"Cinta memang dahsyat, bisa membuat orang normal tiba-tiba menjadi gila."
~Ken Alatas~
•
|Happy Reading 💛
🍃🍃🍃Star apartment pukul 20:30.
Kamar nomor 205.Netra Azima masih fokus pada laptop dihadapannya, akibat kecurigaan yang muncul dibenaknya setelah mendengar percakapan Ken melalui telepon genggamnya. Kini Azima mencari tahu tentang identitas Ken.
Ken Alatas, pria berusia 25 tahun. Masih lajang dan telah bekerja sebagai sekertaris Shakeel selama 4 tahun. Pandai dalam bela diri karate dan tak pernah melakukan kesalahan semenjak bekerja di perusahaan Farzan express.
Itulah sebagian informasi yang Azima dapatkan setelah mencari tahu mengenai sekretaris Shakeel.
Azima meletakkan laptopnya di atas nakas, lalu beranjak menuju dapur apartemennya untuk mengambil segelas air putih.
"Tidak ada yang mencurigakan dari identitasnya, apa hanya aku yang terlalu curiga kepadanya," lirih Azima setelah meminum segelas air putih tersebut.
Tut...Tut...Tut....
Bunyi dering handphone-nya, membawanya melangkah ke arah nakas tempat ia meletakkan handphone-nya.
"Assalamu'alaikum," ucapnya setelah menekan tombol power berwarna hijau dan duduk pada sofa berwarna putih tersebut.
"Waalaikumsalam. Bagaimana hari pertamamu kerja di perusahaan Shakeel?"
"Yah lumayan melelahkan, karena aku harus berkerja dua kali lipat."
"Sabarlah itu hanya sesaat."
"Iya Bang."
"Jaga dirimu baik-baik, dan jangan lupa untuk menjaga kesehatanmu juga, karena aku tak bisa membantumu untuk saat ini."
"Iya Bang siap. Emangnya Bang Reza lagi di mana sekarang?"
"Aku lagi di Indonesia. Ada beberapa urusan yang harus ku selesaikan sebelum kembali ke sana."
"Ya udah, Bang Reza hati-hati di sana."
"Iya, kamu juga hati-hati di sana, sudah dulu yah Abang masih ada urusan. Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam."
Azima meletakkan kembali handphonenya pada nakas, lalu merebahkan tubuhnya pada sofa dengan posisi menghadap ke langit-langit apartemennya.
Ia mengembuskan napas panjang yang terdengar sangat lelah.
Pikirannya selalu tak karuan kala mengingat Shakeel, ada kebingungan yang muncul di benaknya, di saat desiran jantungnya berdetak tak karuan jika menatap pria itu, sangat beda saat ia bersama Fahreza, meski Fahreza selalu mencurahkan perhatian kepadanya, tapi tetap saja detak jantungnya biasa saja.
Azima tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Apakah detak jantung tak karuan itu, menandakan ia takut jika ketahuan sebagai seorang mata-mata ataukah karena ia jatuh cinta pada pria itu.
Sekali lagi Azima mengusap wajahnya dengan kasar, agar apa yang muncul di benaknya bisa hilang begitu saja, ia tak ingin berlarut pada perasa aneh itu.
🍃🍃🍃
Kamar nomor 210, pukul 20:30.
"Abang, jus aku mana?"
"Sabar dek, lagian seharusnya kamu yang buatin jus buat Abang, kan Abang capek habis kerja."
KAMU SEDANG MEMBACA
AZIMA [END]
Teen FictionFollow dulu sebelum baca! Azima Faza. Nama yang melekat pada dirinya di usia 16 tahun. Identitas baru yang tak seorang pun tahu, bahkan kedua orang tuanya sekali pun. Usia 16 tahun, di mana gadis-gadis seusianya menghabiskan waktu bersama keluargan...