Sebelum membaca, saya ingatkan lagi untuk para pembaca agar memberi vote untuk mendukung karya seorang Author!!
Kenangan duduk di ditengah-tengah antara Aksara dan Kemal. Sebelum pulang sekolah, mereka bertiga dipanggil oleh kepala sekolah untuk menghadap karena keributan yang terjadi di kelas XII IPA 1.
"Sekarang jelaskan, siapa yang memulai duluan," ucap Kepala sekolah, Pak Agung.
"Saya yang duluan memukulnya," jawab Aksara enteng tanpa takut sedikit pun.
"Alasannya apa Aksara?" tanya Pak Agung tanpa marah, dia sudah sangat mengenal murid-murid seperti Aksara.
"Seorang wanita dilecehkan, bagaimana saya bisa diam melihatnya? Apalagi semua orang yang ada di sana tidak membantu," balas Aksara acuh sedikit emosi saat tahu tidak ada yang membantu Kenangan tadi.
"Benar apa yang dikatakan Aksara tadi, Kenangan, Kemal?"
Kenangan mengangguk, menyetujui ucapan Aksara yang memang benar, tetapi Kemal malah menatap tidak suka pada Kenangan yang membetulkan ucapan Aksara.
Aksara menatap tajam Kemal seolah ingin menghabisinya sekarang juga, cepat lelaki itu mengangguk takut tidak ingin pingsan lagi seperti tadi.
"Permisi!"
"Eh, Ibu Astrid dan Pak Melano."
Ekspresi wajah Aksara langsung berubah kesal saat tahu kedatangan dua orang itu ke sekolah, ini pasti panggilan dari sekolah.
Biasanya saat membuat masalah, yang datang pasti neneknya tetapi karena Anya sedang sakit, Ibu dan Ayahnya yang harus datang.
"Maaf Pak, kami sedikit terlambat," ucap Pak Melano yang langsung duduk saat seorang guru mengambilkan kursi untuk mereka.
"Terima kasih," ucap Astrid kepada guru tersebut.
"Sama-sama, mari Bu."
Kenangan menatap orang tua Aksara yang sangat berwibawa, beda sekali dengan anaknya yang sangat urak-urakan.
"Jadi gini Bu, Aksara memukul seorang siswa yaitu Kemal karena ingin menolong temannya Kenangan yang hendak dilecehkan hingga keadaan Kemal menjadi seperti ini," ucap Pak Agung memberi penjelasan.
Astrid menatap Kemal yang wajahnya tidak bisa dia kenali, sedikit meringis karena dia tahu itu pasti sangat sakit.
"Kami sebagai orang tua Aksara sangat meminta maaf atas apa yang dilakukan oleh anak kami, biaya pengobatan Kemal akan kami tanggung untuk menebus kesalahannya Aksara," ucap Astrid.
Sedikit terpukau, Kenangan menatap wanita cantik yang duduk tidak jauh darinya. Orang kaya memang memiliki segala macam cara untuk mempermudah masalah.
"Gua nggak salah, kenapa harus minta maaf?" tanya Aksara dingin.
Inilah yang paling dia benci, orang tuanya tidak pernah mengerti dia sedikit pun.
"Saya tidak punya urusan lagi pak karena sudah ada mereka, lebih baik saya keluar," ujar Aksara berlalu meninggalkan kantor.
"Kenangan, bisa ikutin Aksara? Bapak takut dia ngelakuin hal-hal lain, atau memukul dua teman Kemal nanti," ucap Pak Agung sedikit khawatir.
Kenangan mengangguk, berdiri dari kursinya hendak berjalan keluar. Namun, dia cepat ditahan oleh Astrid.
"Tunggu!"
Kenangan menoleh pada Astrid, wanita itu mengeluarkan dua plester luka dari tasnya dan memberikan itu kepada Kenangan. "Tolong, pakein ini ke dia," ucap Astrid lirih.