🔖Lupakan

992 159 58
                                    

"Baru pulang?!"

Hendery yang tadi berjalan mengendap endap memasuki rumah mendadak berhenti dan berbalik. Dengan jatung yang berdegup sangat keras dia menatap wajah sang ibu yang tengah berkacak pinggang dengan piyama merah hatinya. Hendery menunduk dan memegang kedua tangannya layaknya anak kecil yang di marahi karena ketahuan ngompol di celana.

"Dari mana?" Tanya Irene, ibu Hendery yang tampak marah.

"KKN." Jawab Hendery lirih.

"KKN? Dimana hpmu?!" Irene kembali menginterogasi anak sulungnya.

"Jatuh."

"Jatuh dimana?"

Hendery tidak menajawab dan memainkan ujung kaosnya sambil menunduk. Betapa galaknya Irene jika Hendery sudah tidak bisa di atur seperti ini. Sudah hampir satu bulan anaknya itu tidak balik dan bahkan KKN pun Irene tidak mengetahuinya.

"Apasih ribut ribut?" Suho, papa Hendery keluar dari kamar dan menghampiri Irene yang berkacak pinggang memarahi Hendery yang menunduk.

"Ini, si Dery udah ilang ilangan!" Irene mengendikkan dagunya kearah Hendery.

"Udah udah, nggak baik pagi pagi berantem. Dery masuk kamar. Papa tahu kok Dery KKN di Jeju kan? Lucas udah kasih kabar kemarin kalau Dery mau ambil bahan bahan buat KKN. Semua kartu kredit udah papa Transfer, pake yang mana aja terserah." Ujar Suho.

Hendery mengangkat kepalanya dan kemudian mengacungkan jempol. Dia memeluk ayahnya kemudian berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya dan kemudian berbaring pada kasur yang ia rindukan. Ketika enak enaknya berbaring, tiba tiba tanpa di perintah Renjun datang dan duduk di samping Hendery.

"Hey..." Renjun menepuk bokong Hendery dan membuat kakaknya itu duduk dengan benar.

Hendery dehem dan menatap adiknya.

"Bang gue mau nanya." Ucap pria manis itu. Hendery mengangguk.

"Abang belok?"

Pertanyaan itu membuat Hendery tercekat persekian detik.

"Santuy santuy, jangan panik. Gue nggak cepuan kok." Ujar Renjun yang menangkap manik Hendery bergetar.

"Yang bilang siapa?" Datar Hendery.

"Lucas hyung."

Hendery menganga dan hampir kehabisan kata kata setelah mendengar jawaban dari sang adik.

















...

Xiaojun membuka pintu rumahnya dan masuk kedalam kemudian duduk di sofa ruang tamu. Tangan lentiknya mengambil remot kontrol AC kemudian mengatur suhu. Hidup sendiri di kota metropolitan membuatnya sedikit kesepian. Rasa penyesalan kini terbesit di benaknya. Hingga dia berandai andai jika menuruti kata orang tuanya untuk tidak merantau ke negeri orang demi mengejar pujaan hati yang kini akan di sandingkan dengan orang lain.

Menarik napas panjang, pemuda Xiao itu menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata untuk sekedar menikmati sensasi sepi dan sejuknya rumah minimalis yang nyaman itu. Dia berkali kali menghela napas panjang untuk menghapus ingatan ingatan manis dengan sang kekasih. Sesekali dia melihat ponselnya dan terpampang foto dirinya dengan wanita yang sudah hampir 3 tahun menemani hari harinya. Entah kenapa dia sangat ingin bertemu dengan wanitanya.

Memilih untuk tidak ingin larut, dia membuka buka galeri untuk mencari wallpaper yang sekiranya pas untuk menggantikan foto mereka. Menghapus semua gambar gambar mereka berdua, hingga tangan lentik itu berhenti di sebuah foto yang entah sejak kapan berada di sana. Di pandanginya wajah yang familiar dengan muka bantal yang terlihat sangat seksi dengan kaos putih yang sedikit longgar.

[✔] BANGSAWAN || BXB HENXIAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang