🔖BERPISAH?

654 90 84
                                    

Sore itu, Hendery dan Xiaojun memutuskan untuk berjalan jalan ke Insadong untuk berburu makanan musim dingin. Mereka memilih jalan jalan berdua untuk sekedar menikmati kebersamaan yang saat ini jarang mereka rasakan.

Begitu banyak masalah membuat Hendery dan Xiaojun seakan terhalang tembok besar. Mereka tak ingin karena masalah masalah yang membuat mereka renggang, akan menimbulkan pertikaian dan berakhir dengan buruk. Maka dari itu mereka memilih untuk menikmati libur musim dingin dengan jalan jalan berdua.

"Mau makan apa? Jjajangmyeon?"

Xiaojun sedikit berfikir kemudian dia mengangguk. Mereka berjalan memasuki rumah makan China lalu memesan makanan.

Hendery melepas mantelnya dan menatap Xiaojun dengan tatapan sayu. Xiaojun tampak bernapas lega entah karena apa. Merasa beban di pundaknya perlahan menghilang.

"Akhir akhir ini kau terlihat lelah Xiaojun. Sebaiknya kau istirahat. Lihatlah, kantung matamu menghitam."

Hendery memegang pipi Xiaojun dan membelainya. Xiaojun hanya tersenyum lalu menurunkan tangan Hendery.

"Nggak papa. Jangan terlalu khawatir."

Hendery tersenyum kemudian pelayan datang membawa pesanan pesanan mereka.

"Huhh..."

Xiaojun menghela napas berat membuat Hendery menoleh.

"Ada apa?"

Xiaojun tak langsung menjawab. Dia mengaduk aduk Jjajangmyeon di piringnya. Matanya fokus dengan kudapan itu, namun pikirannya entah kemana. Akhir akhir ini Xiaojun terlalu over thinking sehingga dirinya mengonsumsi obat penenang.

"Apa ada masalah?"

Pertanyaan Hendery membuat Xiaojun membenarkan posisi duduknya. Dia menoleh keluar jendela. Nampak salju turun dengan lembut menyentuh jalanan.

"Setiap orang punya masalah Der. Dan aku rasa aku hanya perlu tenang menghadapinya."

Pria itu kembali menghela napas masih menatap ke luar jendela. Mantan mantan Hendery yang menerornya akhir akhir ini membuat dia stres. Dia tak menyangka bahwa memiliki hubungan dengan Hendery akan menjadi serumit ini. Semengerikan ini dan sedrama ini.

Tapi bukan Xiaojun jika menyerah begitu saja. Sebisa mungkin dia akan menggenggam erat apa yang ia punya dan menyingkirkan duri duri penghalang. Dengan, atau tanpa bantuan orang lain.

"Terkadang aku sangat bahagia. Terkadang juga sangat sedih. Aku tak tahu, siklus emosiku terkadang naik turun."
.
"Apa itu sebabnya kau mengonsumsi obat penenang?"

Xiaojun terkejut dan menoleh kearah Hendery.

"Bagaimana kau tau?"

Hendery tak langsung menjawab. Dia meminum colla kemudian meraih tangan Xiaojun.

"Simpel saja. Aku melihat kotak obat di lacimu."

Pria itu menghela napas sebentar lalu mengelus punggung tangan Xiaojun.

"Kamu nggak perlu khawatir. Aku nggak akan kemana mana kok."

Xiaojun tersenyum dan perlahan menarik tangannya. Dia kembali beralih menatap keluar jendela. Netra kelamnya menerawang jauh keluar sana. Entah apa yang di lihatnya, namun Xiaojun seakan tak bosan memandang ke luar jendela.

"Ibumu—
.
"Jangan pikirkan mama!"

Xiaojun mendecak sebal. Hendery selalu saja memotong kalimatnya. Hal itu yang di benci Xiaojun.

"Kenapa kau selalu memotong saat aku bicara sih? Kaya nggak ada waktu aja!"

Xiaojun menekuk bibirnya, meminum colla yang ia pesan kemudian bangkit berdiri.

[✔] BANGSAWAN || BXB HENXIAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang