"mah.." panggil Wooyoung muda pada seorang wanita berusia 30-an yang sedang berbaring di sebelahnya sambil menatapinya penuh kasih sayang.
"iya, kenapa, Wooyoung sayang?"
"mama benci Wooyoung gak?"
"untuk apa mama benci Wooyoung? Mama sayang banget sama kamu, nak, kenapa kamu tanya begitu, hmm?"
"karena Wooyoung anaknya papa"
"Wooyoung anaknya mama, maka dari itu gak ada rasa benci sama sekali dari mama untuk Wooyoung, malahan mama sayang banget sama Wooyoung"
"apa mama menyesal menikah dengan papa?"
"tidak, Wooyoung, kalau mama tidak menikah dengan papa, mama gak akan bisa ketemu sama kamu, dan itu akan jadi penyesalan terbesar mama"
Wooyoung memeluk wanita yang merupakan mamanya itu, "Wooyoung sayang mama"
"mama juga sayang Wooyoung, mama harap suatu hari nanti kamu akan menemukan orang yang baik untukmu, yang menyayangimu selamanya dan akan menjaga kamu dan anak-anak kalian kelak"
.
Sepuluh tahun kemudian...
"Woo.."
Wooyoung terperanjat saat merasakan ada seseorang yang memeluk pinggangnya tiba-tiba, "astaga San, kenapa?!"
San menyandarkan dagunya di bahu Wooyoung, gak sadar tempat, padahal mereka berdua lagi ada di gudang minimarket.
"kamu pulang jam enam kan, Woo, hari ini?"
Wooyoung mengangguk, "aku tukeran shift sama Daehwi, dia tadi pagi harus jagain kakaknya yang abis lahiran"
"aku nanti sore mau ke rumah kamu, ya, Woo?"
"ih, ngapain?"
"mau ketemu mama kamu lah"
"emang mau ngapain?"
"mau ijin ke mamah, kalo aku mau nikahin anaknya"
Wooyoung mukul lengan tangan San, "gak bercanda deh, San!"
"dih, aku gak bercanda, Wooyoung," San mendekatkan wajahnya pada Wajah Wooyoung, "aku beneran mau nikahin kamu, Woo, kamu nerima lamaran aku gak—eh, eh, Woo? Woo, kok pingsan?"
Dengan senyum sumringah yang menghiasi wajahnya, Wooyoung dan San berjalan beriringan menuju rumah Wooyoung, tak sabar Wooyoung ingin melihat wajah bahagia sang mama kalau tau anak semata wayangnya akan segera melepas masa lajangnya.
"ma, Wooyoung pulang!" pekik Wooyoung di pintu rumahnya saat dia baru saja masuk ke dalam rumahnya.
"dih, gak ada sopan santun, main teriak-teriak aja!" ujar San yang ikut masuk di belakang Wooyoung.
Wooyoung terkekeh, "kamu duduk dulu situ, aku panggilin mama dulu di kamar" Wooyoung menuding sofa ruang tamunya, lalu dia pun melenggang menuju ke kamar mamanya.
"mama—" langkah Wooyoung terhenti saat dia melihat mamanya terbujur di lantai kamarnya dengan bersimbah darah di sekujur tubuhnya.
"ASTAGA MAMA?! MAMA! MAMA KENAPA?! MAMA BANGUN!"
.
.
.
"Woo, sayang, kemu kenapa.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight
FanficHongjoong begitu mengagumi keindahan senja yang berlabuh menjembatani jatuhnya siang berganti malam, menurut Hongjoong gak ada satu hal pun yang lebih indah dari langit senja. Tapi itu semua berubah ketika Hongjoong bertemu dengan seseorang yang leb...