Gue melepas hoodie yang gue kenakan dan gue lempar gitu aja ke sofa. Capek banget asli, tadi gue dihukum karena ketauan bolos ke perpustakaan, hehe..
Hukumannya nata pot bunga buat digantung di depan ruang teater. Capek mendongak, mana gue enggak tinggi-tinggi amat lagi :(
Gue pulangnya enggak barengan sama Kak Ten. Dan enggak tau kenapa hari ini dia enggak kelihatan di depan muka gue.
Ya pasti enggak lihat lah, karena gue kan gak masuk kelas sama sekali setelah insiden bolos di perpustakaan, kan dihukum..
Kak Ten juga enggak kasih pesan apa-apa ke gue, tumbenan banget. Ya akhirnya kelar menyelesaikan hukuman gue langsung pulang naik taksi.
Ahh.. Enak banget rasanya ini punggung bisa bersandar di sofa kayak gini, empuk tiada banding.
Tak!
"MAMANG!" kaget gue, ketika seseorang menggetok kepala gue.
"Kemana aja kamu tadi?" Ini manusia satu suka banget nyari masalah kenapa sih? Bikin beban hidup nambah aja.
"Pakai intro kek. Orang lagi merem juga main getok-getok."
Gue mendadak memperhatikan Kak Ten dengan seksama. Lebih tepatnya dengan apa yang sedang dia pakai sekarang.
"Ngapain pake apron? Mau ikutan masterchef kayak RJ?"
"Aku tanya itu dijawab dulu, bukan malah balik nanya," ucap Kak Ten, kali ini dia menoyor jidat gue.
"Dihukum tadi."
"Kenapa bisa dihukum?" Kak Ten berkacak pinggang.
Gue harap kalian bisa lihat ini, vibesnya benar-benar kayak ibu-ibu yang mengomeli anaknya gara-gara telat pulang dari main sore.
"Karena enggak ikut kelas dari jam pertama sampe istirahat."
Kak Ten melepas apronnya lalu menaruh sutil yang dia pegang di atas meja ruang tamu, setelah itu dia duduk di samping gue.
"Kenapa enggak ikut kelas?"
Nada bicara Kak Ten jadi lebih lembut dan Kak Ten juga membetulkan beberapa helai rambut gue yang sedikit menghalangi wajah.
"Kak Ten enggak habis pegang terasi kan?"
"Lin, kamu kalau ada masalah hidup bilang coba."
'YA ELU MASALAH HIDUP GUE, TOLONG.'
Bukannya menjawab pertanyaan dari Kak Ten, gue malah menjatuhkan badan gue jadi tiduran di sofa.
Capek, mau bobo aja.
"Pindah kamar kalau ngantuk. Ganti dulu itu seragamnya," perintah Kak Ten.
"Hmm.." gue hanya menjawab dengan gumaman.
"MAAA LIN DATENG-DATENG ENGGAK GANTI BAJU MALAH TIDURAN INI MAAA."
Buset dah. Kumat lagi kan tuh jiwa bocahnya.
"MAAA INI LIN SUㅡhmmph"
Gue melebarkan mata, kaget karena posisi kita sekarang. Niatnya tadi membekap mulut Kak Ten.
Karena posisi gue yang tadinya tiduran terus tiba-tiba duduk dan langsung membekap Kak Ten, badan gue oleng dan alhasil Kak Ten ada di posisi dimana badan dia menindih badan gue.
Masih dengan mulutnya yang gue bekap. Kak Ten diam, gue apalagi.
Kita masih saling diam dengan posisi kayak gitu selama beberapa detik. Sampai gue sadar kalauㅡ
"AAAAAAAA!"
"AAA APA APA APAAA??!" Ini Kak Ten yang refleks teriak gara-gara gue teriak.
"KAK TEN MEGANG APA?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Boyfriend ✓ | Ten [SUDAH TERBIT]
Fanfic[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] • Di rumah dan di sekolah sifatnya beda 180 derajat • Seperti apa perasaan lo ketika lo ditaksir sama kakak lo sendiri? Eitsss, ini bukan kakak kandung, tiri, ataupun sepupu seperti kebanyakan cerita dari orang-orang di...