Rafa memperbaiki tatanan rambutnya yang sedikit berantakan karena berlari. Ia sedikit kesulitan menemukan Argan karena cafe ini sangat ramai. Nyaris tidak ada tempat yang kosong. Daripada sibuk mencari tanpa tahu arah, Rafa memutuskan untuk menelepon Argan.
Tak lama setelah telepon tersambung, seseorang melambaikan tangan ke arah Rafa. "Itu dia." Ia lekas memutuskan panggilan dan menghampiri.
"Maaf gue telat. Udah lama?" Tanya Rafa basa-basi. Ia menarik kursi di depan Argan.
"Lumayan. Lama banget sih di sana?" Laki-laki itu mengangkat bahu. "Gue udah pesan makanan."
Mata Rafa berpendar melihat seloyang pizza terhidang di atas meja. Aroma lezat itu pun sukses membuat cacing diperut Rafa meronta minta makan. Tanpa berlama-lama, ia menaruh sepotong pizza di atas piringnya.
"Gue juga pesen ayam goreng." Argan menyodorkan box putih berisi tiga potong ayam goreng.
"Pengertian banget." Rafa menyeringai.
"Elo gak dikasih makan apa di rumah si cupu?" Argan melirik tidak suka.
"Rumah Tante Arum, Gan." koreksi Rafa.
"Ya itu."
"Gue cuma minum doang di sana. Tadi si Darel bikin min-,"
"Udah, langsung makan aja!" potong Argan. Rafa mengangguk setuju. Ternyata Argan masih tidak menyukai pembicaraan tentang Darel. Rafa paham kekhawatiran Argan, tapi untuk apa laki-laki itu risau? Rafa pasti akan memilih Argan.
Drrttt!
Baru saja gigi seri Rafa hendak menggigit ujung pizza, ponselnya berdering. Mata elang Argan lekas menatap benda segiempat itu. "Siapa?" tanya Argan.
Terpaksa, Rafa menunda niatnya untuk melahap pizza dan mengecek ponselnya. "Si Manda." desis Rafa.
"Bilang ke si Marmut, jangan gangguin kita, Ra." tukas Argan sebal. "Dari pulang latihan basket tadi gue belum makan."
"Iya." Rafa merentangkan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang pizza.
Argan tampak bingung. "Mau ngapain, Ra?"
"Si Manda minta pap."
Argan merebut ponsel Rafa. "Sini, biar gue yang fotoin." Dengan berat hati, ia membantu Rafa memenuhi permintaan Manda. "Gak tahu apa kita udah kelaperan?"
"Bagus gak?" Rafa mendongak, berusaha melihat layar ponselnya. "Pilih yang paling keren ya sebelum dikirim."
"Elo ngeraguin kemampuan gue?" Argan tersenyum miring.
"Gak kok." Rafa tersenyum pisang.
Argan menggeser satu demi satu foto yang baru saja diambil. Tanpa sengaja, jemarinya berhenti pada sebuah foto seseorang. "Ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Potret Rafa
Teen Fiction[Book 2] SEQUEL LENSA ARGAN #4 lensa 15.06.20 Kamu mengajariku cara melihat apa yang tidak ingin dilihat; melupa apa yang tidak ingin dilupa. Tentang kita yang ada, namun tiada.