"Jangan buat perasaan ini mengalahkan logika mu."
~ Azima Faza ~
___________________________________
Shakeel merebahkan tubuhnya pada kasur setelah memasuki kamar apartemennya. Pikirannya saat ini di penuhi oleh Azima, entah mengapa setiap kali ia melihat Azima bersama Fahreza selalu membuat hatinya resah.
Meski ia tahu bahwa Fahreza hanyalah teman dari Azima, tapi tetap saja hatinya merasa resah.
Teman?
Mana ada seorang pria dan wanita yang hanya berteman saja, pasti salah satu di antara mereka memiliki perasaan. Itulah yang selalu Shakeel pikirkan dan itu pula yang selalu membebani pikirannya.
Shakeel berdiri lalu beranjak menuju kamar mandi, Shakeel mengguyur tubuhnya dengan air dingin, berharap agar pikirannya akan Azima segera menghilang, tapi alih-alih menghilang wajah Azima malah terbayang-bayang diingatannya.
Setelah cukup lama di kamar mandi Shakeel pun keluar dengan tubuhnya yang sudah di tutupi oleh kaos putih dan celana olahraga pendek.
Shakeel mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya, menatap layar ponsel yang memperlihatkan beberapa panggilan yang tak terjawab dan salah satunya panggilan dari Azima.
Shakeel membulatkan matanya saat nama Azima menjadi salah satu dari deretan nama tersebut. Shakeel berniat menelepon Azima kembali, tapi keraguan perlahan muncul dalam dirinya.
Namun rasa penasaran mengapa Azima meneleponnya membuat Shakeel memberanikan dirinya untuk menelepon Azima.
Mendengar nada terhubung membuat Shakeel menarik dan mengembuskan napasnya perlahan-lahan.
"Assalamu'alaikum Pak,"
"Waalaikumsalam. Ada apa tadi kamu menelepon saya?" tanyanya dengan nada cuek.
"Maaf Pak jika saya mengganggu waktu Bapak, tapi saya hanya ingin bertanya di mana posisi Bapak sekarang?"
"Maksud kamu?"
"Saya ingin mengantarkan dokumen dari Pak Ken untuk Bapak."
"Dokumen?"
"Iya Pak, tadi Pak Ken mengetuk pintu apartemen Bapak dan menelepon Bapak, tapi kata Pak Ken, Bapak tidak menjawab panggilannya sementara Pak Ken sedang buru-buru jadi_"
"Sudah cukup, saya ada di apartemen antarkan dokumen itu sekarang."
"Baik Pak."
Shakeel menggerutu dalam hatinya, ia pikir Azima meneleponnya karena ingin mengatakan sesuatu yang lain tapi nyatanya itu hanya persoalan kantor.
Suara bel berbunyi membuat Shakeel berjalan mendekati pintu apartemennya.
Shakeel yakin bahwa seseorang di luar sana adalah Azima.
Shakeel membuka pintu tersebut menampilkan seorang wanita dengan senyuman ramah yang terukir di bibirnya.
"Maaf Pak ini dokumennya," ucap Azima sambil memberikan dokumen tersebut kepada Shakeel.
"Terima kasih," jawab Shakeel singkat dan Azima pun mengangguk.
"Kalau begitu saya permisi dulu Pak. Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam."
Azima membalikkan tubuhnya berjalan menuju kamar apartemennya kembali.
Shakeel masih berdiri di sana menatap Azima yang melangkahkan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZIMA [END]
Novela JuvenilFollow dulu sebelum baca! Azima Faza. Nama yang melekat pada dirinya di usia 16 tahun. Identitas baru yang tak seorang pun tahu, bahkan kedua orang tuanya sekali pun. Usia 16 tahun, di mana gadis-gadis seusianya menghabiskan waktu bersama keluargan...