Chapter Sepuluh [ Attack Sekeleton ]

359 20 0
                                    

"Hmm, ahh ... minum air kelapa ini rasanya nikmat banget ya!" ucap Senor.

"Iya, Kak. Nikmat banget! Rasanya seperti menambah stamina," balas Reno.

"He eleh bilang aja kalian berdua mau nambah 'kan, nggak usah basa-basi deh?!" celetuk Rosalina.

Setelah mendengarkan ucapan Senor dan Reno membuat obrolan berdua berhenti, karena mendengarkan ucapan Rosalina yang mau menusuk hati kakak adik itu.

Lalu Kevin meratapi. Kemudian Rosalina juga ikut berhenti. "Mengapa tiba-tiba mereka berdua berhenti?" batin Rosalina kepada Senor dan adiknya.

"Hmm ... kenapa kalian bertiga pada berhenti bicara? Kapan nih jalannya, untuk mencari batu kuning," ajak Kevin.

"Yeah, sekaranglah. Untuk apa nungguin tempat yang sangat panas begini, yang ada makin gosong kulit saya?" balas Rosalina sambil menarik poni rambutnya.

"Ya sudah, kita lanjutkan perjalanan!!"

***
Beberapa menit kemudian. Mereka berlima menempuh perjalanan yang sangat jauh, sebuah tempat yang beralaskan pasir hangat. Dan di atasnya diratapi terik matahari yang sungguh bedebah.

Setelah itu dari salah satu mereka melihat sebuah terowongan.

"Kak, itu ada terowongan di sebelah sana?!" teriak Sahsa.

"Dimana Sahsa?" balas Kevin dengan semangatnya. Lalu Sahsa menunjuk tangannya ke arah barat.

"Oh, baiklah. Semua hayuk kita ke arah barat!" ajak Kevin.

Saat hampir tiba di terowongan, mereka dihadang sebuah jurang yang sangat tinggi. Di bawahnya penuh tumpukkan tulang, sampai juga ada kepala tengkorak.

"Kak, kita lewatnya harus bagaimana. Mana tinggi lagi, Reno nggak mau mati disini?!" paniknya Reno sambil menarik-narik pakaian Senor.

"Nggak usah ngada-ngada lah, siapa juga mau mati disini?" balas Senor. Kemudian Senor bertanya langsung kepada Kevin. "Arslan, kita harus bagaimana? Agar bisa menyeberang dari jurang ini."

Kevin menghela napas dengan pelan. Lalu ia melihat sekelilingnya, untuk mencari jalan agar bisa menyeberang ke terowongan itu.

"Kak Arslan, disana ada jembatan?" tanya Sahsa.

"Mana, Sa!" balas Kevin.

"Itu disana kak?" Sahsa menunjuk ke arah jembatan goyang.

Kemudian Kevin dan teman-temannya bergegas pergi ke arah jembatan goyang.

***
"Kak Arslan, kita serius mau jalan lewat jembatan ini?" tanya Reno.

Setelah itu Kevin meraba tiang jembatan goyang, ia menahan dan menggoyangkan jembatan itu.

"Kayaknya jembatannya masih kuat deh? Tapi aku binggung sama kamu Reno?" balas Kevin kepada Reno. "Jadi Kak, Reno harus bagaimana. Reno nggak mau sendirian disini?!" teriak Reno dengan penuh berlinang air mata.

Kevin mulai kebingungan, kemudian ia menatap Sahsa yang sedang melamun.

"Sa?" ucap Kevin. Sehingga membuat Sahsa merasa kaget.

"I--ya Kak. Ada perlu apa?!" tanggap Sahsa dengan cepat.

"Sa, kamu kenapa melamun saja?"

"E-nggak Kak. Sahsa nggak melamun, oh iya kakak. Ada perlu apa dengan memanggil Sahsa?"

"Hmm, anu. Sebenarnya kakak mau boleh minta tolong nggak? Sihir awan kamu apakah bisa menampung berat badan Reno?"

"Bisa sih kak? Tapi mana Sahsa kagak bisa bolak-balik. Untuk nampung 4 orang secara bergantian," jelas Sahsa.

Invalible  [TELAH TERBIT DI PENERBIT GUEPEDIA]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang