Ribut?

9.1K 1.5K 315
                                    

"Negatif."

Gue diam, begitu juga dengan Kak Ten. Hasil yang diberikan dokter memang benar negatif. Gue membaca sendiri lembaran itu.

Gue menatap Kak Ten yang balik menatap gue dengan tatapan yang entah apa maksud dari tatapan itu, gue juga enggak tau.

Yang pasti gue senang banget sekarang.

"Tapi dok, dia telat dua bulan?"

Dokter menjawab pertanyaan Kak Ten dengan jelas. Katanya, itu karena efek stres jadi bisa menyebabkan telat datang bulan. Bahkan kalau stres berkepanjangan bisa sampai 4 atau 5 bulanan. Salah satu faktornya yaitu karena terlalu banyak pikiran.

Dan akhirnya karena pikiran itu tadi, bikin stres terus mood gampang banget berubah. Apalagi di usia seperti gue ini. Usia-usia remaja yang akan beranjak kepala dua.

"Kalian ini masih sekolah ya?" tanya dokter itu.

Gue berdehem canggung, dan Kak Ten menjawab iya. Kan sudah jelas kita pakai seragam sekolah dok, lihat nih.

"Anak muda jaman sekarang memang enggak sedikit yang seperti kalian gini. Banyak dari mereka yang melakukan kayak gitu. Pas sudah jadi, bingung sendiri. Ada yang sampai sudah jalan 4 bulan waktu periksa ke saya. Pacarnya minta aborsi. Saya tidak memperbolehkan. Jadi mau enggak mau mereka akhirnya menikah muda," jelas dokter.

"Saya malah pengen jadi dok. Biar bisa cepet nikah," celetuk Kak Ten.

Gue menyikut lengannya. Bisa-bisanya lancar banget itu mulut kalau ngomong.

"Oh iya, tadi kamu bilang minum obat pencegah kehamilan ya? Saya sarankan jangan. Kalau memang enggak ingin jadi di usia kalian yang masih segini, ya jangan melakukan hal kayak gitu. Tunggu halal atau pakai pengaman. Tapi saya sarankan kalian menikah dulu baru kawin ya," ucap dokter dengan sedikit bercanda. Untuk mencairkan suasana pastinya.

Gue juga yang tadinya tegang banget, sekarang jadi lebih rileks.

"Udah terlanjur kawin dok, nanggung."

Itu mulut lo lama-lama gue tempelin ke mulut salamander ya.

Dan si dokter cuma terkekeh mendengar ucapan Kak Ten itu.

"Dok, kita cocok enggak?" tanya Kak Ten tiba-tiba. Random banget sih, heran.

"Cocok. Nanti kalau sudah menikah terus mau konsultasi, ke saya aja," jawab dokter.

"Pasti dok," Kak Ten mengacungkan jempolnya sebagai tambahan tanda persetujuan.

Astaga.. orang-orang ini.












🌻












Di mobil, gue kembali diam. Entah kenapa tiba-tiba kepikiran foto yang Kak Ten kirim waktu itu.

ITU PASTI ADA YANG NGEFOTOIN KARENA KAMERANYA AJA MODE KAMERA BELAKANG DAN DAPUR KAK TEN ITU PANTRY-NYA BUKAN DISITU.

Tanpa sadar gue mendengus kesal, membuat Kak Ten tanya kenapa.

"Enggak tau."

"Kok marah? Hamil ya?" candanya.

"Kak Ten kali yang ngehamilin cewek lain," ucap gue sedikit kesal.

"Hah? Gimana?"

Brother Or Boyfriend ✓ | Ten [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang