Sebelum membaca, saya ingatkan lagi untuk para pembaca agar memberi vote untuk mendukung karya seorang Author!!
Ruang ganti milik kelas IPA telah diisi oleh para pria basket yang sudah lengkap berkostum berwarna merah, hari ini pertandingan akan segera dimulai.
Saat keluar dari sana menuju lapangan, sorak sorai para murid terdengar deras mengisi arena. Kelas kali ini ditiadakan, pasalnya pertandingan ini adalah pertandingan yang paling akhir untuk kelas tiga.
"Robi! Semangat!" Teriakan para wanita mulai menyemangati pria itu, bagaimana tidak? Robi adalah leader yang selalu dielu-elukan para kaum hawa. Berbeda dengan Aksara, siapa yang mau memuja nama malaikat maut itu?
Lawan telah memasuki arena, itu anak IPS. Namun, beberapa kasak-kusuk mulai terdengar tidak enak ditelinga.
"Loh, kok Gamma nggak ikut? Dia ketuanya bukan?"
"Kenapa yang gantiin malah Martin?"
"Gua dengar-dengar nih yah, Gamma kakinya keseleo gitu. Jadi nggak bisa main."
"Masa sih?"
Tim anak IPA menatap satu sama lain, bingung dengan siapa siswa bernama Gamma yang berhasil membuat beberapa orang heboh mempertanyakan keberadaannya.
"Gamma siapa sih?" Farel bertanya dengan malas pada Robi.
"Leader mereka, gua nggak tahu kenapa dia nggak bisa hadir. Masa kalian nggak tahu? Anak IPS itu loh," ucap Robi.
Rendi menghembuskan napasnya perlahan-lahan, terserah siapa yang akan jadi leadernya. Permainan akan tetap berlangsung.
***
Ketika semua orang berkumpul di lapangan, Kenangan memilih untuk berdiri di rooftop sekolah memandangi siswa-siswi yang sedang ramai di lapangan basket.
Tadi, Ifah, Meli, dan Rinai mengajaknya untuk menonton bersama. Namun, dia merasa kali ini harus menghindar dari Aksara dahulu. Hanya Fladis yang bersamanya, entah kenapa gadis tomboi itu tidak mau menonton pertandingan basket.
Fladis sedang membeli minuman dan roti di Kantin, dia sendiri di rooftop menunggu kedatangan gadis itu. Namun, bukannya yang datang malah Fladis, melainkan seorang pria tampan yang ikut berdiri menyaksikan pertandingan di bawah sana di samping Kenangan.
Pria itu melirik Kenangan yang seolah menghindar darinya, dia duga, pasti gadis di sampingnya tersebut ketakutan. Mungkin tidak terbiasa.
"Lo takut sama gua?"
"Eh?"
"Lo menghindar dari gua, berarti lo takut sama gua kan?"
Kenangan menggelengkan kepalanya dengan cepat ingin berbohong tetapi, kalah dengan reaksi lelaki di sampingnya itu.
"Biasa aja kali, nggak usah takut. Lo pikir gua ini Bayi Harimau apa," kekehnya berusaha mencairkan suasana.
Kenangan tersenyum membalas guyonan garing yang membuatnya mengembang senyum, lalu menatap wajah pria itu dengan penuh semangat.
"Iya, kamu bayi harimau. Seram," ujar Kenangan.
"Hahahahah, lo lucu juga yah."
"Ah, emang tadi lucu yah?"
"Iya, lucu."
"Ngomong-ngomong, kenapa lo nggak nonton aja di bawah?"
Kenangan menggelengkan kepalanya tidak suka. "Aku nggak mau aja." Sebenarnya dia itu takut sama Aksara.
Ceklek!
Pintu rooftop terbuka, menampakkan Fladis yang berdiri menatap pria itu dan Kenangan yang berdiri berdampingan. Dari belakang saja, gadis itu sudah mengenali siapa pemuda tersebut.