Jogging (2)

15.2K 2.4K 217
                                    

"Jefri lo bisa diem enggak sih?????" kesal gue, karena daritadi dia enggak berhenti buat gangguin gue.

Dari rambut gue yang diacak-acak, pipi dicubit. Pas gue ngikat rambut, dia dengan santainya narik-narik rambut gue.

"Kalau lo suka sama gue bilang aja ya anjing???"

"Idih? Belagu lu cakep, PD kali lu."

"Ya udah diem."

Jefri berhenti. Beneran diam di tempat dia.

"Goblok. Pulang gue."

Kalau lagi sama Jefri, asli deh, enggak ada halus-halusnya ini bahasa yang keluar dari mulut. Gue sadar kok, tenang aja.

"Ayo cari makan babe," Jefri merangkul pundak gue tiba-tiba yang bikin gue hampir kejungkel ke depan.

"Ogah. Mending pulang."

"Emang di rumah lo ada makanan?" tanya Jefri.

Kita sekarang lagi jalan biasa. Capek juga rasanya, apa karena gue sudah lama enggak pernah jogging ya?

"Ada. Mama pasti sudah bangun, udah masak juga," jawab gue. Karena ini sudah hampir jam 8, jadi semua pasti sudah siap.

"Yaudah kalau gitu makan di rumah bebski aja."

"Bebski palamu," ucap gue dengan getokan di jidat Jefri. Yang di getok malah ketawa kayak yang enggak ada dosa.

"Ayo lah balik. Gue pengen ketemu si Ten juga," setelah mengatakan itu, Jefri meninggalkan gue dan buru-buru lari buat pulang.

"JEPRIK! LO BENERAN NAKSIR SI TEN YA?"














🌻













"Nambah lagi cah ganteng. Tante masak banyak ini."

"Kalau mau sekalian mandi disini aja. Pinjem baju Ten."

Ini gue antara mau ketawa sama geli jadi satu. Berasa nemu anak si Mama.

"Ogah banget minjemin baju. Rumahnya juga dekat ngapain mandi disini," sahut Kak Ten.

"Dih? Kok sensi, hamil ya?" balas gue.

"Temen kamu ganteng gitu. Kalian deket?" bisik Mama ke gue sambil melirik ke arah Jefri yang lagi makan di meja makan.

"Ya kalau enggak deket ngapain jogging bareng, Ma?" jawab gue juga setengah berbisik.

Gue tau arah pembicaraan Mama. Biasa lah, ibu-ibu.

"Memperbaiki keturunan."

"Dih Ma?????? Aku cantik loh."

Kak Ten dan Jefri sontak menolehkan kepala ke arah gue dan Mama karena ucapan gue yang lumayan kencang itu. Kesalahan gue ini kayaknya bawa si Jefri ke rumah. Harusnya tadi beli makan di luar aja.

Apalagi melihat manusia yang duduk di sofa samping gue mukanya sudah eneg banget gitu.

"Apa liat-liat?" semprot gue ke Kak Ten.

Kak Ten mengeluarkan kalimat dari bibirnya tanpa suara, "suruh pulang."

"Suruh aja sendiri," jawab gue.

"Jefri, mending lo pulang. Gue mau kencan."

Dih????? Udah hilang otak dia? Putus sarafnya?

Gue melototin Kak Ten, tapi percuma. Dia enggak lagi melihat ke arah gue.

"Apa urusannya lo mau kencan sama gue yang ada disini? Ada Evelin juga," jawab Jefri dengan enteng.

"Gue Kencannya sama Lin."

Refleks, gue getok mulut kak Ten pakai remote TV. Kak Ten langsung menutupi bibirnya sambil meringis kesakitan.

Gue yang merasa bersalah, otomatis mijet bibir Kak Ten. Seenggaknya rasa ngilunya bisa sedikit berkurang, mungkin?

"Maksud lo gimana kencan sama Evelin?" tanya Jefri tiba-tiba.

Ah, gue lupa kalau ada Jefri disini. Mijet enggak inget tempat☹️.

"Kelamaan ngejomblo dia. Keluar sama gue suka dibilang kencan," jawab gue.

Ini jantung kenapa detaknya cepet banget gini sih? Lagi jogging kali ya?

Jefri mendadak berhenti dari aktivitas makannya. Situasinya sekarang kayak gue lagi ketahuan selingkuh gini.

"Ten, boleh gue nuduh lo?"

"Dari tatapan mata lo ke Evelin sejauh yang gue liat, lo menganggap dia sebagai cewek. Bukan sebagai adik," ucap Jefri.

"Itu alasan kenapa lo enggak mau mengakui dia sebagai adik lo kalau di sekolah?" tanyanya.

Mau tanya, ini Jefri kerja sampingan jadi detektif apa peneliti sih?

Kak Ten tertawa mendengus, "Bahkan kita udah pacaran, lo tau?"

Brother Or Boyfriend ✓ | Ten [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang