Happy reading!
Psstt.. jangan pusing yaa.."ABANG!!"
Seorang remaja berusia 15 tahun nampak berlari menuruni tangga sambil berteriak kencang hingga terdengar oleh seluruh penghuni rumah mewah itu.
"Apa sih Dek, pagi-pagi udah teriak-teriak aja." Jasper Lee, remaja laki-laki yang sedang duduk di ruang keluarga langsung berseloroh begitu melihat batang hidung adik perempuannya itu.
"Abang lihat Bang Darren nggak?" Ara, si gadis remaja yang memiliki selisih umur dua tahun darinya itu langsung bertanya tanpa menanggapi ucapan kakaknya. Ia terlihat sedang menahan amarah dan seperti siap menghabisi seseorang.
Jasper mengendikkan bahunya. "Enggak, Abang juga baru turun."
Ara mendengus. Kemudian remaja itu pergi dan kembali berteriak memanggil salah satu abangnya.
Sementara itu, Jasper, si empu yang baru saja ditinggalkan adiknya lantas menoleh dan menatap remaja lain yang tengah bersembunyi dibalik salah satu sofa disana.
"Lo apain tuh Ara? Sampe marah-marah begitu."
Darren yang masih mengawasi keadaan lantas bangkit begitu adiknya telah menghilang di perpotongan ruangan keluarga dengan ruangan lain di sebelah ruangan ini.
"Gua nggak sengaja ngerusakin tiket konsernya dia."
"Wah.. Bakal habis lo dipukulin sama dia." Jasper tertawa senang.
"Lo mah bukannya bersimpati malah kegirangan. Bantuin gue kek." Darren masih menatap was-was ruangan sebelah takut-takut jika sang adik bungsu tiba-tiba datang dari sana.
"Dih, ogah." Jasper kembali mengalihkan atensinya pada televisi yang tengah menayangkan salah satu sinetron dari program tv nasional.
"Dasar Abang kejam!"
Darren merengut. Ia berdecak. Kemudian berpikir bagaimana cara agar dapat kabur dari adiknya itu. Adiknya itu bisa berubah ganas jika tengah marah. Lebih-lebih lagi pasti semua orang di rumah ini bakal membela adiknya.
"Bang Darren keluar!!"
Darren melotot. Alamak! Bisa tinggal nama nih jika ia masih berada disini. Maka ia memilih langkah seribu untuk kabur menuju ke arah pintu rumah. Biarkan saja ia yang masih nampak lusuh bertamu ke tetangga depan rumahnya. Tak mungkin adiknya berani mencarinya kesana.
"Ra, kenapa marah-marah?" Logan yang baru saja turun dari tangga langsung menghampiri adiknya.
"Bang Darren ngerusakin tiket konser Ara, Kak." Ara mengadu pada Kakak sulungnya. Remaja yang beberapa detik lalu terlihat emosi kini malah menangis di depan Kakaknya.
"Cup cup.. Jangan nangis. Nanti Kakak beliin lagi ya tiketnya."
Ara menggeleng kencang. "Nggak mungkin masih ada, Kak. Tiketnya bahkan sudah sold out."
Gadis itu kembali menangis. Impiannya kini harus pupus karena ulah abangnya. Padahal dalam beberapa bulan ini Ara sudah berhemat agar dapat membeli tiket konser itu dengan uangnya sendiri.
"Ada apa ini?" Dari arah pintu rumah, datang Jeno dan Jaemin yang baru saja kembali dari supermarket. Mereka bingung begitu melihat putri mereka menangis.
"Darren ngerusakin tiket konsernya Ara, Ma, Pa." Jelas Jasper.
"Benar, Ra?" Tanya Jeno memastikan.
Ara mengangguk. "Iya, Pa. Mana konsernya besok. Terus kalo mau beli lagi tiketnya sudah sold out."
"Konser siapa memang?" Jeno meletakkan barang belanjaannya di atas meja. Kemudian mendudukkan dirinya di salah satu sofa disana. Ia juga menarik Jaemin agar duduk disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage [NOMIN]
Fanfiction[Completed] Na Jaemin itu hanyalah seorang remaja laki-laki yang baru saja menginjak usia 16 tahun. Masih terlalu dini untuk melangkah ke jenjang sebuah pernikahan. Tapi, apalah daya jika sebuah situasi membuatnya harus datang ke sebuah gereja denga...