Orientation EP.4: Jamet

924 184 35
                                    

Seonghwa nyesel dia gak ngaku-ngaku jadi kakaknya Wooyoung aja dan nunggu San jawab panggilannya. Sekarang jadinya dia dibuntutin jelmaan panci gini kan, mana gombal banget makhluknya.

"Seonghwa," panggil Hongjoong untuk yang kesejuta kalinya

"iya ada apa, Hongjoong?"

"Hwa, kamu tau gak apa bedanya polantas sama kamu?"

"enggak"

"kalo polantas mengalihkan lalu lintas, kalo kamu mengalihkan duniaku"

Seonghwa nahan rasa ingin mengeluarkan sarapannya barusan, ini adalah gombalan supir truk kesepuluh yang udah Hongjoong layangkan ke dia.

"diam atau kutilang??" ancam Seonghwa

"wow kalo yang nilang kamu mah gapapa, Hwa, seumur hidup aku rela jadi tawanan kamu"

Seonghwa kembali mendengus sebal, dipercepatnya langkah kakinya menuju ke ruang rawat Wooyoung. Hongjoong ini kenapa makin ditolak makin gencar mepetin dia sih????

Sampai di ruang rawatnya Wooyoung, Seonghwa dan Hongjoong pun masuk. Di dalam Wooyoung lagi tidur—efek obat bius saat operasi—dengan kaki yang digips, sementara San duduk di kursi sebelah ranjang Wooyoung sambil menggenggam tangan kanan Wooyoung yang gak diinfus.

Seonghwa jadi merasa bersalah, terdapat raut khawatir yang terpampang jelas di wajah San. Ya gimana gak khawatir, istri cantiknya yang biasanya menebar senyuman itu kini terkapar di ranjang rumah sakit dengan tubuh yang penuh lebam dan luka, serta tulang pahanya yang retak. Seandainya Seonghwa tidak nyetir sambil buka ponsel, pasti Wooyoung gak akan menderita gini.

"Mas Seonghwa.." panggil San, membuyarkan lamunan Seonghwa

"eh, iya, San?" jawab Seonghwa

"mas, aku sebenernya gak apa-apa kalau Wooyoung dirawat di ruang kelas III aja, kayaknya aku butuh waktu yang lebih lama buat nyicil biaya perawatan Wooyoung ke mas"

Seonghwa nyamperin San, terus Seonghwa meluk San, "ini loh salah aku, San, aku yang nabrak Wooyoung. Kenapa kalian berdua gak ada sama sekali yang nyalahin aku?" tanpa terasa air mata ngalir dari mata Seonghwa, dia terharu karena selama ini dia mikir orang-orang yang tau kalau dia itu kaya biasanya bakal nguras duit dia, beda dua orang ini mereka gak ada nyalahin Seonghwa sama sekali justru berniat mau balikin uang pertanggungjawaban Seonghwa, baik banget heran.

"Mas Seonghwa udah baik banget mau tanggung jawab, aku ngerasa ini juga kecelakaan alias Mas Seonghwa gak sengaja nabrak Wooyoung. Gapapa mas, aku cicil aja uang rumah sakitnya"

Seonghwa menggeleng, "nggak, San, semua aku yang nanggung. Ini semua salahku, aku bakal tanggung jawab sampe kelar"

"makasih ya Mas Seonghwa, Wooyoung pasti seneng banget punya pelanggan yang baik kayak mas, hehe" San terkekeh hingga matanya tinggal segaris

Seonghwa melepaskan pelukannya pada San, "aku pengen jadi kakaknya kamu sama Wooyoung aja masa, San?"

San tersenyum, "itu pasti Wooyoung lebih seneng, Wooyoung gak punya saudara atau keluarga lagi selain Mas Hongjoong dan aku, Mas"

Mendengar percakapan dua orang di hadapannya, Hongjoong jadi nyengir lebar, "Hwa," panggil Hongjoong

"iya, Joong, kenapa?" jawab Seonghwa

"kamu tau kan, kalau aku itu Kakaknya Wooyoung dan otomatis San itu adek iparku? Terus kamu pengen jadi kakaknya mereka juga?"

Seonghwa memutar bola matanya malas, dia seperti bisa menebak apa yang akan Hongjoong katakan selanjutnya. "iya, terus kenapa?"

"kalo kamu mau masuk ke keluarga kami dan jadi kakaknya mereka berdua, berarti kamu harus menikah sama aku selaku kakaknya mereka, biar kamu juga jadi kakaknya mereka"

Seonghwa mendengus kasar, "San,"

"iya, Mas Hwa?"

"kamu beneran gak buka slot buat suami kedua?"

"hah gimana?"

.

Jam menunjukan pukul 2 siang, Seonghwa tadi ngorderin nasi dan ayam goreng buat makan mereka bertiga, dan kini Seonghwa memaksa San dan Hongjoong buat istirahat dulu karena Seonghwa tau sore nanti mereka harus kerja.

Sekarang San lagi tidur di sofa, sementara Seonghwa duduk di karpet dengan.... Hongjoong yang tiduran tengkurap di hadapannya lagi ngelihatin dia.

"heh kamu apaan sih, kok ngelihatin saya kayak gitu?!" protes Seonghwa yang jadi hilang fokus mainin game di ponselnya karena diliatin Hongjoong.

"Hwa, kamu itu manusia atau AC minimarket sih?"

"manusia lah!"

"kok adem banget?"

Seonghwa kembali memutar bola matanya untuk yang kesejuta kali, "gombal!"

Hongjoong terkekeh, "tapi seriusan, wajahmu itu adem dan teduh, Hwa. Kayak langit senja, kamu itu indah di pandang tapi tetep sejuk"

"Joong seriusan deh, aku pengen muntah dengernya!" Seonghwa ngerucutin bibirnya, bete banget dia sama Hongjoong.

"Hwa ih kamu jangan lucu-lucu, bikin aku sedih!"

"kok sedih?!"

"iya soalnya percuma kamu lucu, kalo gak mau jadi pacar aku"

"uhuk uhuk!"

"eh, San, udah bangun?" tanya Seonghwa

"eh nggak, mas, ini, tersedak air liur sendiri hehe" San menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"minum atulah San" Hongjoong nunjuk botol air mineral yang ada di meja sebelah ranjang Wooyoung

"santuy lah Mas Joong. Hehe"

San tuh sebenernya daritadi Cuma merem doang, dia gak bisa tidur karena dua manusia yang ribut di depannya, yang satu gombal mulu sementara yang satunya lagi protes digombalin.

Tapi San jadi heran sama Hongjoong yang mendadak jamet gini...

"Mas Joong, sejak kapan hobi gombal? 4 tahun kita barengan kayaknya Mas Joong gak pernah gombal ke siapa-siapa?"

Hongjoong terkekeh, "selama tiga puluh tahun gue nyimpen gombalan gue untuk Seonghwa Narendra Ramadhan seorang"

.

To be continue

To be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang