Part 5

285 72 11
                                    

Sebelum membaca, saya ingatkan lagi untuk para pembaca agar memberi vote untuk mendukung karya seorang Author!!

Aksara melempar bola basketnya masuk ke dalam ring, hari ini saat istirahat dia bermain basket bersama Robi. Morgan dan Farel hanya duduk menonton.

"Jadi, gimana? Pertandingan buat lawan Kelas XII IPS 1?" tanya Morgan setelah permainan Robi dan Aksara usai.

"Hari Sabtu, nanti. IPA 1 gabung sama IPA 2, IPS 1 sama IPS 2," balas Aksara sembari meminum sebotol air mineral.

"Tubuh lo udah baikan Rel?" tanya Robi menatap Farel yang kemarin habis dihajar oleh geng musuh mereka. "Kemarin anak-anak nyerbu geng mereka, kata Ulil itu perintah Aksara," sambung Robi.

"Kondisi gua udah mulai membaik, gua bisa ikut pertandingan nanti. Aman aja bro," balas Farel.

"Yah, gua yang suruh mereka nyerbu komplotan pengecut itu. Kemarin gua juga manggil Dhion buat datang."

"Apa?! Dhion? Lo serius?" Morgan menatap tidak percaya atas apa yang Aksara katakan.

"Ck! Sejak kapan gua bohong soal masalah kayak gini?" kesal Aksara.

"Aksara nggak bohong, Dhion udah balik lagi ke sini. Tadi malam dia jengukin gua dan ceritain semuanya," sambung Farel mantap.

"Oh, yah, geng pengecut itu namanya apa?" tanya Aksara.

Meski mempunyai musuh yang banyak, Aksara memang tidak ingin tahu nama geng musuh tersebut. Namun, kali ini dia nggak main-main buat basmi para hama yang mulai merejalela dan sok untuk menghajar dia dan teman-temannya. Bisa-bisa, turun derajat seorang Aksara Rhegafan Melano sebagai ketua geng Devil.

"Namanya Galaxy," ujar Robi.

Tiba-tiba tatapan mereka teralihkan pada beberapa murid yang sedang beramai-ramai masuk ke dalam sekolah.

"Eh, sini lo!" Farel memanggil seorang anak perempuan yang hendak berlari juga mengikuti teman-temannya.

Gadis tersebut berhenti dan menatap Farel takut, "Ada apa yah Kak?" tanyanya.

"Kenapa banyak yang lari masuk ke sekolah?"

"Itu kak, Kemal anak IPS 2 sama Kak Kenangan."

"To the point," ujar Aksara dingin membuat gadis itu semakin gemetaran.

"Kak Kemal pengen lecehin Kak Kenangan."

"Wah, gila tuh bocah. Anak pendiam kayak Kenangan pun diembat," cerca Farel.

Aksara berdiri dari duduknya, emosinya tiba-tiba naik secara drastis dan itu membuat perhatian sahabatnya teralihkan.

"Lo mau kemana?" tanya Morgan.

"Habisin Kemal," ujar Aksara dingin dan pergi meninggalkan sahabatnya memasuki kelas.

"Woi, ikutin! Jangan sampai Aksara bunuh anak orang di sekolah!" teriak Farel kepada Robi dan Morgan.

Robi dan Morgan melesat mengikuti Aksara, berjaga-jaga takutnya saja emosi sahabatnya itu memang tidak bisa dikontrol. Bisa-bisa dia dicap kriminal sejak masih bersekolah.

Aksara masuk ke kelasnya dan melihat Kenangan yang terjatuh di lantai diketawai oleh Kemal dan geng-gengnya. Anak-anak lainnya tidak bisa membantu karena takut pada Kemal, Roni, juga Jani. Lagi-lagi pelakunya mereka.

Aksara berjalan dengan langkah kakinya yang lebar, menarik rambut Kemal yang tebal dan cukup panjang, dan menjatuhkannya ke lantai.

Anak-anak perempuan lainnya histeris melihat hal itu, termaksud anak laki-laki lainnya yang menelan ludah karena kedatangan Aksara.

Kemal terjatuh menabrak tembok, cepat, Aksara tidak memberikannya waktu untuk bergerak dan menendangnya bagai orang kesetanan.

Roni dan Jani yang ingin menyerang Aksara ditahan oleh Morgan dan Robi. "Diam, atau lo berdua babak belur," ucap Robi.

Roni dan Jani tidak bisa berkutik, hanya menatap kasihan pada Kemal yang dihajar oleh Aksara.

Tidak puas menendang lelaki bejad itu, Aksara mengangkat kerah seragam kemal dan memukulnya tanpa henti. Hidung dan bibir Kemal berdarah, wajahnya seperti orang yang sudah tidak dikenali.

Buru-buru, Robi dan Morgan mencoba untuk memisahkan Aksara pada Kemal, tapi kekuatan mereka tidak bisa membuat emosi Aksara mereda.

"Aksa, udah woi! Lo jangan bunuh anak orang!" teriak Robi menyadarkan Aksara.

"Lepasin gua!"

"Lo bisa pukul dia tapi jangan di sini, Aksara. Ini sekolah," ujar Morgan.

"Bodo amat! Minggir lo berdua!"

Morgan dan Robi tetap berusaha menahan Aksara, Kemal bahkan sudah tidak sadarkan diri di lantai tapi tetap saja Aksara masih ingin memukulinya.

Kenangan menatap nanar pada Aksara, dia tidak ingin menangis tetapi sikap lelaki itu yang membuatnya terharu karena Aksara sudah datang untuk menolongnya.

Kenangan berdiri dengan cepat, menghampiri Aksara yang ditahan oleh Robi dan Morgan. Gadis itu menarik ujung seragam Aksara, dan berkata, "Hei, sudah."

Mendengar suara Kenangan, Aksara secepatnya berbalik menatap kondisi gadis itu. Dia benar-benar lupa keadaan Kenangan karena diotaknya hanya ingin membuat Kemal terkapar.

Robi dan Morgan menganga menatap Aksara, serius? Ini Aksara cuman bisa ditenangkan oleh Kenangan?

'Wah, bro, lo ngutang penjelasan sama kita,' ucap Robi dalam hati.

"Udah, aku nggak apa-apa. Makasih,"

Seisi kelas seolah tidak bisa bernapas menatap Kenangan, hei, tidak ada yang berani berbicara dengan Aksara seakrab itu.

"Wah, nih, cewek berani banget."

"Gua nggak tahu dia punya keberanian dari mana tapi, dia dan Aksara sedikit akrab."

"Dia ngomong sama Aksara? Emang nggak takut apa?"

Beberapa orang mulai berbisik, termaksud Robi dan Morgan yang saling menatap penuh tanda tanya.

Kenangan mengambil tangan Aksara, membawanya keluar dari sekolah menuju ke rooftop sekolah. Setidaknya, menenangkan amarah Aksara dahulu.

Aksara hanya menatap tangannya yang digenggam oleh Kenangan, jemari Kenangan kecil dan terlihat lucu saat saling melekat dengan tangannya.

Sesampainya di rooftop, suasana menjadi sepi. Kenangan menatap Aksara yang hanya terdiam seolah tidak terjadi apa-apa sejak tadi.

"Kenapa kamu nolongin aku?" tanya Kenangan.

Raut wajah Aksara menjadi ketus, dan menjawab, "Gua nggak suka milik gua disentuh, apalagi sama tangan kotor kayak mereka. Lagian yah, lo sebagai cewek punya tenaga sedikit buat memberontak, nggak semua cewek itu lemah kayak lo bego!"

"Oh yah, nggak usah kegeeran karena gua nolongin lo!"

Kenangan terdiam menatap Aksara yang sedang berceloteh panjang, tidak memotong ucapan lelaki itu untuk sesaat.

Merasa tidak ada balasan, Aksara menatap tajam Kenangan yang hanya diam menatapnya.

"Kenapa lo di—"

Ucapan Aksara tiba-tiba terhenti saat Kenangan melontarkan senyum lembut kepadanya, hal itu membuat Aksara terpaku karena merasa Kenangan sangatlah cantik di matanya saat tersenyum.

"Terima kasih, yah," ucap Kenangan.

"Aku--"

Ucapan Kenangan terpotong saat matanya tiba-tiba ditutup oleh Aksara, lelaki itu lantas mengambil kesempatan dan mengecup bibirnya Kenangan

Aksara membuka mata Kenangan yang sudah membulat sempurna, secepat mungkin Kenangan memukul lengan Aksara dengan kesal karena lagi-lagi Aksara menciumnya.

"Hari ini gua mau ke rumah lo," ucap Aksara.

"Eh, mau apa?"

"Makan, dan main sama Gery," balas Aksara dan lekas menarik Kenangan untuk mengekorinya dari belakang menuju kelas.

Aksara Untuk Kenangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang