18. Tidak lagi sama

66 9 2
                                    

Kamis pagi ini cukup cerah. Belum genap pukul tujuh, matahari sudah muncul dari sisi timur cakrawala. Siulan burung gereja pun bersahutan dengan ayam jantan yang berkokok lantang. Menurut prediksi BMKG, cuaca hari ini cerah.

"Dihabisin sarapannya!" Tutur Luna yang duduk di hadapan Rafa. Bukan sedang sarapan seperti yang Rafa lakukan, melainkan sibuk mengemasi barang-barang yang akan ia bawa ke kantor.

"Iya, Ma." Rafa menyahut lantas memasukkan suapan terakhir nasi goreng buatan Tante Amara. Sejak Rafa keluar dari rumah sakit, Luna meminta Amara untuk menemani anaknya. Jadwal kerja yang cukup padat dan seringkali ke luar kota membuat Luna khawatir jika Rafa ditinggal sendirian di rumah.

"Tante Amara mana?"

"Mandi."

Luna mengangguk pelan. "Darel dateng jam berapa?"

"Katanya udah di jalan, Ma."

"Dia bawa motor? Kamu kan masih dalam tahap pemulihan, jangan naik motor dulu!"

"Gak kok, Ma. Kami bakal naik taksi online."

Drrt!

Ponsel Rafa berdering. Sebuah pesan singkat dari Darel. Rafa bangkit dan pamit untuk berangkat ke sekolah. Luna memutuskan untuk mengantar Rafa sampai ke depan gerbang.

Sebuah mobil hitam sudah terparkir di depan gerbang. Darel yang duduk di kursi belakang turun lantas mencium punggung tangan Luna. "Assalamu'alaikum, Tan."

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, ya."

"Rafa berangkat dulu, Ma. Assalamu'alaikum."

Luna mengusap puncak kepala Rafa. "Wa'alaikumsalam. Pulang sekolah langsung pulang, ya."

"Iya, Ma."

"Oh iya, Tan. Tante Amara mana ya?"

"Beliau sedang mandi."

"Ya, udah Tan. Kami berangkat dulu."

"Oke, hati-hati ya."

Darel membukakan pintu mobil, mempersilakan Rafa naik lebih dulu. Luna masih berdiri di pijakan sampai kendaraan roda empat itu benar-benar menghilang di ujung perempatan kompleks perumahan.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota yang masih sepi. Sinar matahari pagi yang berguna untuk mengaktifkan vitamin D di dalam tubuh menyusup masuk lewat celah kaca jendela yang dibiarkan terbuka. Sang driver taksi online tampaknya begitu mencintai Bollywood sehingga tanpa permisi terlebih dulu ia dengan bersemangat menyanyikan salah satu lagu yang mengalun dari speaker mobil.

"Kuch-kuch hota hai!"

Dalam hidup kepercayaan diri memang sangat dibutuhkan, tapi jangan melewati batas. Bisa-bisa akan memalukan diri sendiri. Itulah yang sedang terjadi di dalam mobil. Rafa dan Darel hanya bisa geleng-geleng kepala melihat si sopir menggelar konser dadakan.

"Biarin aja!" Bisik Rafa saat Darel menawarkan diri untuk meminta si sopir berhenti bernyanyi.

Rafa melirik ke arah jendela. Sudah lama ia tidak melihat hiruk pikuk dunia luar. Selama ini hari-harinya hanya dihabiskan di dalam kamar. Ia tersenyum kecil melihat dua orang yang sedang berboncengan dengan mengenakan seragam sekolah. Rafa jadi teringat kenangannya bersama Argan. Ia sangat tidak sabar untuk bertemu dengan laki-laki itu.

Rafa melirik Darel. Laki-laki berkacamata di sampingnya sedang sibuk dengan ponselnya. Padahal Rafa baru saja ingin menanyakan kabar Argan selama ia tidak sekolah. Barangkali Argan menanyakan kabarnya kepada Darel. Ah, Rafa jadi tersipu malu jika menebak sikap manis Argan.

Potret RafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang