"Mama.. Mama.."
Jaemin menoleh begitu Logan menghampirinya. Putranya itu saat ini tengah memasang senyum lebar. Matanya yang selalu terlihat bening juga kini menyipit hingga menampilkan satu garis saja, persis seperti Papanya.
"Papih sayang.. bukan Mama."
Sudah berulangkali Jaemin mengajari anaknya itu untuk memanggilnya Papih karena bagaimana pun ia adalah seorang laki-laki. Di awal-awal ketika Logan masih bayi, Jaemin fine-fine saja dipanggil Mama. Tapi lama kelamaan Jaemin merasa kalau ia melupakan gender aslinya yang seorang laki-laki. Tapi mau ratusan kali Jaemin meminta anaknya untuk memanggilnya Papih, Logan akan tetap berakhir dengan memanggilnya Mama.
Logan cemberut. "No.. Mama, butan Papih. Papa bilang Mama butan Papih."
Jaemin menghela napas kasar. Sudah ia duga jika ini pasti ulah Jeno. Suaminya itu senang sekali jika Logan memanggilnya Mama dibandingkan Papih. Pasrah saja lah Jaemin kalau begini ceritanya. Mau diminta untuk mengganti panggilannya juga Logan pasti tidak mau. Lagipula Logan itu nurut sekali dengan Jeno.
"Jadi tadi kenapa manggil Mama?"
Jaemin merendahkan dirinya menjadi jongkok untuk menyamakan tingginya dengan sang anak.
Logan tak menjawab. Ia hanya menggerakkan satu tangannya yang tersembunyi di belakang tubuhnya. Kemudian menyerahkan satu kertas putih yang sudah penuh dengan coretan warna abstrak.
"Uang taun Mama.. Taun Mama.." Logan menunjuk-nunjuk sebuah coretan abstrak di tengah-tengah kertas. Coretan berbentuk kotak yang tak terlalu jelas berwarna cokelat dengan garisan lurus di atas gambar kotak tersebut.
Jaemin sejenak mengamati. Putra kecilnya itu ternyata menggambar sebuah kue ulang tahun dengan satu lilin kecil diatasnya. Senyum haru tak dapat ditahan Jaemin untuk terukir di bibirnya. Bahkan dirinya sendiri saja lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Jaemin usap lembut kepala Logan. Kemudian memeluk sayang putranya yang saat ini telah menginjak usia tiga tahun.
"Terima kasih, sayang." Jaemin melayangkan satu kecupan cepat di dahi Logan. Logan hanya tersenyum. Kemudian menarik-narik tangan Jaemin untuk mengikutinya. Jaemin yang saat ini sedang memasak lantas memanggil salah satu asisten rumah tangganya untuk mengantikan dirinya.
Jaemin mengikuti saja langkah kecil Logan. Putranya itu tampak senang. Tangannya semakin ditarik begitu sampai di salah satu ruangan yang biasanya menjadi tempat Logan bermain.
"Mama tue mama.." Logan menunjuk-nunjuk sebuah kotak yang berada di atas meja.
Jaemin mendekat. Memegang penutup kotak yang berukuran sedang dan mengangkatnya.
Jaemin tersenyum, lagi. Seperti yang dikatakan Logan, kotak itu berisi sebuah kue tart cokelat dengan tulisan 'happy birthday Mama' diatasnya.
Uh.. Jaemin gemas dengan Logan. Anaknya itu manis sekali.
"Terima kasih ya, sayang.." Logan mengangguk-angguk dan memeluk Jaemin kala pemuda itu merentangkan tangannya.
"Mama tuka?" Tanya Logan sambil menatap polos Jaemin. Anak laki-laki yang berwajah persis seperti ayahnya itu terlihat menggemaskan sekali. Terutama pada warna netranya yang diturunkan sang Ayah padanya.
Jaemin spontan mengangguk. "Mama suka. Anak mama pintar sekali, sih." Jaemin mencubit pelan pipi Logan hingga membuat anak itu tersenyum hingga memperlihatkan deretan gigi susunya.
"Mama potong tuenya. Logan mau mam." Logan merengek lucu.
Jaemin mengangguk. Ia mengambil pisau kue serta piring dan sendok yang diulurkan oleh bi Tiwi yang entah sejak kapan telah berdiri disana. Kemudian memotongnya dan meletakkannya di piring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage [NOMIN]
Fanfiction[Completed] Na Jaemin itu hanyalah seorang remaja laki-laki yang baru saja menginjak usia 16 tahun. Masih terlalu dini untuk melangkah ke jenjang sebuah pernikahan. Tapi, apalah daya jika sebuah situasi membuatnya harus datang ke sebuah gereja denga...