakeel sudah mengetahui bahwa dirinya adalah seorang mata-mata?.
"Jangan ngelamun, lebih baik kamu istirahat dulu agar kamu segera pulih dan lukamu juga cepat kering," ucap Hana kembali dan Azima pun menganggukkan kepalanya.
Azima menuruti apa yang Hana katakan, ia pun perlahan memejamkan matanya. Namun, pikirannya tetap saja tertuju pada Shakeel. Ia penasaran dengan apa yang terjadi setelah ia pingsan. Apakah Shakeel yang mengantarkannya ke rumah sakit? Ataukah Shakeel pun tertangkap dalam kasus tersebut?.
Azima kembali membuka matanya, ia tak bisa beristirahat dengan pikirannya yang sedang kacau.
"Ada apa?" tanya Hana saat melihat Azima kembali membuka matanya.
"Katakan kepadaku, apa yang sedang membebani pikiranmu?" Hana melanjutkan pertanyaan saat Azima hanya terdiam saja.
"Apa yang terjadi di lokasi penyelundupan saat aku tak sadarkan diri, Kak?"
"Shakeel membawamu ke rumah sakit umum. Namun, setelah operasi yang kamu jalani selesai, kami pun membawamu ke sini tanpa sepengetahuan Shakeel."
"Lalu apa yang terjadi dengan Shakeel, Kak?"
"Pihak kepolisian membawanya ke kantor polisi, begitu pula dengan sekretarisnya."
"Apa dia terbukti bersalah?"
"Masalah itu, biar Bang Reza yang akan menjelaskannya, lebih baik kamu istirahat dulu," jawab Hana sambil tersenyum tipis.
Azima pun memejamkan matanya kembali hingga ia terlelap ke alam mimpi.
🍃🍃🍃
"Bagaimana, Ken? Apa kamu belum juga menemukan di mana keberadaan, Azima?"
"Maaf, bos. Orang-orang yang saya gerakan untuk mencari Azima sampai saat ini belum juga menemukan keberadaannya, bos."
Shakeel mengusap wajahnya dengan kasar setelah mendengar jawaban dari Ken. Ia merasa frustasi akibat memikirkan keadaan Azima. Sudah dua hari ia tak bisa tidur nyenyak, bahkan ia pun mengabaikan kesehatannya hanya karena fokus pada pencarian Azima.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZIMA [END]
Teen FictionFollow dulu sebelum baca! Azima Faza. Nama yang melekat pada dirinya di usia 16 tahun. Identitas baru yang tak seorang pun tahu, bahkan kedua orang tuanya sekali pun. Usia 16 tahun, di mana gadis-gadis seusianya menghabiskan waktu bersama keluargan...