"Coba kalau tadi enggak ada si mas ganteng itu, udah gue botakin kali si bule centil itu," omel Lisa.
Iya, gue satu kampus dan satu jurusan sama Lisa. Bukan karena dia punya minat dan bakat yang sama kayak gue, tapi karena dia menghindari disuruh kerja sama orang tua nya.
Lisa cerita ke gue kalau Mommy sama Daddy-nya menyuruh dia cari kerja kalau dia enggak mau kuliah. Dia enggak mau kuliah, dan enggak mau kerja juga. Mau daftar di Universitas Negeri juga sudah enggak bisa. Jadi berakhirlah dia kuliah bareng gue, di jurusan yang sama juga.
Pengen habisin duit orang tua aja katanya.
"Dia senior, inget lo."
"Enggak peduli mau dia senior yang lebih tua dari kita, kalau dia enggak bisa menghargai orang yang lebih muda dari dia, dia enggak pantas buat dihormati. Jangan karena dia lebih tua terus dia bisa nindas yang lebih muda dengan seenaknya."
Gue tersenyum puas setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Lisa. Memang benar, jangan karena dia senior terus dia bisa memperlakukan junior dengan seenaknya. Dan jangan karena kita junior yang lebih muda, kita cuma bisa diam aja.
Tadi Lisa hampir aja berantem, kalau seandainya gue dan yang lain enggak memisahkan dia. Jadi tadi ada salah satu senior yang membabukan MABA, bisa dibilang ngebully juga sih. Karena si MABA tadi enggak mau nurut, dia disiram pakai air yang dia bawa sama si senior itu. Lisa yang melihat itu langsung menghampiri senior itu .
Dan hebatnya Lisa, dia menyiram balik senior itu pakai jus yang dia beli. Terkesan drama banget memang. Tapi kejadian kayak gitu memang sering terjadi di sekitar kita. Dan gue udah sering banget melihat yang kayak gitu.
"Belum sempat kenalan lagi sama si Mas Ganteng," celetuk Lisa. Gue mencubit pipi Lisa gemas. Efek karena pipinya ke campur sama baking soda dikit, jadi bawaannya ingin mencubit aja jadinya.
"Gue kenalin sama temen gue aja gimana? Anak IT, bule dia. Johnny namanya," tawar gue.
Lisa menggeleng, "Enggak ah. Gue udah blasteran bule, gue sukanya sama yang lokal."
"EH JOHNNY!" panjang umur banget, baru juga di omongin udah nongol aja anaknya. Johnny melambai ke arah gue dengan senyuman di bibirnya.
Ah.. Ya ampun, teman masa kecilkuuuu.
"Yo wassup my love," sapa Johnny. Yang membuat beberapa pasang mata melihat ke arah kita karena sapaannya itu.
"Lo mainnya jauh banget deh sampai ke fakultas gue?" tanya gue begitu Johnny sudah ada di hadapan gue.
"Gue emang sengaja nyamperin lo kesini. Mau nengokin temen lama. Belum puas waktu itu ngobrolnya sama lo," jawabnya.
Gue mengangguk dan balik bertanya dia tinggal dimana. Dan Johnny bilang kalau dia tinggal di apartemen karena cuma dia yang pulang ke Indonesia. Lo tuh udah bagus-bagus tinggal di luar negeri malah milih buat kuliah di sini. Kak Ten yang pengen kuliah di Sidney aja enggak sanggup katanya.
Mana si Johnny bilang pengen jadi hacker lagi. Astaga John..
"Eh tapi, rumah lo masih tetep di situ kan?" tanya Johnny yang gue jawab dengan anggukan kepala.
"Si Ten gimana kabarnya?" tanya Johnny lagi.
"Ten?" ulang Lisa.
"Ten.. pacar lo, Lin?" Tanya Lisa. Gue terdiam di tempat. Saat ini gue bingung harus jawab gimana.
Lisa enggak tau kalau Kak Ten itu Kakak gue, sempat jadi Kakak gue maksudnya. Dan Johnny juga enggak tau kalau Kakak gue, teman sepermainannya dulu itu, sekarang sudah berpredikat menjadi pacar gue.
"Baik," gue menjawab pertanyaan Johnny dengan senyuman lebar. Bibir gue kaku rasanya, jadi gue rasa ketariknya sedikit terpaksa.
Johnny, jangan dilanjut ya bahasnya.
"Gimana? Masih manja enggak, abang lo satu itu?"
Oalah John..John.. Buyar sudah.
🌻
Lisa enggak henti-hentinya mengeluarkan segala macam nama binatang dari mulutnya. Lis.. Lis.. lo yang enggak mengalami aja ngerasain puyeng, apalagi gue?
Sepanjang gue menceritakan tentang gue dan Kak Ten, mereka benar-benar menyimak dengan serius. Bedanya, Lisa menanggapinya dengan bar-bar, sedangkan Johnny lebih kalem dengan memberi respon seperlunya aja.
Tapi tentu saja, gue enggak bakal menceritakan tentang gue yang sudah melakukan 'itu' dengan Kak Ten. Cukup Jefri aja, yang lain enggak perlu tau. Meskipun itu Lisa yang notabenya udah klop banget dengan gue, tapi dia enggak dekat sama Kak Ten. Beda dengan Jefri, dia emang udah klop banget sama gue dan Kak Ten.
"Jadi, lo udah dilamar sama si Ten?" tanya Johnny.
"Mmm.. Mungkin..?" jawab gue yang sedikit tidak yakin, karena dia ngelamarnya pakai cincin yang enggak bisa dibilang sebagai cincin, karena lubangnya yang segede itu.
"Tapi kan dia udah bilang dan dia ngelamar gue pakai kata-kata John?"
Johnny menopang dagu dengan tangannya. Kita sekarang lagi ada di kantin, jadi buat cerita kayak gini enggak masalah karena suasana kantin yang lumayan ramai dan suara kita enggak bakal kedengeran sama yang lain."Dia bilang apa waktu ngelamar lo?" tanyanya.
Gue terdiam sebentar, lalu melirik Johnny dan bergantian melirik Lisa yang ada di samping gue.
"Tunangan yuk?"
Salah apa lagi gue sampai Lisa lagi-lagi mengeluarkan nama binatang dari mulutnya dan Johnny yang menghela nafasnya dengan frustrasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Boyfriend ✓ | Ten [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] • Di rumah dan di sekolah sifatnya beda 180 derajat • Seperti apa perasaan lo ketika lo ditaksir sama kakak lo sendiri? Eitsss, ini bukan kakak kandung, tiri, ataupun sepupu seperti kebanyakan cerita dari orang-orang di...