Part 28

170 44 2
                                    

Sebelum membaca, saya ingatkan lagi untuk para pembaca agar memberi vote untuk mendukung karya seorang Author!!

Fladis berjalan dengan wajah datarnya menemui Kenangan yang sedang mendengarkan celotehan Ifah bersama Meli dan Rinai.

Rasa sakit hatinya belum tuntas apabila gadis yang dia percayai ini masih bisa tertawa di atas penderitaannya.

Byur!

Air mineral yang dibawa oleh Fladis tersiram di tubuh Kenangan, mulai dari atas kepala hingga mengenai wajah dan bajunya. Bahkan, air tersebut mengalir juga di rok Kenangan.

Ifah menatap tajam pada pelakunya, menemukan Fladis yang menatap Kenangan mencemooh.

"Apa-apaan sih lo? Kenapa lo siram Kenangan?"

"Fladis, kok lo kayak gitu sih?" Rinai menatap tidak percaya pada sahabatnya yang satu itu, Fladis yang terlihat sangat baik sekarang berdiri dengan angkuhnya di samping meja mereka.

Kenangan mendongakkan kepalanya menatap Fladis yang terlihat tidak seperti biasanya, tenang, Kenangan berdiri mengusap air yang mengenai wajahnya akibat disiram oleh Fladis.

"Kenapa Fla?" tanya Kenangan santai tanpa emosi.

Beberapa orang di kantin menjerit karena sikap Kenangan yang terlalu tenang, sedangkan yang lain mencari sosok Aksara yang telah pergi dari Kantin setelah selesai menyelesaikan makanannya.

Bisa gawat jika Aksara tahu kalau Kenangan diperlukan seperti ini.

"Lo wanita murahan, nggak puas lo udah dapatin Aksara dan sekarang lo punya hubungan sama Gamma."

Kenangan menghela nafas panjang mendengar ucapan Fladis yang begitu tajam, jadi karena Gamma, Fladis jadi memperlakukannya seperti bukan seorang teman lagi.

"Kamu harus dengar penjelas —"

"Gua nggak pernah percaya sama lo lagi cewek murahan!" Fladis mendorong tubuh Kenangan dengan kuat hingga gadis itu tersungkur di lantai. "Gua udah percaya sama lo sebelumnya dan sekarang lo rusak kepercayaan gua dengan punya hubungan sama Gamma. Seharusnya lo malu," lanjut Fladis.

"Aku nggak punya hubungan spesial sama Gamma Fla, aku hanya anggap dia teman," jelas Kenangan.

"Muka lo aja yang kelihatan polos, kelakuan lo jauh dari kata itu."

"Fladis! Jangan bilang kayak gitu!" Sentak  Ifah tidak terima. Ifah menghampiri Kenangan dan membantunya berdiri.

Meli yang melihat hal itu sudah menduga reaksi Fladis seperti itu, Gamma telah pergi dari sini dan Aksara sudah cabut dahulu. Pantas saja, Fladis semakin berkuasa.

"Lo tahu dari mana Kenangan punya hubungan sama Gamma?" tanya Meli.

"Kenapa lo harus tahu? Yang penting gua udah tahu kebusukkan nih cewek," ucap Fladis.

Kenangan mendekati Fladis dengan tatapan matanya yang melembut, diraihnya tangan Fladis hati-hati dan berkata, "Nggak seperti itu Fla, percaya sama aku. Aku hanya suka sama Aksa dan untuk hubunganku sama Gamma itu nggak lain hanya sebatas teman."

Ifah terkesiap mendengar penuturan dari Kenangan, begitu pun dengan seisi kantin. Meski mereka sudah tahu Aksara dan Kenangan pacaran tapi, tidak pernah mendengar pernyataan semacam ini dari mulut keduanya.

Fladis menatap lama pada Kenangan, bibirnya menyunggingkan senyum yang sangat aneh. Ditariknya rambut Kenangan dengan kasar dan satu tamparan mendarat mulus di pipi gadis itu.

Plak!

Kenangan menahan perih yang dirasakan oleh pipinya akibat tamparan keras dari Fladis yang dia terima. Rambutnya yang ditarik membuat kepalanya menjadi pening karena Fladis menariknya dengan kasar hingga beberapa helai terlepas.

"Berhenti Fladis!" Bentak Meli.

"Lo ngapain sih Fla, lepasin!" Rinai mencoba memisahkan keduanya tapi malah tubuhya ditolak oleh Fladis.

Rinai meringis kesakitan, menatap tidak percaya pada sahabat yang begitu dia sayang.

"Fla, lepasin! Lo bisa berurusan sama Aksara," ucap Ifah.

Fladis benar-benar tidak mendengarkan ucapan orang-orang yang menyuruhnya untuk berhenti. Ditariknya rambut Kenangan kasar, dan dihempaskan gadis itu ke lantai sekuat tenaga.

"Ini belum selesai, awas lo!" Sebelum meninggalkan Kantin, Fladis memberi sebuah peringatan untuk berhati-hati padanya. Kemungkinan, besok hari-hari Kenangan menjadi tidak tenang.

Tanpa di duga, Morgan yang hendak membeli air mineral di kantin terpaku akan kejadian tadi. Mata Morgan dan Kenangan bertemu, gadis itu perlahan menggelengkan kepalanya memberi kode agar tidak memberitahu Aksara tentang kejadian tadi.

"Jangan pernah kasih tahu Aksara tentang kejadian ini," ucap Kenangan ke seisi kantin.

"Kalau kalian ngasih tahu, aku nggak sanggup lihat Fladis kenapa-kenapa," lirih Kenangan lalu mengambil kotak makanan yang ada di meja dan merapikan rambutnya sambil berlalu dari situ, diikuti oleh Ifah, Meli, dan Rinai.

Semua terpaku mendengar ucapan Kenangan, Morgan menelan salivanya menyaksikan kejadian tadi. Aksara memang seharusnya tidak boleh tahu tentang kejadian ini, jika tidak ... dia benar-benar tidak bisa membayangkan akan jadi apa Fladis.

"Jangan pernah kasih tahu Aksara, kalau kalian nggak mau kena masalah," ucap Morgan dan berlalu pergi dari sana.

Dari jauh, tampak seorang wanita tersenyum bahagia menyaksikan kejadian tadi. Dia Krystal, gadis dari semua biang masalah ini.

Sebentar lagi, bukan hanya Fladis dan Kenangan yang bermasalah tapi, Aksara dan Kenangan pun akan kena getahnya juga.

Dia sudah mempersiapkan rencana ini matang-matang agar bisa menghasut pikiran Fladis untuk membenci Kenangan dan semua itu berhasil.

Karena Gamma semakin dekat dengan Kenangan, pastinya akan timbul kontroversi antara Aksara dan Kenangan juga. Masalahnya, Aksara adalah lelaki yang tidak mudah Krystal bodohi.

Lelaki itu memang susah dimanipulasi tapi, hal ini akan terus berlanjut sampai Aksara benar-benar terganggu dengan keberadaan Gamma di sekitar hubungan mereka.

Mengingat hal itu yang masih menjadi bayang-bayang baginya saja sudah membuatnya sebahagia ini. Apalagi jika semua yang dia rencanakan semuanya berhasil dengan sempurna.

Krystal tidak bisa menunggu Gamma yang bergerak dengan lambat, dia bosan akan permainan yang Gamma berikan kepadanya. Tidak apa-apa bukan, menciptakan suasana baru bagi Galaxy?

Tiba-tiba ponsel Fladis berdering, gadis itu menatap layar ponselnya kesal karena nama Dhion yang tertera di sana dengan jelas.

"Ngapain sih tuh cowok, nggak ada bosannya bikin orang kesal mulu," celoteh Krystal.

Dengan perasaan yang  kesal, Krystal terpaksa menerima panggilan dari Dhion. Nada bicaranya diubah semanis dan selembut mungkin pada Dhion, agar Dhion tidak tahu jika dia sedang menahan amarahnya.

"Halo."

"Iya, Dhion."

"Kamu dimana sekarang?"

"Aku masih di sekolah, kenapa?"

"Baguslah, pulang sekolahnya nanti sama saya aja yah. Mama kamu tadi pesan sama saya agar jemput kamu."

"Loh, emangnya supir di rumah kemana?"

"Katanya lagi cuti, istrinya sakit. Saya yang antar jemput kamu nantinya."

"Eh, nggak merepotkan?"

"Nggak, Krystal. Sebentar kamu pulang sama saya saja."

Setelah itu, sambungan telepon terputus secara sepihak dari Dhion. Senyum terbit dari bibir Krystal, keadaan yang menguntungkan baginya saat ini. Dhion bahkan semakin mendekat kepadanya, dia tahu pesonanya tidak bisa ditolak.

Ayok Krystal, buat semua orang yang berurusan sama Aksara hancur.

Jangan lupa untuk klik tombol bintang 🌟

Aksara Untuk Kenangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang