"Deg-degan banget."
Hasil ujian sudah keluar. Dan sekarang kita lagi kumpul di apartemen Kak Ten, menunggu hasil buat masuk ke perguruan tinggi.
Iya kita.
Karena Jefri juga ada disini. Numpang ngadem katanya, sambil nunggu tunangannya kelar jadwal les.
"Halah. Kalau lo enggak bisa ambil negeri kan tinggal masuk swasta sih," celetuk Jefri sambil mengupas kacang kulit yang dia beli dari supermarket tadi.
Udah mulai kelihatan nih aura bapaknya. Nonton TV sambil nyemilin kacang kulit.
"Ya lo gampang ngomong gitu karena enggak ikutan daftar perguruan tinggi," balas gue.
Jefri hanya mengendikan bahu. Lalu kembali fokus pada kegiatannya.
Gue juga kembali terfokus pada laptop di depan gue. Menunggu notifikasi yang akan muncul beberapa menit lagi."Kalau misalkan yang keterima cuma salah satu dari kita, gimana?" tanya Kak Ten tiba-tiba.
"Masuk swasta kayak yang Jefri bilang tadi," jawab gue tanpa mengalihkan pandangan dari laptop.
"Berarti kamu harus cari univ lain dong? Yang dekat aja, jangan jauh-jauh apalagi luar kota."
Gue menolehkan kepala ke Kak Ten. Menatap laki-laki itu dengan tatapan, "maksud lo gue yang enggak keterima gitu???"
"Aku enggak munafik. Tapi kalaupun semisal salah satu dari kita ada yang enggak keterima, itu pasti kamu," ucap Kak Ten dengan penuh keyakinan.
Jefri sudah tertawa terbahak-bahak di depan gue. Si kampret ini bener-bener..
Tapi ya memang benar sih.. kemampuan gue rata-rata banget. Dibanding Kak Ten, dia jauh lebih pintar.
Tapi gue kudu tetap optimis, pasti keterima lah. Gue kan udah berusaha dari jauh-jauh hari kemarin. Melewati masa-masa mood gue yang naik-turun kayak rollercoaster juga. Berkutat dengan buku hampir 24 jam setiap harinya.
Harus optimis.
Ting!
Okay, ini email gue dan Kak Ten sama-sama bunyi.
"Dalam hitungan ketiga,"
Satu.
Dua.
Tiga.
"AAAAAA YESSS MASUK!!"
Ah.. I see..
Congratulation to you, Ten.
"I'm not," ucap gue.
Jefri melotot ke arah gue.
"Serius? Bwahahah!"
Kak Ten dengan cepat melempar Jefri dengan toples potato chips yang ada di meja, "Jefri bangsat!"
"Ooo Semprul!"
Setelah itu Kak Ten mengelus-elus punggung gue, mencoba untuk menenangkan. Nah ucapan lo kan ini, dikabulin sama Tuhan tuh akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Boyfriend ✓ | Ten [SUDAH TERBIT]
Fiksi Penggemar[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] • Di rumah dan di sekolah sifatnya beda 180 derajat • Seperti apa perasaan lo ketika lo ditaksir sama kakak lo sendiri? Eitsss, ini bukan kakak kandung, tiri, ataupun sepupu seperti kebanyakan cerita dari orang-orang di...