Sudah menjelang sore, beberapa murid lainnya telah mengambil perlengkapan mandi mereka yang dibawa. Termaksud Kenangan dan Ifah, beserta teman-teman lainnya.
Senyum Kenangan terlukis indah, saat selesai melakukan permainan mereka tadi, banyak anak perempuan yang menyerbu dirinya untuk diajak berteman.
Mengerumuni gadis mungil itu, hingga bertanya apa hubungannya bersama Aksara.
"Lo suka Aksara?" tanya Meli, berjalan di samping Kenangan sambil tersenyum menggoda.
Kenangan tertawa kecil mendengar pertanyaan Meli, menggelengkan kepalanya, Kenangan menjawab, "Nggak!"
"Hayok! Bohong yah, ayok katakan Kenangan heheh." Tidak puas dengan jawaban Kenangan, di samping Ifah, gadis berkepang yang tak lain adalah Rinai merayu Kenangan seakan tidak bosan dengan kerjaannya.
"Kenapa lo nggak pacaran aja sama Aksara? Kalian cocok loh, seenggaknya masa-masa SMA lo itu punya kisah cinta yang berharga gitu hehehe," usul Meli.
Ifah merinding mendengar ucapan Meli. "Ihhh, gila! Masa lo nyuruh Kenangan pacaran sama si kang marah itu, bisa-bisa habis Kenangan dibentak."
Kenangan tertawa mendengar ucapan Ifah, namun perkataan Meli merasuk dalam pikirannya. Setidaknya saat dia mati, dia punya kisah cinta juga. Namun, apa harus dengan Aksara?
"Udah, nggak usah diganggu terus sih Kenangannya," tegur Fladis, cewek berpakaian tomboi yang asik merapikan handuk di lehernya itu menengahi perdebatan kecil di antara meraka.
Kini, giliran mereka menuju sebuah air terjun yang tidak jauh dari perkemahan. Karena tadi, selesai bermain mereka kembali membantu para Ibu guru untuk menyelesaikan pekerjaan yang sedikit lagi akan selesai.
Saat hendak menaruh peralatan mandi, tiba-tiba sebuah pemandangan yang tidak biasa muncul di dahadapan mereka.
Mata Kenangan langsung ditutup oleh Ifah. Fladis mengalihkan pandangannya ke belakang, sedangkan Meli dan Rinai hampir menjerit kesenangan saat melihat Farel, Morgan, dan Rendi yang mandi tanpa mengenakan baju hingga menampilkan perut kotak-kotak mereka.
Bukan hanya keduanya, para wanita yang masih ada di sana bahkan tidak berkedip menatap tiga pemuda itu.
"Gila!" Teriak Ifah kencang, hingga mengalihkan tatapan semua orang yang sedang mandi.
Aksara yang sedang asik bercerita bersama Robi pun ikut terganggu, suara gadis itu terlalu besar.
"Bego, jangan teriak! Ada Aksara tuh, Ifah!" Bentak Fladis, khawatir akan Ifah yang nanti akan jadi bulan-bulanan Aksara karena mengusik Aksara.
Ifah seketika langsung tersadar. Secepat mungkin, dia menutup mulutnya dengan dua tangan, hingga tangannya yang menutup mata Kenangan terlepas.
Lantas, mata Kenangan terbuka, alangkah terkejutnya dia melihat tiga pemuda yang sedang menatap mereka kebingungan.
"Aaaaaah!" Kali ini bukan suara Ifah yang berteriak, melainkan Kenangan yang menjerit dan menutup matanya secepat mungkin.
Aksara berdecak kesal, melempar baju ketiga sahabatnya yang berada dekat diantara dia dan Robi. "Pakai!" Perintahnya.
Secepat mungkin, ketiganya memakai kaos yang mereka lepas tadi. Tersenyum bodoh pada Ifah, Meli dan Rinai.
"Udah," ucap Robi mengkode Kenangan dan Fladis.
Kenangan membuka kedua tangannya, menatap tiga sahabat Aksara yang tersenyum canggung kepadanya.
Sekilas, dia menoleh pada Aksara yang kini asik berbincang pada Robi.
Menghela napas berat, Kenangan berjalan mendekati dua pria itu.