07. AZIMA

719 80 62
                                    

"Cinta itu datang tanpa diundang dan perlahan merasuki hati dan pikiran kita. Namun, jika cinta kita bertepuk sebelah tangan, maka ia akan pergi dengan sendirinya meski menyisakan luka. Cinta itu persis seperti jailangkung yang datang tanpa diundang dan pergi tanpa diantar."

~Ken Alatas~



Happy Reading 💛
🍃🍃🍃

Azima masih berkutat dengan kertas-kertas putih di hadapannya. Sesuai dengan perintah Shakeel, Azima menyusun semua laporan yang diberikan kepadanya.

Fokus Azima terbagi saat seorang pria dengan tinggi kira-kira 180 cm, dengan setelan jas berwarna coklat tua berjalan menuju ruangan kerja Shakeel.

Hal yang membuat fokusnya terbagi bukan karena pria itu terlihat tampan, tapi karena pria itu tanpa bertanya kepadanya dan langsung masuk ke ruangan kerja bos nya. Terus apa gunanya ia sebagai asisten. Pikiran itulah yang terlintas di benak Azima, tapi Azima tak ingin mengambil pusing semua itu, akhirnya ia melanjutkan laporan yang ada di hadapannya.

Hampir 30 menit, ia telah selesai dengan laporan di hadapannya dan memutuskan untuk menyerahkan laporan tersebut kepada Ken sesuai arahan Shakeel.

Azima berdiri sambil memegang beberapa laporan di tangannya, ia berniat melangkahkan kakinya, namun ia urungkan saat pria berjas coklat tua itu keluar dari ruangan Shakeel. Dengan mudahnya Azima bisa menebak bahwa pria itu terlihat kesal setelah melihat raut wajah pria tersebut.

Setelah pria tersebut berlalu di hadapannya, barulah ia melangkah menuju ruangan Ken yang berada tak jauh dari meja kerjanya.

"Bagaimana dengan tugas yang saya berikan?"

(.....)

"Jika ada perkembangan, segera hubungi saya."

(.....)

Azima berniat mengetuk pintu ruangan kerja Ken, namun samar-samar ia mendengar percakapan Ken melalui telepon genggamnya, hingga ia mengurungkan niatnya dan terdiam sejenak di depan pintu, setelah Ken tak bicara lagi, barulah ia mengetuk pintu tersebut.

"Assalamu'alaikum,"

"Waalaikumsalam masuk."

Azima melangkahkan kakinya memasuki ruangan Ken. Netra Azima menatap pria yang masih berdiri di dekat jendela dengan melipat kedua tangannya di depan dada, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting, hal itu mengundang kecurigaan muncul di benak Azima.

"Permisi Pak, saya mengantar laporan dari Pak Shakeel."

"Letakan saja diatas meja." ujar Ken yang masih berdiri di dekat jendela dengan posisi membelakangi Azima.

"Baik Pak. permisi," ujar Azima setelah meletakkan laporan tersebut lalu meninggalkan ruangan kerja Ken.

Azima berjalan menuju meja kerjanya sambil mengembuskan napas panjang, rasanya baru sehari ia bekerja di perusahaan ini tapi sudah mampu membuat otaknya bekerja dua kali lipat, belum lagi jika bertemu dengan Shakeel detak jantungnya tak karuan, ia bahkan tak tahu apa penyebab jantungnya seperti itu, hal itu membuatnya merasa lelah dan lebih memilih untuk mendapatkan misi yang lain meski harus bertaruh nyawa.

Ken kini berlalu dengan langkah tergesa-gesa menuju ruangan Shakeel, sambil memegang tablet bermerk buah dengan separuh gigitan itu di tangannya.

Tanpa mengetuk pintu, Ken langsung masuk ke dalam ruangan tersebut, membuat Shakeel yang masih fokus dengan komputer di hadapannya langsung menatap tajam sekretarisnya itu.

AZIMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang