Malam yang dingin seakan membekukan kota Seoul di musim panas ini. Cuaca yang dingin di tambah hujan rintik rintik di luar membuat para mahasiswa yang baru pulang atau para siswa kelas menengah yang pulang dari les malamanya memilih untuk duduk di temani secangkir kopi atau cokelat panas di cafe. Begitu juga dengan Irene yang tengah duduk bersama dengan calon besan, mama dari anak perempuan yang akan di jodohkan dengan Hendery.
Mereka mengobrol ringan mengenai anak anak mereka. Hingga kemudian mereka terdiam dan menatap rintik hujan di luar.
"Bagaimana tentang perjodohan anak kita, Nyonya Kim?" Tanya Yoona kepada Irene yang tadi sempat melamun. Wanita itu tersenyum canggung kemudian meneguk kopinya menghilangkan rasa gugup di dadanya.
"Masih di lanjutkan." Jawab Irene dengan anggun seperti biasa. Yoona tersenyum samar kemudian menghirup aroma cokelat panas yang kini tidak sepanas tadi.
"Bagaimana dengan pangeran yang anda banggakan itu? Sudah menerimanya?"
Irene terdiam kemudian tersenyum.
"Hendery? Dia anak yang penurut." Irene menjawab dengan agak ragu. Ya, memang benar Hendery adalah anak penurut sebelum dia tahu dia akan di jodohkan. Tapi lain halnya dengan sekarang yang suka kabur kaburan tak jelas bersama siapa dan di mana. Bahkan terkadang Lucas yang di percayapun tidak tahu keberadaan Guanheng.
"Oh iya? Kenapa sampai sekarang, Hendery belum menemui putriku? Mau sampai berapa tahun kami menunggu?"
Pertanyaan itu seolah menyudutkan Irene. Dengan wajah anggunnya, Irene menghapus semua kepanikan yang hampir tersirat di paras cantiknya. Sejujurnya Irene juga sedikit tidak enak hati dengan keluarga Choi yang sudah menunggu berminggu minggu. Jika saja anaknya tidak ilang ilangan seperti ini, Irene tidak akan menanggung malu.
"Hendery masih dalam masa KKN, Nyonya Choi. Aku tidak bisa menyuruhnya kembali ke Seoul." Jawab Irene dengan nada datar nan anggun.
"Kalau begitu bagaimana kalau kita saja yang mendatangi pangeran Huang." Yoona tersenyum miring sambil menatap Irene dengan maniknya. Irene membalas senyumnya kemudian membenarkan jaket yang ia tempelkan di tubuhnya.
"Tidak perlu nyonya, aku bisa membawa pangeran Huang kesini." Senyum Irene dengan tatapan tajam seperti biasanya. Namun dalam hatinya, ia berfikir bagaimana cara untuk menyeret Hendery pulang kembali ke Seoul sedangkan dia mengangkat teleponnya saja jarang.
...
"Apa lihat lihat?!" Ketus Xiaojun pada Hendery yang diam diam mencuri pandang. Hendery hanya menggeleng takut dan kembali memotong sosis. Hari ini jadwal Xiaojun, Hendery, dan Lucas memasak. Bukan, sebenarnya ini hanya jadwal Xiaojun dan Hendery tapi Lucas mengusulkan kalau harus ada orang lain diantara mereka berdua. Jika tidak, Xiaojun mungkin tidak bisa mengontrol emosi dan bisa bisa Hendery di bunuhnya.
Lucas yang sedang menggoreng telur mendadak canggung sendiri. Dia takut setengah mati ketika melihat pisau yang pegang Hendery, dan air mendidih di panci Xiaojun. Pria itu takut kalau kalau Xiaojun akan menyiram Hendery dengan air panas atau Hendery akan melempar pisau kearahnya untuk melampiaskan amarahnya kepada Xiaojun. Baiklah, berlebihan.
"He-hendery, tukeran kerjaan yuk." Lucas canggung sendiri sambil mendatangi Hendery. Hendery menggeleng dan melanjutkan memotong sosisnya sedangkan Xiaojun merebus mie yang akan di jadikan pasta.
"Lucas! Bilangin ke temanmu, jangan menatapku." Xiaojun berbicara pada Lucas yang bingung hendak berbuat apa.
"Der-
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] BANGSAWAN || BXB HENXIAO
Fanfiction[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kawin kawin kawin!!! iya emang enak tinggal nyuruh! lah gue yang ngelakuin yang kagak enak!! Rikim pake otak!" "Mikir der..." "Suka suka sultan lah!" ... "Nggak tau ini cerita apaan! baca aja dulu!" _Hendery