🔖OTW

1.1K 181 57
                                    

Sebuah mobil berwarna putih yang di tumpangi Qian Kun dan Xiao Dejun bergerak perlahan menembus kabut dingin. Alunan musik dari radio di mobil itu sedikit mencairkan suasana. Mereka diam sendari mereka turun dari pesawat hingga mereka sudah hampir menyentuh pintu masuk tempat tujuan. Jam masih menunjukan pukul 9 Pagi dan mereka belum makan apapun.

"Makan dulu ya Jun." Ucap Kun kemudian menepikan mobilnya di sebuah pondok yang dia rasa adalah rumah makan.

Kedua lelaki itu kemudian turun dari mobil dan memasuki pondok makan. Xiaojun membuka gorden etalase melihat apa saja menu di sana. Hanya ada sayur dan sedikit daging. Dan itupun cukup mahal harganya. Kun menghela napas dan mendekati kasir yang menjaga.

"Permisi, apakah ada minimarket di dekat sini?" Tanya Kun dengan ramah. Namun bukannya menjawab, pria penjaga kasir yang sibuk membaca koran itu hanya diam.

"Permisi apakah..."

"Kalau kalian nggak mau makan disini ya sudah. Toko sudah tidak ada lagi di depan." Ketus penjaga kasir itu.

Xiaojun dan Kun berpandangan. Sambutan yang tidak baik. Xiaojun tahu bahwa Kun akan marah, segera dia menarik Kun dan membungkuk lalu pergi dari rumah makan itu.

"Wah bener bener." Kun membanting pintu mobil dengan keras dan saking kerasnya kaca mobil itu serasa akan pecah.

"Nggak papa kak. Aku ada roti. Kemarin aku sengaja memasukkan beberapa bungkus roti untuk berjaga jaga." Kata Xiaojun kemudian membuka ranselnya. Xiaojun sedikit kaget karena terdapat banyak makanan dan juga ada ramen di dalam tasnya.

"Wah, kamu sudah siap siap dari asrama?" Tanya Kun.

Xiaojun tersenyum agak bingun karena seingatnya, dia hanya memasukkan 4 potong roti saja. Namun kenyataannya banyak sekali camilan dan makanan ringan yang dapat menahan laparnya.









"Kak!" Hendery menoleh ketika suara seorang wanita memanggilnya dari belakang. Hendery tersenyum kepada wanita yang tengah berlari sambil membawa beberapa buku.

"Kakak ketua BEM-U?" Tanya Wanita itu. Hendery menggeleng.

"BEM-F Ekonomi." Jawab Hendery. Gadis itu mangut mangut kemudian menyerahkan sebuah note kecil dan bolpoin pink.

"Minta nomor teleponnya dong kak." Gadis itu tersenyum lebar hingga matanya yang sipit nyaris menghilang. Hendery terdiam lantas menerka nerka siapa gadis remaja ini? Jika di lihat, umur gadis itu nyaris sama dengan adiknya Huang Renjun.

"Boleh ya kak?" Pinta gadis itu dengan mata yang memelas.

"KAK HENDERY!"

Hendery menghela napas lega ketika Yangyang berlari tergopoh gopoh menghampirinya. Pria manis itu berhenti di depan Hendery sambil ngos ngosan.

"Capek?" Hendery mengelus kepala Yangyang dengan lembut untuk mengalihkan pandangan wanita itu. Nampak terkejut dan hampir tidak menyangka, gadis yang tadinya meminta nomor Hendery segera memasukkan kembali notenya kedalam tas.

"M-maaf ya kak. Aku permisi. Dadah." Ucap gadis itu lalu pergi meninggalkan Yangyang dan Hendery.  Hendery menatap punggung kecil yang menjauh itu sambil tersenyum puas.

"Untung aja datang tepat waktu!" Hendery menepuk bahu pria yang tampak semu merah di pipinya.

"Kenapa ya kak?" Tanya Yangyang. Hendery mengajak Yangyang ke tempat yang lebih enak untuk bicara. Ruangan perpustakaan. Selain sepi, di sana juga tidak akan ada yang kepo.

Yangyang dan Hendery duduk di kursi pojokan yang memang tempat kesukaan Hendery saat di perpustakaan. Selain sepi, di sana juga nyaman karena angin dari AC yang tidak jauh dari bangku itu.

[✔] BANGSAWAN || BXB HENXIAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang