"Jefriiiiiiiiiiii!"
"Apanih bocah?" gue bisa melihat muka kaget Jefri karena kemunculan gue secara tiba-tiba dengan suara nyaring plus pukulan di punggungnya.
"Lo ngapain disini?" tanya gue. Kita berdiri di depan meja resepsionis sekarang.
"Lah? Apartemen punya bapak gue, suka-suka gue mau ngapain juga."
Gue hanya menjawab dengan ber-oh panjang."Kirain mau nengokin sahabat karib," kata gue.
"Hah? Krabby Patty?"
"Apasih enggak nyambung."
Jefri memperhatikan beberapa kantong tas platik yang gue bawa. "Buat gue tuh?"Gue menoleh ke kantong tas yang gue bawa, lalu memukul pelan lengan Jefri.
"Buat Kak Ten," jawab gue."Lah anjir ngapain???"
"Wah ada korekan kuping. Boleh lah satu," mata gue berbinar melihat cottonbud yang ada di meja resepsionis. Percayalah cottonbud adalah salah satu barang favorit gue.Bilangnya sih satu, tapi gue malah mengambil beberapa korekan kuping sekaligus kuncir rambut yang ada di meja resepsionis itu.
Apartemen idaman. Menyediakan yang kayak gini di pojokkan meja resepsionis.
"Nih," gue menyodorkan dua dari cottonbud yang gue ambil tadi ke Jefri.
"Apaan?" tanyanya bingung.
"Gue yakin kuping lu enggak pernah dibersihiin, makanya rada gangguan," kata gue.
Bukannya menerima cottonbud yang gue kasih, Jefri malah menoyor jidat gue.
"Gue perawatan kuping di salon," ucapnya.Dan gue hanya memutar kedua bola mata dengan malas sebagai jawaban.
"Kak Ten pindah kesini, lo tau."
"Lah anjir ngapain???"Gue menceritakan kenapa Kak Ten bisa tiba-tiba tinggal di Apartemen. Dan apa aja yang terjadi sama kita sampai Kak Ten harus ninggalin rumah. Pokoknya semua gue ceritain sampai ke detail-detail kecil.
Tapi.. kecuali bagian yang itu sih, hehe.
Jefri Cuma ngangguk-ngangguk sebagai respon selama gue bercerita. Jefri itu sebenarnya enggak ember mulutnya. Cuma kupingnya aja yang ada dimana-mana.
"Jadi lo udah ciuman sama Ten berapa kali?"
Lagi, gue memukul Jefri. Tapi kali ini beneran mukul. Bisa-bisanya malah hal itu yang dia tanya. Dan tanpa mempedulikan Jefri, gue segera berlalu dari situ menuju ke lift.
Ya, lo tau sendiri Jefri kayak gimana kan? Pasti ngikut lah dia. Mau kasih ucapan selamat ke Kak Ten katanya.
"Jefri," panggil gue.
"Hm?"
"Gue mau tanya."
"Silahkan."
"Selama kenal sama lo, gue enggak pernah lihat lo sedih, tampakkan muka sedih. Selalu happy-happy aja. Hidup lo kayak yang santai banget gitu. Apa tipsnya supaya kelihatan selalu bahagia?""Satu doang sih, enggak banyak."
"Apa?"
"Ya jangan sedih, gitu aja repot."Enggak apa-apa sumpah enggak apa-apa.
🌻
"Sumpah ya, lo tuh─ AH! Heran gue?????" Kak Ten mengacak rambutnya frustasi. Benar-benar frustasi yang frustasi banget sampai bikin frustasi orang frustasi yang jadinya makin frustasi."Sans.. Chill lah sama gue."
Gue cuma diam, enggak mau bersuara diantara keributan ini. Bukan salah gue pokoknya karena Jefri sendiri yang minta ikut.
Eh tapi bisa dibilang salah gue juga sih, karena kan gue duluan yang sapa Jefri di lobby?
"Ganggu mulu lo jadi manusia," kesal Kak Ten sambil melemparkan kacang polong yang lagi dia cemilin ke arah Jefri.
"Manusia bukan sih? Jadi orang ketiga mulu, udah kayak setan aja lo," lanjutnya.
"Yang konsisten dong. Orang ya orang, setan ya setan. Buruk banget bahasa lo, aturan balik sana ke Thailand," balas Jefri.
Okay, sekarang gue mengerti apa yang dirasakan oleh Mama ketika gue dan Kak Ten ribut mulu di rumah.
Capek mendengarkan mereka ribut, gue memilih untuk selonjoran di sofa sambil menutup kepala dengan rapat menggunakan bantal sofa. Seenggaknya bisa sedikit meredamkan suara ribut mereka berdua.
"Bocah Freak!"
Bodoamat, gue enggak denger.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Boyfriend ✓ | Ten [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] • Di rumah dan di sekolah sifatnya beda 180 derajat • Seperti apa perasaan lo ketika lo ditaksir sama kakak lo sendiri? Eitsss, ini bukan kakak kandung, tiri, ataupun sepupu seperti kebanyakan cerita dari orang-orang di...