Part 10

240 65 6
                                    

Sebelum membaca, saya ingatkan lagi untuk para pembaca agar memberi vote untuk mendukung karya seorang Author!!

Moderator memberikan sebuah kertas yang dituliskan nomor dan perintah digulung rapi untuk mengundi siapa saja pasangan yang akan tampil dahulu.

Giliran mereka, Aksara maju untuk memilih kertas. Mereka mendapat urutan ke tiga dan perintah di dalam situ yaitu bernyanyi sembari bermain gitar.

"Lo bisa nyanyi?" tanya Aksara.

Kenangan mengangguk, "Iya."

"Bagus, gua main gitar lo yang nyanyi. Oh yah, nggak usah gugup gitu," ucap Aksara.

"Untuk Urutan pertama ada Robi dan Ifah. Silahkan, kalian harus mengikuti perintah di kertas itu," ucap moderator.

Robi dan Ifah keluar dari lingkaran kecil, menyiapkan diri untuk mengikuti perintah di kertas tadi.

"Ifah cantik," ucap Robi yang membuat semua penonton dan pemain gempar mendengarnya.

"Iuu, jijik banget," ucap Farel saat mendengar panggilan Robi kepada gadis tersebut yang sebenarnya satu kelas bersama mereka.

"Iya Bang," balas Ifah genit.

Para cewek-cewek tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Ifah. Banyak yang sudah menduga, pasti keduanya disuruh untuk saling menggombal.

"Ifah tahu nggak, apa persamaan Ifah sama Bulan dimata Abang?"

"Aseeek!" Sorak penonton.

"Nggak tuh, emang apa?"

"Bulan itu tugasnya menerangi bumi ini dengan cahayanya, sedangkan kamu menyinari hati abang dengan cahayamu!"

"GOMBAL!" Teriak cewek-cewek kompak dengan derai tawa yang menggema ditengah permainan.

Kenangan tersenyum menatap teman-temannya, ini pertama kalinya dia merasa bahagia bersama teman-temannya.

"Gombal balik!"

"Gombal balik!"

"Gombal balik!"

Semua laki-laki pun kini menyoraki Ifah agar bisa membalas gombal dari Robi, dengan semangat yang tinggi Ifah tersenyum misterius menatap Robi.

"Abang," panggil Ifah dengan nada genit.

"Iya?"

"Abang tahu nggak buaya?"

"Iya, tahu dong," balas Robi.

"Nah, Abang itu kayak buaya. Udah disayang, malah ditinggalin."

Sontak tawa semua orang pecah sudah, Kenangan yang tidak pernah tertawa selama tiga tahun ini tergelak akan ucapan Ifah yang membuat Robi mati kutu.

Ketika semua orang tertawa, tatapan Aksara teralihkan oleh suara gelak seseorang di sampingnya. Murni, tawa itu begitu tulus yang berasal dari hati Kenangan.

Aksara terperangah melihat sebuah kejadian memukau itu, tanpa dia sadari Morgan dan Farel sedang memanggilnya untuk memotret dia dan Kenangan dalam permainan.

"Dih, itu anak kayak nggak pernah lihat cewek ngakak aja," cerca Farel kesal karena suaranya terbuang sia-sia saat memanggil Aksara.

"Rel, coba fotoin aja. Lo udah fotoin Robi sama si Ipah itu kan?" tanya Morgan.

"Udah-udah, lagian yang tukang foto juga ada kalik," balas Farel lalu membidikkan kameranya pada objek yang tidak jauh dari mereka.

Aksara dan Kenangan.

Aksara Untuk Kenangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang