delapan belas

2.8K 274 6
                                    

Pasya dengan pelan membuka pintu rooftop, sudah terlihat Nanda yang berdiri di depan sana dengan kedua tangan yang menumpu pada tembok pembatas

Pasya mendekat ke arah Nanda, Nanda tau langkah kaki itu adalah Pasya, dan dia langsung menghela nafas pelan

"Kenapa?" Pasya yang tidak ingin basa basi langsung bertanya apa keinginan Nanda

"Lo tau gak alasan kenapa gue dulu hampir nyelakain lo?" Pasya menghela nafas pelan dan mengalihkan pandangannya ke arah lapangan sekolah, Nanda menatap Pasya dan pasya yang menyadari itu langsung menggeleng

"Itu karna gue suka sama Rey!" Pasya seketika melihat ke arah Nanda yang sekarang sudah menatap langit langit awan

"Waktu itu gue nyatain cinta gue sama dia, dia nolak! Awalnya dia gamau ngaku alasan dia nolak gue. Setelah gue terus neken dia, akhirnya dia ngaku..." Nanda kembali menatap Pasya dengan posisi badan masih seperti awal

"Dia suka sama lo..." Lanjutnya terkekeh yang malah mendapat kerutan kening dari Pasya

Nanda kembali menghela nafas pelan

"Entah kenapa pikiran gue sama lo waktu itu jahat sampe gue pengen lo gaada, mungkin dengan gaada nya elo Rey bakalan jadi milik gue, eh ternyata dia malah makin benci sama gue..." Nanda kembali terkekeh sesaat setelah itu dia menggigit bibir bawahnya seperti menahan rasa sakit

"Setelah kejadian itu, gue mutusin buat ikut bokap ke swiss. Sebelum itu juga gue sempet ketemu sama Dia buat minta maaf dan dia juga yang nyuruh gue buat minta maaf sama lo, tapi ternyata lo masih belum bisa maafin gue, bahkan sampe sekarang!..."

"Gue-"

"setelah bulan lalu gue kembali lagi ke indo, gue mutusin buat tinggal di jakarta..." Nanda langsung menyela ucapan Pasya, dia kali ini ingin menceritakan semuanya tanpa harus di jeda sedikit pun

"Gue juga mutusin buat sekolah di jakarta, ternyata kalian juga sekolah disini..." Pasya menatap langit langit dengan acuhnya mengabaikan ucapan Nanda

"Ternyata ada gunanya juga yah gue disini, tentunya berguna buat Rey!" Ucapan itu seketika membuat Pasya menatap penuh kekesalan kepada Nanda

"Maksud lo apa? Jadi menurut lo selama ini gue gak berguna buat Dia?" Nanda sedikit terkekeh mendengar tukasan dari Pasya

"Lebih tepatnya sandaran gue berguna buat nenangin tangisan Dia!" Nanda kembali terkekeh, mendongakkan kepalanya menahan air mata yang sedari tadi ingin ia keluarkan

Pasya langsung menatap Nanda penuh tanda tanya

"Dia setiap malem selalu datang ke apart gue, nangiss, selalu ngerasain rasa sakit saat dia tau kalo lo yang selalu jual namanya ke bokap nyokap lo supaya lo bisa keluar sama Dimas!" Nanda menatap kosong ke depan

Pasya tidak pernah tau itu, bahkan Rey tak pernah menangis di depannya, yang selalu Rey tunjukan adalah senyuman manis yang selalu terukir di wajah rupawannya saat bertemu dengan Pasya

"Lo harus tau Syaa, bukan pertama kalinya Rey pergi ke tempat clubbing, Gue gatau sejak kapan dia minum-minum, Waktu gue datang ke tempat itu, petugas club kayaknya udah kenal lama sama Rey bahkan bartendernya juga udah jadi langganan buatin Rey minuman beralkohol tinggi!!" Pasya menatap Nanda dengan tatapan yang sulit di artikan

"Dan gue pertama kalinya nganter dia kerumah sakit karena terlalu banyak minum, nyusahin" Nanda tertawa kecil namun setetes air mata keluar dari bola matanya

"Gue gatau lo dimana waktu Rey mabuk, mungkin pacaran iya kan?" Nanda tersenyum kecut menatap Pasya yang sekarang sudah mengepalkan tangannya tapi itu semua memang benar dia tengah berkencan dengan Dimas

Nanda memghembuskan nafasnya dengan kasar

"Dia selalu ngigau, sakit...sakit...sakitt..."  Nanda kembali menggigit bibir bawahnya kembali membayangkan bagaimana suara lirih milik Rey yang amat sangat menyakiti hatinya

"Gue tanya, sakit apa? Dia cuman megang bagian dadanya, gue ngerti, Dia sakit hati!,Karna lo, Gue juga bisa ngerasain rasa sakit itu, dia hanya ingin di cintai. Tapi apa yang dia dapat? Rasa sakit yang selalu ia telan bulat bulat!" Nanda sudah tak bisa menahan air matanya dia terus mengusap dengan kasar pipinya yang sudah basah dengan air matanya

"jadi senyuman itu? Cuman senyuman untuk menutupi rasa sakitnya!"

"Gue tau dia udah nyatain perasaanya sama lo meskipun harus melalui pertengkaran antara Rey sama Dimas.." Pasya menundukkan kepalanya menahan air mata yang akan keluar

"Lo tau...gue gak benci sama Dia! Gue cuman benci sama perasaannya!" Nanda menatap aneh padanya

"Kalo lo benci sama perasaanya, kenapa lo harus tinggalin dia? Apa dengan cara lo ninggalin dia, itu bisa buat perasaan Rey hilang gitu aja dan kembali lagi sama lo sebagai Rey sahabat kecil lo yang gak pernah punya perasaan apapun sama lo, dan lo menang dengan ke egoisan lo itu? Hahh!!" Nanda memejamkan matanya mengatur kembali nafasnya

"Lo emang gatau rasanya mencintai yang sebenarnya Syaa!" Pasya mendongak menatap Nanda penuh amarah

"Lo masih suka sama dia?"

"Kalo iya kenapa?" Pasya menatap Nanda dengan tatapan tidak percayanya

"Bahkan gue bisa aja jauhin lo sama dia tanpa harus susah payah ngikutin alur drama lo yang menjijikan ini!"

Plak

Nanda merasakan panas pada pipi kirinya, memegang pipi yang baru saja di tampar oleh tangan manis Pasya dan itu membuatnya muak

"Jauhin Dia!" Nanda tersenyum miring tapi tatapannya juga yang penuh amarah

"Justru gue yang bakal jauhin lo dari Dia!" Tangan kiri Pasya ingin kembali melayangkan tamparan untuk Nanda tapi dengan cepat Nanda memegang pergelangan tangan Pasya

"Lo harus tau Syaa, Betapa sakitnya dia saat denger lo jadian sama Dimas, Dan lo yang selalu jual namanya supaya lo bisa kencan sama Dimas, Dia yang masih tersenyum di depan lo meskipun lo yang selalu buat hatinya hancur, DAN DIA YANG SEKARANG TERBARING LEMAH DI RUMAH SAKIT TANPA LO!"

Deg

tatapannya penuh tanda tanya mengkerutkan keningnya mencoba mencerna apa yang di ucapkan wanita di depannya ini

"Kenapa? Lo gatau kan! REY SEKARAT!"

plak

"Jaga mulut lo Nanda!"

"Terserah lo mau percaya atau engga Syaa! Gue gak nyuruh lo buat bales perasaan Dia! Tapi setidaknya lo gak ninggalin dia!"

Nanda pergi dari rooftop dengan mengusap kedua pipinya yang sudah sedari tadi basah karena air mata yang terus mengalir di kedua bola matanya

Pasya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan merasakan rasa sakit yang amat dalam, tubuhnya meluruh kebawah dengan punggung yang menempel pada tembok pembatas

Inilah akibat sikap ke egoisannya, mementingkan diri sendiri tanpa tau ternyata ada orang di luaran sana yang menangis rintih, menahan sakit yang cukup dalam, sepertu ditusuk pisau berkali kali dan itu ulah dirinya

Suara tangisan yang amat lirih di keluarkan Pasya dengan segala rasa bersalah dan rasa sakit di hatinya

"Aku minta maaf Natt!"

***

Masih ada yang mau bilang ngegantung? Gue tampol ye tu keyboard lu biar gabisa ngetik gantung

Makanyee tau diri vote sono terus follow. minta follback? dm, IG kali ahh😝

Bye

Rey To Syaa(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang