Part 30

200 47 3
                                    

Sebelum membaca, saya ingatkan lagi untuk para pembaca agar memberi vote untuk mendukung karya seorang Author!!

Berdiri di balkon kamar, tatapan Aksara yang selalu tajam berubah. Perasaannya menjadi kalang kabut seolah-olah ada sesuatu yang samar menghantui pikirannya.

Tangannya ingin sekali menghantam sesuatu untuk dia jadikan pelampiasan kekesalannya tetapi, wajah Kenangan yang tersenyum lembut lalu memeluknya benar-benar melekat di otak Aksara.

"Lo emang cewek sialan!" sekali, Aksara mengumpat lagi. Dia seperti ditinggalkan Kenangan secara cuma-cuma tanpa kata dan itu berhasil membuat Aksara uring-uringan tidak jelas seperti sekarang ini.

"Gua benci berada di posisi ini."

***

Kelas benar-benar hening, tidak ada yang berani menghancurkan mood Aksara siang ini dengan suara ribut mereka.

Pria itu mengeluarkan aura berbeda seolah-olah menekan semua orang yang berada di sini untuk berhati-hati padanya.

Sisi bangku yang selalu diisi Kenangan tidak ada yang menempati, pemiliknya tidak terlihat sedikit pun tadi pagi hingga siang ini. Murid-murid di kelas benar-benar resah saat Kenangan tidak ada di sini, gadis itu adalah tameng mereka tetapi, di saat seperti ini dia tidak ada.

Hingga saat lonceng berbunyi, mereka menghela napas lega. Akhirnya mereka bisa keluar dari kelas neraka ini, dan menghirup udara segar di luar sana.

Merasa semuanya telah pergi, Fladis masuk ke dalam kelas menemui Aksara.

"Nggak ke kantin?" tanyanya sekadar basa-basi untuk mencuri pandangan Aksara yang lurus untuk menatapnya.

Kelas kosong, hanya sisa Aksara di dalam sana.

Aksara tidak menjawab, pertanyaan Fladis, dia malas untuk berbicara saat ini. Otaknya tidak bisa berjalan bersama hatinya, dua organ ini saling bertubrukan sejak semalam. Lagian, gadis di hadapannya ini tidak ada pentingnya sama sekali.

"Gua dapat info kalau cewek lo kemarin jalan sama keluarga Gamma," ucap Fladis.

Mata Aksara menajam, tatapannya beralih menatap Fladis serius.  "Info dari siapa?" tanya Aksara dingin.

Tanpa banyak bicara, Fladis langsung memberikan foto Gamma dan seorang wanita yang berdiri di depan pintu rumah Kenangan dan beberapa foto Ibu juga Adek Kenangan yang masuk ke dalam mobil.

Rahang Aksara mengeras, seketika dia berdiri dari bangkunya mencari sosok Gamma. Namun, tangannya ditahan oleh Fladis. "Lo mau kemana? Nyari Gamma? Jangan sakitin dia, yang salah itu Kenangan."

Brakk!

Tubuh Fladis dilempar begitu saja dengan mudah menghantam bangku kosong, gadis itu meringis menahan sakit di punggungnya akibat Aksara.

"Berani sekali lo nahan gua, punya nyali cih!" Aksara meludah tepat di hadapan Fladis dan keluar dari kelas dengan emosi yang memuncak.

Dia menelusuri koridor dan menemukan kelas jurusan IPS yang mana sosok Gamma sedang membaca buku di dalam sana dengan damai.

Aksara masuk ke dalam kelas tersebut dan menguncinya rapat setelah mencuri kunci cadangan kelas tersebut di kantor tadi sebelum ke sini.

Tatapan semua orang beralih menatapnya, termaksud Gamma yang dengan santai melihat Aksara berdiri di dekat pintu dengan tatapan yang tajam.

"Ada ap—"

"Diam, atau mulut lo gua robek?" pertanyaan ketua kelas terpotong dengan cepat, hingga pria berkacamata yang menjabat ketua kelas tersebut menjadi ketakutan.

"Sekarang gua nanya ke lo baik-baik, dimana Kenangan?"

Tatapan Aksara mengarah menatap Gamma, yang ditatap tersenyum sekilas dan menggelengkan kepalanya berpura-pura tidak tahu.

"Gua nggak tahu," balas Gamma.

Krystal yang ada di samping Gamma menginjak kaki lelaki itu, hingga Gamma menoleh melihat Krystal yang ketakutan.

"Gua paling nggak suka main-main, kasih tahu sebelum lo benar-benar nyesal."

"Gua udah bilang nggak tahu, kenapa lo tetap maksa?"

Aksara berjalan perlahan menuju Gamma, berdiri menatap lelaki itu sekilas sebelum memberikan sebuah tamparan keras pada Gamma hingga kepalanya menoleh ke samping saking kerasnya tamparan tersebut. 

Plak!

Gamma menoleh menatap Aksara tajam, dia memberikan sebuah tendangan pada perut Aksara tapi, dengan cepat ditahan oleh Aksara dengan satu tangannya.

Aksara tersenyum sinis bagai seorang pscyho, kemudian tangannya memukul perut lelaki itu hingga tersungkur. Aksara jalan menginjak dada Gamma dengan keras, menatap lawan dibawahnya dengan senyum mengerikan.

"Kasih tahu, dimana cewek gua."

Gamma merintih perih, dia harus tutup mulut karena sudah berjanji untuk tidak memberitahukan keberadaan Kenangan dan kondisi gadis itu pada Aruni, Ibunya Kenangan. Sementara kondisi Kenangan belum membaik, kata kakaknya.

Tidak mendapat jawaban dari Gamma, Aksara dengan keras menendang tubuh Gamma. Emosinya semakin naik seiring bungkamnya lelaki itu.

Gamma berusaha bangkit sekuat tenaga, keduanya terjadi pertarungan yang sengit.  Dimana Gamma berusaha mengimbangi kecepatan bertarung Aksara yang berubah drastis, dia akan tetap berusaha menjaga rahasia Kenangan.

Satu tinju Gamma berhasil mengenai wajah Aksara, lebam di wajah Aksara tercetak jelas. Gamma langsung mengambil kesempatan untuk langsung menendang Aksara hingga lelaki itu benar-benar terlempar.

Merasa terpojok, Aksara yang tidak bisa menerima kekalahan bangkit kembali dan pertarungan di antara keduanya sangat lama-lama. Bahkan lebam-lebam di wajah mereka sudah banyak, dengan keadaan Aksara mencekik leher Gamma.

Di luar, Fladis yang telah mendapatkan kunci duplikat langsung membuka kelas berlari diikuti oleh Morgan, Robi, juga Rendi dan Farel . Gadis itu langsung menolak Aksara sekuat tenaganya untuk menjauh dari Gamma hingga tangan Aksara terlepas sempurna.

"Lo bisa bunuh dia!" teriak Fladis menangis menghalangi tubuh Gamma dari Aksara.

Aksara yang tidak perduli lekas ingin menghantam Fladis dengan tinjunya tetapi, kalah cepat dengan Gamma yang merengkuh Fladis dalam dekapannya dengan erat.

"Cukup gua yang lo pukul, dia jangan," ucap Gamma.

Robi dan Rendi langsung menarik Aksara untuk mundur, tatapan Aksara menatap pada Gamma dan Fladis yang ada di hadapannya.

Dia terdiam sesaat, mengingat wajah ketakutan Kenangan yang takut menatapnya membuat Aksara merasa bahwa dia adalah seorang Iblis berwujud manusia.

Bahunya luruh, dia memang tidak bisa ditinggalkan seperti ini oleh Kenangan. Perlahan Aksara melangkah keluar dari kelas tersebut dalam diam dengan perasaannya yang tidak tentu arah.

Robi yang melihat Aksara pun dengan cepat mengikuti langkah Aksara, dia tidak akan membiarkan Aksara kali ini sendirian.

"Gimana? Kehilangan dia itu nggak enak banget walau hanya untuk sesaat," ucap Robi setelah menemukan Aksara yang duduk di bangku sekolah.

"Hmm."

"Lo udah tahu kan rasanya cinta itu kayak mana, dimana lo udah netapin hati lo buat dia tapi, tiba-tiba dia ngilang gitu aja."

"Pulang, luka lo parah banget tuh. Gua nggak punya plester kayak Kenangan," ucap Robi dan langsung berlalu dari situ meninggalkan Aksara sendiri.

Aksara tersenyum tipis mengingat plester yang diberikan Kenangan padanya, yang mana plester tersebut pernah ditangkap basah oleh teman-temannya sendiri.

Berarti mereka telah mengetahuinya.

Jangan lupa untuk klik tombol bintangnya 🌟

Aksara Untuk Kenangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang