First Kiss

35.7K 3.6K 905
                                    

"Evelin, Ten. Mama keluar dulu ya. Temen Mama udah pada nungguin disana. Nanti kalau Papa dateng, bilang aja kalau Mama masih di WoodCafe ya."

Gue yang asik nonton TV bareng Kak Ten segera mengalihkan pandangan kita ke Mama.

"Mama mau ke WoodCafe? Ikut maaaaa!"

Kan.. mulai deh Kak Ten penyakitnya kumat. Merengek lagi tuh.

"Kapan-kapan aja kita liburan bareng. Ini Mama lagi buru-buru."

Mama mengecup pucuk kepala gue lalu beralih mengacak pelan rambut Kak Ten.

Kebiasaan rutin Mama gue. Kan sayang anak, hehe.

"Ten, jagain Evelin ya. Jangan berantem terus kalian."

"Siap Ma, pasti!" jawab Kak Ten dengan posisi tangan hormat.

"Mama berangkat dulu."

"Iyaa maaa," jawab gue dan Kak Ten bersamaan. Enggak lupa kita juga melambaikan tangan ke Mama.

"Yah, sepi deh enggak ada Mama," gue mempoutkan bibir. Lalu mengambil dan memeluk bantal sofa di samping gue.

"Sepi gimana?" tanya Kak Ten lalu mengubah posisinya menjadi menghadap ke arah gue dengan kedua kakinya di atas paha gue.

"Enggak ada yang marahin sama ngomelin Kak Ten," jawab gue seadanya dengan pandangan mata tetap ke arah TV.

Tapi memang iya kan. Mama hobi banget marahin Kak Ten. Ya.. gue juga sih, suka marah-marah ke dia.

"Kok aku ngantuk ya?" ucap Kak Ten tiba-tiba.

"Ngantuk ya tinggal tidur apa susahnya," jawab gue sambil nyari remote tv, mau mindah ke channel lain.

"Gih sana tidur," suruh gue.

Kak Ten tiba-tiba mengubah posisinya. Dia tiduran di atas paha gue. Dan gue lagi pakai celana pendek. Kena rambutnya Kak Ten geli kan jadinya.

"Kak ish. Geli tau," gue berusaha mengangkat kepala Kak Ten dari paha gue. Tapi Kak Ten malah menahan tangan gue lalu digenggam.

"Aku ngantuk Lin."

Kayaknya Kak Ten beneran ngantuk deh. Keliatan dari suaranya yang agak parau itu.

"Ya udah tidur aja," ucap gue sambil ngelus-ngelus rambut Kak Ten.

Karena yang gue tau, dengan cara seperti ini biasanya membuat seseorang menjadi lebih gampang buat tidur. Dan tangan kiri gue dipegang Kak Ten terus ditempelin ke pipi dia. Enggak tau deh biar apa.

"Kamu enggak ngantuk Lin?" tanya Kak Ten dengan mata tertutup. Dia masih setia menempelkan tangan gue ke pipinya.

"Ngantuk sih Kak. Tapi yaㅡ"

"Temenin aku tidur di kamar dong."

Lah? Udah gede minta ditemenin?

"Enggak berani tidur sendiri? Sore loh ini," tanya gue yang masih setia mengelus rambutnya Kak Ten.

Kak Ten menggangguk kecil. Lalu bangkit dari posisinya yang semula tiduran jadi duduk.

"Ayo Lin.. ngantuk," Kak Ten menyendarkan kepalanya di bahu gue sambil meluk gue dari samping.

Ya ampun, kalau kayak gini jadi gue yang berasa kakaknya.

"Iyaa iyaaa."

Gue berdiri, berniat ke kamar Kak Ten. Tapi tangan gue ditahan sama dia.

"Tidur di kamar kamu aja Lin. Lagi pengen."

Ampun si Kak Ten banyak maunya. Tapi ya tetep aja gue turutin.

Brother Or Boyfriend ✓ | Ten [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang