Chapter Tiga puluh tiga [ Negrum Forest ]

111 14 0
                                    

Keesokan pagi, kini Kevin, Arco, Rosalina, dan temannya. Sudah berkumpul di lapangan sekolah sihir.

Sebelum melakukan kepergian. Kemudian, Guru Aokai dan Paman Thron datang menghampiri mereka ber-enam.

"Arco, ingat pesan kakek. Engkau harus selalu membimbing mereka sampai ke arah tujuan, dan satu lagi kalau kalian sudah mendapatkan batu sihir racun kuning itu, maka harus pulang dengan cepat!" jelas Guru Aokai.

Arco hanya mengangguk saja, mendengarkan penjelasan Guru Aokai. Setelah itu, mereka ber-enam berpamitan kepada Guru Aokai dan Paman Thron.

Usai berpamitan kini, mereka melanjutkan perjalanan ke arah utara.

***
Beberapa menit kemudian, mereka ber-enam sudah sampai di pasar. Pasar yang dipenuhi keramaian membuat mereka perjalanan sedikit terdesak.

"Kak Arslan, kita makan aja dulu yuk. Dari kemarin saya nggak makan!" ucap Reno.

"Ta-tapi kita tidak punya uang, Ren," balas Kevin.

Perbincangan mereka berdua membuat Arco sedikit terusik, lalu Arco bertanya. "Kalian lagi bahas apaan sih?"

Saat mendengarkan pertanyaan Arco, membuat Reno langsung menutup mulutnya. Sedangkan, Kevin agak kebingungan mau membalas pertanyaan Arco, dengan  harus apa yang akan ia katakan.

"Lah, kenapa kalian pada diam?" heran Arco.

"Ehm, enggak apa-apa masalah biasa, tentang makanan," balas Kevin.

"Hah, makanan. Kalian belum makan ya? Ya sudah ikut aku saja ke Hutan Negrum, di sana ada mie ramen yang rasanya enak banget, ditambah penjualan nya itu adalah sahabat saya sendiri---Leo," seru Arco.

"Hm, ini nggak ngerepotin 'kan. Takutnya kami enggak enak aja begitu,"ucap Kevin kepada Arco.

"Enggak, santai aja nggak usah takut. Harga mie ramen di sana sangat murah, bersih, dan diyakini bakalan enak. Ya sudah mulai sekarang kalian ber-lima ikut saya ke Hutan Negrum. Sahsa, bolehkan saya meminta tolong kepadamu, untuk membuat awan besar," pinta Arco.

Sahsa yang mulai kebingungan untuk menuruti kemauan Arco. Tapi, Sahsa masih kesal melihat sifatnya Arco.

Setelah itu, Kevin menyentuh Sahsa. Agar Sahsa menyakinkan kemauan Arco. "Sahsa, ayo dengarkan kata Arco. Aku yakin kalau kamu pasti mau mengikuti permintaan Arco," bujuk Kevin.

"Ta-tapi, Kak. Sahsa nggak bisa, soalnya Sahsa takut sama Kak Arco," balas Sahsa.

"Sa, tolong percaya lah pada Arco. Kamu nggak perlu takut sama dia, karena dia kita berhasil menyelamatkan Reno, dan dia juga mau menemani kita untuk mencari batu racun kuning!" jelas Kevin yang menyakinkan Sahsa.

Sahsa masih saja dalam kebingungan, dan di satu temannya wajah Reno yang sedang akan memucat. Akhirnya Sahsa memutuskan untuk mengikuti perintah Arco.

Sahsa mulai turun tangan dan mengambil tongkat sihirnya. Lalu, Sahsa mengucapkan mantra sihirnya.

Big Cloud U1.0!

Sebuah awan yang sangat besar dibandingkan awan yang sering dikeluarkan oleh Sahsa.

Membuat Kevin dan Rosalina tersanjung melihat Sahsa, mengeluarkan mantra sihirnya yang terbaru.

"Ke--keren banget. Sahsa, apakah kamu yakin dengan menggunakan awan besar ini! Terus, nanti mantra sihir kamu bisa cepat habis lho," ucap Kevin.

"Hahaha ... enggaklah, Arslan. Kamu nggak usah khawatir, mantra sihir yang diucapkan Sahsa itu sangat sedikit mananya, jadi ia bisa membagikan mantra sihirnya. Aku tahu kalau sihir Sahsa itu sangatlah besar. Tapi, dia harus dilatih sangat lama. Ehm, kebetulan masalah kalian ber-lima sangat mendadak, dengan terpaksa aku melatih dasar sihir tingkat awal kepada Sahsa, dan Senor. Agar mereka juga saling support kepada kalian berdua!" jelas Arco.

"Oh syukurlah, terima kasih banyak Arco," balas Kevin yang sangat senang melihat penjelasan Arco.

Sahsa yang hanya diam saja, ternyata ia telah berburuk sangka kepada Arco. Kalau Arco bukan hanya untuk menakutkan Sahsa, melainkan Arco ingin membantu Sahsa.

"Kak Arco, maafkan Sahsa ya. Selama ini Sahsa selalu berburuk sangka kepada Kakak. Kukira Kak Arco membenciku, ternyata Kak Arco sangat baik kepadaku," ucap Sahsa sambil meneteskan butiran air mata.

"Sudah, sudah. Kamu nggak usah menangis, maafkan Kakak ya, karena kakak selalu mengatur hidup kamu," balas Arco dengan hati yang tersentuh, mendengarkan ucapan perasaan Sahsa. Setelah itu, Arco menemui Sahsa dengan menghapuskan sisa air mata Sahsa.

Usai berbincang, Reno tiba-tiba mendadak pingsan dan jatuh di atas awan besar milik Sahsa.

"Reno!" teriak Senor. Arco, Kevin dan lainnya juga khawatir melihat Reno tiba-tiba pingsan. Setelah itu, Senor menghampiri Reno, kemudian Senor membalikkan tubuh Reno, dan ternyata Reno hanya pucat saja.

Selepas itu, Senor memohon kepada Arco, agar pergi cepat ke tempat makanan mie ramen tersebut.

"Arco, maaf tolong bantuin adik saya. Sepertinya Reno tidak makan beberapa hari ini, jadi wajar ia mendadak pingsan begitu," ucap Senor yang memelas kepada Arco.

"Oh iya, iya. Baiklah kamu nggak usah cemas. Ayo semua masuk ke atas awan besar milik Sahsa!" ajak Arco.

Semua telah berseru memasuki atas awan milik Sahsa, mereka mulai bergegas menuju Hutan Negrum. Sebuah hutan yang dipenuhi dengan jamur warna-warni, membuat mereka ber-enam tidak terlalu bosan melihat keadaan tempat tersebut.

***
Sampai tiba di Hutan Negrum, kini mereka telah berhasil sampai di warung mie ramen milik sahabatnya Arco.

Semua ber-enam telah turun di atas awan milik Sahsa, sedangkan Reno masih tidur keadaan pingsan.

Kevin dan Senor kini membawa Reno ke dalam warung mie ramen itu. Saat masuk, Leo dikagetkan kedatangan banyak orang asing.

"Leo, apa kabar?" tanya Arco.

"Ba-baik. Arco, kau pergi disini dengan siapa? Terus siapa ke-lima orang yang kamu bawa?" heran Leo.

"Oh, ini adalah teman-temanku. Mereka berlima adalah murid-murid kakek-ku. Oh iya, kamu masih jual mie ramen 'kan?" ucap Arco.

"Oh, Iya. Masih emang kenapa? Dan mengapa anak kecil tadi digendong," tanya Leo.

"Anak yang tadi sedang kelaparan, tolong Leo bantuin teman saya. Buatkan mie ramen untuk mereka berlima," pinta Arco.

"Kamu, nggak mau dibuatin?" ucap Leo.

Arco hanya menggeleng 'kan kepala, dengan alasan menolak permintaan Leo. Beberapa menit kemudian, akhirnya mie ramen telah siap disajikan.

Usai menyantap mie ramen, kini Reno masih belum sadar. Kemudian, Arco mengakali mengambil kuah hangat mie ramen itu, dan membasuh tangan ke wajah Reno.

Reno yang seperti terusik,  akhirnya Reno telah sadar dari pingsannya. Kuah hangat itu masih saja membekas di pipi nya.

Lalu Reno mencolek pipinya, dan ia langsung menyicip kuah hangat itu. Reno merasakan asin-asin di dalam mulutnya.

"Hmm, sepertinya enak!" ucap Reno. Setelah itu, Reno bangun dari tidurnya, lalu ia melihat semangkuk makanan aneh di hadapannya.

Selanjutnya Reno menghabiskan mie ramen secara langsung. Arco, Arslan, Senor, dan teman lainnya sangat lega melihat keadaan Reno kembali pulih lagi.

Bersambung ....
jangan lupa sertakan komen dan votenya juga, terima kasih.

Invalible  [TELAH TERBIT DI PENERBIT GUEPEDIA]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang