🔖Berjuang bersama

715 120 57
                                    

Pagi itu Hendery sudah terbangun karena perawat keluar masuk ruangan mamanya untuk mengganti infus dan juga mengambilkan keperluan yang di butuhkan Irene. Hendery yang masih setengah bangun hanya duduk dan memeluk selimutnya sambil menatap uap dari teh hangat di atas meja tak berniat menyesapnya barang seteguk.

"Apakah anda perlu sesuatu pangeran?"

Hendery menggeleng ketika pelayan pribadinya masuk dan meletakkan sarapan paginya. Setelah di jawab demikian, pelayan itu membungkuk dan keluar.

"Sampai kapan Ma?"

Irene menoleh kemudian kembali memakan sarapannya.

"Entah."

Hendery mengangguk pelan lalu menyeruput teh mint yang masih hangat.

"Seharusanya orang sakit itu makan bubur."

Irene berhenti mengunyah lalu menatap Hendery.

"Hendery, kelakuanmu yang seperti itu bisa membuat mama benar benar sakit. Berhentilah bersikap dingin."

Hendery hanya tersenyum lalu membuang muka.

Tak lama setelah itu, pintu di buka dan Renjun masuk dengan canggung duduk di samping Hendery. Renjun tak menyapa dan hanya sekedar duduk bermain ponsel tanpa berniat menatap Hendery yang memperhatikannya dari awal dia masuk sampai dia duduk.

"Be-berhenti menatapku!"

"Berhenti bolos Les!"

Renjun mengatupkan bibirnya dan meremas remas ponselnya gugup.

"Kau memang pangeran ketika di Dubai atau di rumah. Tapi ketika di sini, kau tak lebih dari rakyat biasa. Jangan coba coba bertingkah seenaknya apa lagi keluar dengan pacarmu itu! Aku tidak suka!"

Renjun hampir menangis ketika di bentak oleh Hendery. Dia hanya menunduk sangat dalam dengan keringat dingin yang menetes dari pelipisnya.

"Tenang! Aku tidak akan bilang ke Papa. Tidak perlu panik."

Hendery kembali bermain ponsel membiarkan adik yang duduk di sampingnya menangis diam diam.

"Pangeran Guanheng, anda di tunggu seseorang di luar."

Atensi Hendery teralihkan oleh bodyguard yang masuk.

"Siapa?"

Pria berjas dan kacamata hitam itu menggeleng.

"Suruh dia kesini jika ingin bertemu saya. Jangan coba coba menyuruh saya untuk keluar."

Bodyguard itu membungkuk lalu keluar dari ruangan.

Renjun bangkit mendekati ibunya lalu menutup tirai agar Irene tidak terus terusan menatap dirinya yang seperti tertangkap basah. Dia benci tatapan orang orang yang menyudutkannya.

"Hendery."

Sakura masuk lalu duduk di depan pria Makau itu.

"Ada apa?"

Sakura menatap sekitar kemudian matanya berhenti di tirai yang tertutup.

"Tante Irene sudah membaik?"

Hendery mengangguk.

"Berarti kau bisa keluar denganku nanti? Aku ingin mengajakmu meminum kopi di dekat sini sambil ngobrol."
.
"Halo pelayan. Bawakan aku secangkir kopi dari kedai dekat rumah sakit ini. Usahakan jangan lama. Tamuku tak suka menunggu. Maksudku, aku tak suka dia lama lama disini."

Hendery sekilas melirik Sakura lalu menutup teleponnya. Baru kali ini Sakura melihat Hendery benar benar menolaknya di depan mata. Biasanya Hendery akan mencari alasan untuk menolaknya. Namun Hari ini, Hendery sangat berbeda bahkan dia tidak mengenali Hendery.

[✔] BANGSAWAN || BXB HENXIAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang