Chapter Dua puluh lima [ Six legendary stones ]

227 17 1
                                    

Keesokan pagi, Kevin, dan teman-temannya telah berkumpul di lapangan. Lalu Guru Aokai datang sambil membawa minuman obat herbal bersama Paman Thron.

"Selamat pagi, anak-anak. Ok, sebelum melakukan latihan. Kalian harus minum obat herbal ini
dahulu," ucap Guru Aokai.

"Baik, Guru."

Semuanya mengambil gelas dengan bersamaan. Rosalina masih meragukan, apa isi dalam campuran obat tersebut? Sebelum ia meminumnya, Rosalina langsung bertanya kepada Guru Aokai.

"Guru Aokai, bolehkan saya ingin menanyakan tentang minuman itu. Apa saja isi ramuan obat tersebut?" tanya Rosalina.

"Itu adalah ramuan berisi jahe-jahe langka. Jahe itu sudah di Netralisasir dengan mana, jadi mana kalian akan bertambah," balas Guru Aokai.

Rosalina dan teman-temannya hanya mengangguk saja, kemudian mereka meminum nya secara bersamaan.

Usai meminum ramuan itu, kini mereka berlima disuruh Guru Aokai, untuk mempraktekkan sihir mereka.

Kevin mulai turun tangan, ia mengambil batu permata warna merah darah itu. Lepas itu ia mengucapkan mantra sihirnya.

Espada Enjoyada!

Hitungan detik, membuat Guru Aokai kaget melihat sihir Kevin yang baru ia keluarkan.

"Ma-mana mungkin, badan segempeng itu, bisa membawa pedang yang beratnya atas 20± kilogram?" heran Guru Aokai.

Lalu Guru Aokai bertanya kepada Kevin. "Nak Arslan, bagaimana kamu bisa mendapatkan Batu sihir merah itu? Bukankah batu merah itu adalah milik Raja Megalodon dan Raja Sky?"

Kevin menghela napas pelannya untuk menjawab pertanyaan Guru Aokai. "Guru, sebenarnya cerita ini sangat panjang. Aku dapat batu merah itu, karena Ayahku telah memberikannya, sejak aku lahir di dunia ini. Tentang ini saja aku  baru tahu dari Paman ipar-ku Raja Sky!" jelasnya.

"Paman ipar-mu Raja Sky, terus ayahmu siapa?" tanya Guru Aokai lagi.

"Ayahku, adalah Raja Megalodon dan aku --- adalah Putranya," balas Kevin.

Guru Aokai syok setelah mendengarkan penjelasan Kevin. Kalau Kevin adalah anaknya Megalodon, kenapa ia tidak  sama dengan mirip wajah ayahnya. Tapi, dilihat kejujuran dan kebaikannya sama seperti Megalodon.

Guru Aokai benar-benar tidak menyangka hal itu, lalu ia melihat Paman Thron. Kenapa Thron tidak memberitahu kepadaku kalau Kevin adalah keturunan anaknya Megalodon. Ia sangat menyesalinya karena sudah menjebak Kevin dan teman-temannya.

Kevin mulai kebingungan, kenapa Guru Aokai hanya diam saja. Saat aku menjelaskan tentang Raja Megalodon, apa jangan-jangan dia ada masalah dengan ayahku.

"Ekhem ...," dengung Kevin yang pura-pura batuk. Dengan alasan untuk mengalihkan Guru Aokai sedang melamun.

Guru Aokai kaget setelah mendengarkan dengungan Kevin, lalu ia menatap Kevin yang sedang menunggu balasan dari Gurunya.

"Arslan, kamu sudah berapa lama menunggu guru disini?" tanya Guru Aokai.

"Baru Lima menit, Guru. Hmm, maaf Guru. Arslan ingin menanyakan sesuatu?" tanya Kevin.

"Iya, mau nanya apa Arslan?" balas Guru Aokai yang sedang memperhatikan Kevin.

"Guru, apakah Ayahku pernah bersekolah di sini? Dan bagaimana sifat ayahku saat itu?"

"I-ya Arslan, ayah kamu pernah bersekolah di sini. Dulu ayah kamu sangatlah polos, sama sepertimu. Ia datang kesini bersama Empat temannya. sky, Bahtera, Helena, dan terakhir Reynold. Mereka datang ke sini hanya berniat untuk berlatih dengan mendapatkan keenam batu sihir legendaris itu selama bertahun-tahun, dulu mereka hanya seorang manusia yang punya sihir biasa. Sehingga mereka dikirim dengan orang tuanya, dengan alasan untuk menyelamatkan dunia ke depan, orang tua mereka rela membayar harta mahal-mahal untuk sebagai jaminannya." jelas Guru Aokai.

"Ja-jadi batu sihir yang aku pakai ini adalah batu sihir legendaris ya, Guru." ucap Kevin yang gugup.

"Iya, Arslan. Batu yang kamu pakai ini adalah Batu Zoantarium. Batu kristal dari titisan Dewi Serollyn, berat batu itu sekitar 20± Kilogram. Sehingga Megalodon dan teman-temannya sulit untuk mendapatkan nya, lalu Guru meminta tolong kepada Megalodon dan Sky untuk menjaganya. Batu merah itu dibawa dengan menggunakan sihir rahasia. Dan selanjutnya aku tidak tahu kalau batu permata merah itu telah mewariskan kepadamu," jelasnya.

Kevin dan teman-temannya langsung kaget setelah mendengarkan semua penjelasan Guru Aokai, jadi Batu yang Kevin bawa itu adalah dari titisan Dewi Serollyn.

***
Kemudian Rosalina, dan teman-temannya masih menunggu pembicaraan Kevin dan gurunya. Mereka sudah kelelahan, karena untuk mendapatkan giliran  melatih sihir mereka.

"Ehem, asik banget ceritanya. Jadi kami kapan nih mau berlatih?" ucap Rosalina.

"Astaga, maafkan aku Rosalina. Karena kalian sudah lama menunggu-ku," balas Kevin.

"Maaf-maaf, dikira enak menunggu? Apalagi menunggu perasaan seseorang yang aku cintai, tapi ia tidak peka dengan-ku!" kesal Rosalina.

"Kasihan ... sadgirls, sabar ya Rosalina. Mungkin dia sudah punya orang lain?" sindir Senor.

Kevin, dan temannya tertawa keras melihat tingkah Rosalina. Rosalina sangat kesal melihat teman-temannya menertawakan dirinya.

"Asik banget, tawa terus. Orang lagi berduka kalian pada ketawa, awas kalian, saya tampar satu-satu!!" ancam Rosalina.

Usai mendengarkan ancaman Rosalina. Kini teman-temannya senyap begitu saja. Guru Aokai dan Paman Thron pada kebingungan melihat tingkah aneh mereka.

"Sudah, sudah nggak usah bercanda. Ayo serius latihannya. Rosalina?" panggil Guru Aokai.

Rosalina menoleh. "Oh, baik Guru!" Rosalina menemui Guru Aokai.

Tiba di hadapan Guru Aokai. Kini guru menyuruh Rosalina untuk mengeluarkan sihirnya. "Nak Rosalina, ayo keluarkan sihir-mu."

Rosalina mulai mengeluarkan sihirnya, lalu dilanjutkan dengan Sahsa, Senor, dan Reno.

***
Sembilan jam kemudian, kini latihan pertama mereka sudah selesai. Guru Aokai sudah melihat sihir mereka beserta kelemahannya.

Rosalina ia mengeluarkan sihirnya terlalu cepat, sehingga pergerakan sulit dihentikan. Sahsa ia mengeluarkan sihir sangatlah besar, sehingga mananya mudah berkurang.

Senor ia mempunyai sihir sangat lambat, tapi sihirnya sangatlah kuat. Dan terakhir adalah Reno ia sangat meragukan dengan sihirnya, karena sihirnya sulit dikendalikan.

"Baik, Guru Sudah melihat semua kekuatan kalian, sebelum mengakhiri latihan ini. Apakah kalian ada yang mau ingin ditanyakan?" ucap Guru Aokai. Yang sedang memberikan kesempatan.

Lalu Kevin mengangkat tangan. "Guru, maaf. Bolehkan saya untuk menanyakan sesuatu?" ucap Kevin.

"Iya, mau nanya apa Arslan?" balas Guru Aokai.

"Begini, Guru. Aku punya pertanyaan, tadi saat berperang dengan Ratra. Aku dengar kata V1.0 itu selalu, Tolong jelaskan guru apa maksud V1.0!" tanya Kevin.

"V1.0? Ehm, sepertinya itu adalah tingkat sihir. Dalam melakukan peningkatan sihir, kamu harus butuh mana sihir yang banyak. Semakin sihir ditingkatkan maka sihir itu akan bertambah kuat." balas Guru Aokai.

"Hmm, begitu ya. Guru, apakah anda bisa mengajari saya tentang peningkatan sihir itu. Saya ingin sekali mempelajarinya, saya mau mengalahkan Ratra bersama pasukannya. Karena ia sudah berani membunuh ayahku, tolong Guru Aokai. Ajarkan saya!"

"Apa? Ayahmu Megalodon meninggal, mana mungkin. Kamu bohong 'kan Nak Arslan, Megalodon itu sangat cerdas dalam melakukan penyerangan!"

"Nggak, Guru. Saya tidak berbohong, saya lihat ayah saya tepat dihadapan mata saya. Ayahku terbakar habis oleh Perbuatan Ratra, dan ini batu sihir ayah saya?!" balas  Kevin. Dengan meneteskan air mata di pipinya.

"Tidak, ti--dak mung--kin Me--ga--lo--don me--ninggal," ucap Guru Aokai terbata-bata. Kemudian ia pingsan karena telah kehilangan murid kesayangannya.

Semua nya panik melihat Guru Aokai tiba-tiba pingsan. Kemudian Kevin, Paman Thron, Senor, dan Reno membawa Guru Aokai ke kamar tidur.

Bersambung ....
jangan lupa sertakan komen dan votenya juga, terima kasih.

Invalible  [TELAH TERBIT DI PENERBIT GUEPEDIA]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang