Ten p.m

11.9K 1.7K 560
                                    

"Eveliiinnn ada Ten nih," teriak Mama.

Gue yang lagi ada di dapur minum air, buru-buru keluar terus lari ke kamar.

Memang sengaja gue menghindar, kontaknya juga masih gue block. Bukan apa-apa sih sebenarnya, cuma ingin ngerjain Kak Ten aja.

Kapan lagi kan bisa kayak gini?

"Lin?" panggil Kak Ten dari luar kamar.

Kak Ten mencoba buat membuka pintu kamar, tapi nihil. Memang sengaja gue kunci pintunya.

"Lin? Tumben dikunci?"

"Lin?"

"Evelin.."

"Kamu ngambek? Itu bercanda Lin astagaa.."

"Lagian Nicki Minaj mana mau sama aku yang kayak tulang gini?"

"Enggak juga sih, aku berotot. Kan kamu juga udah lihat."

"Ya ampun cuma perkara Nicki Minaj aja sampai segininya kamu ih."

"Ini beneran enggak dibukain?"

"Lin, jang─"

Cklek!

"AAAAaaaaaaa," Kak Ten langsung menghambur ke pelukan gue begitu gue merentangkan kedua tangan.

"Kangen," ucapnya.

Kak Ten menelungkupkan kepalanya pada cerukan leher gue. Dan bisa-bisanya disaat kayak gini dia mengambil kesempatan dengan mengecup beberapa kali di sana.

Jadi ini yang dimaksud kangen?

"Kak, geli ish."

"Hmmmhhh," bukannya melepas, dia malah semakin mengeratkan pelukannya.

Tangannya mulai aktif dengan perlahan mengangkat kaos yang gue kenakan.

"Heh! Enggak boleh gitu," tepis gue.

Gue mendorong kepala Kak Ten lalu mengecek dahinya. Enggak panas sih, tapi kenapa kelihatan lesu gini.

"Capek? Kok kayaknya lemes gitu?" tanya gue.

"Aku tidur disini ya," ucapnya sebagai jawaban atas pertanyaan gue.

Kak Ten memeluk gue lagi. Dia menggumamkan sesuatu, tapi enggak bisa gue dengar dengan jelas.

"Baru juga beberapa hari tinggal di apartemen udah enggak kuat aja sampai pengen tidur di rumah," gue terkekeh dengan tangan gue yang terarah untuk mengelus rambut Kak Ten.

Wangi. Ini dia ganti shampo deh, wanginya gue suka.

"Istirahat di kamar kalau capek," titah gue.

"Ini udah di kamar," jawab Kak Ten dengan suara yang sedikit menggumam karena wajahnya yang terbenam di bahu gue.

"Why? Is there something wrong?" Kak Ten bukannya menjawab, malah semakin mempererat pelukannya di pinggang gue.

Ini gue bengek ya lama-lama susah nafas. Mana nempel banget lagi.

"Can i sleep with you until i feel good for myself?" tanya Kak Ten.

"Hng?"

"I'm just.. Scared.." tambahnya.

Gue menepuk-nepuk pelan punggungnya. Mencoba memberi sedikit ketenangan buat Kak Ten.

Brother Or Boyfriend ✓ | Ten [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang