Chapter Sembilan belas [ Comeback ]

367 17 0
                                    

Saat itu, setelah peperangan antara Kevin dan anak bangsawan kerajaan api. Kini ada salah satu Prajurit dari kerajaan api, yang sedang bangun dari pingsannya. Ia terbangun karena ada badai es yang menusuk tubuhnya.

Lalu ia pergi menemui anak bangsawan kerajaan api itu yang bernama-- Pangeran Tirta, putra dari Raja Bahtera.

Usai sampai di lokasi, kini prajurit itu merasa syok. Saat melihat kepala, tangan, dan kaki. Milik Pangeran Tirta terpisah dari anggota tubuhnya, darahnya membeku. Sehingga ia tiada seperti terbengkalai.

Kemudian prajurit itu mendekati tangan kanan milik Pangeran Tirta. Di tangannya ada sebuah cincin yang sangat sulit di lepas, sehingga cincin itu hanya bisa dilepas oleh keluarga atau pun kerabatnya.

Akhirnya prajurit itu memutuskan, dengan membawa tangan kanan milik Pangeran Tirta. Untuk menemui Raja Bahtera, kalau Pangeran Tirta sudah meninggal. Ia membawa tangan kanan itu hanya sebagai bukti.

Prajurit itu pergi naik kapal sendirian untuk menuju ke kerajaan api. Beberapa menit kemudian akhirnya prajurit itu sudah tiba di kerajaan api sambil membawa tangan kanan milik Pangeran Tirta.

Sampai di ruang utama, kini ia disambut Paman Ratra. Paman Ratra merasa curiga melihat prajurit yang sedang membawa sesuatu.

"Hei berhenti, kamu mau kemana?" tanya Paman Ratra.

Prajurit itu hanya bisa diam saja, karena ketakutan melihat wajah Paman Ratra.

"Kenapa kamu diam saja, apa yang kamu bawa? Coba perlihatkan jangan sembunyikan dari aku!" paksa Paman Ratra.

Prajurit itu kaget, karena telah melihat kemarahan Paman Ratra. Lalu prajurit itu memberikan tangan kanan milik Pangeran Tirta kepada Paman Ratra.

Paman Ratra merasa tegang, saat melihat sepotong tangan kanan yang barusan di berikan sama prajuritnya. Sebuah cincin bergambar Phoenix milik Tirta.

"Ini tangan kanan milik Tirta kan? Kenapa kamu memotong tangannya? Mana Tirta!" bentak Paman Ratra.

"Pa-pangeran Tirta telah tewas, tu-tuan," balas prajurit dengan terbata-bata.

"Hah, mana mungkin Tirta meninggal? Kamu bohong kan. Tirta itu orangnya sangat pintar dalam berkelahi, jadi ia enggak akan kalah."

"Maaf, Tuan. Sebenarnya saya bukan untuk melanggar ucapan tuan. Saya tau kalau Pangeran Tirta sangatlah kuat, tapi tentang kematian Pangeran Tirta. Saya melihat dengan kedua mata sendiri. Tubuh pangeran, terpotong seperti mematahkan boneka, darahnya membeku karena badai es!" jelasnya.

Paman Ratra terdiam setelah mendengarkan penjelasan prajurit itu. Lalu ia bertanya lagi siapa pelakunya? Sehingga Tirta bisa terbunuh.

"Itu. Arslan, tuan. Ia adalah putra dari bangsawan Kerajaan Diamond, anak Raja Megalodon."

"Arslan! Bukankah dia sudah mati dua puluh dua tahun yang lalu. Dia di bunuh sama kakak ipar?" heran Paman Ratra.

"Maaf, Tuan Ratra. Saya tidak tahu tentang itu, tapi saya mendengarkan pembicaraan mereka. Kalau Arslan itu adalah anaknya Megalodon," balas Prajurit.

Paman Ratra hanya bisa mengangguk, tapi ia sangat kesal melihat Tirta mati begitu saja. Paman Ratra mulai turun tangan, ia pergi ke Kerajaan Diamond bersama pasukannya untuk mencari Kevin, dengan membalas 'kan dendam atas kematian ponakannya.

***
Kevin, Senor, dan teman-temannya kini masih berlayar di atas kapal. Karena mereka telah berhasil menyelematkan kedua batu.

Lalu Rosalina bertanya kepada Kevin. "Arslan, aku benar-benar kaget saat melihat Ratu Helena. Memberikan batu kristal biru itu? Tapi aku masih heran. Sebelum anak bangsawan dari kerajaan api itu datang. Ratu Helena sangat kesal sama kita sampai ia mengusirnya, namun setelah anak bangsawan itu datang. Ia malah memberikannya secara langsung dan Ratu Helena berubah sikap menjadi orang baik?"

Invalible  [TELAH TERBIT DI PENERBIT GUEPEDIA]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang