Sebetulnya hari ini Rafa ingin istirahat di rumah. Mumpung tidak ada tugas yang biasanya selalu memburu. Tapi Argan tiba-tiba memintanya untuk berkunjung. Waktu yang tepat, Mama hari ini ada meeting mendadak.
Alih-alih belajar bersama untuk persiapan Ujian Nasional yang tinggal empat bulan lagi, Argan justru sibuk rebahan tanpa beban.
"Lo gak salah?" tanya Rafa dengan bola mata meniti kata per kata di buku yang sedang ia baca. Rambutnya ia biarkan tergerai indah. Sesekali bibir yang dipoles merah jambu itu bergerak, mengeja kalimat menarik yang tertulis di sana.
Argan yang sedang berbaring di lantai dengan tumpukan buku sebagai bantal itu menaikkan sebelah alis. Ia lalu menyingkirkan buku bersampul putih yang menghalangi pandangannya. "Salah?"
Gadis yang duduk bersandar pada sofa itu mendeham sebelum menyahut. "Gue kan anak IPA masa disuruh ngajarin senior, anak IPS lagi?"
Argan menatap Rafa cukup lama. Sepertinya ia sedang meracik kalimat di kepalanya sebelum diucapkan. "Gak salah kok. Lagian kan mapel peminatan elo Geografi. Kebetulan gue UN ambil Geografi."
Laki-laki itu tersenyum lantas meletakkan buku di atas dada bidangnya. "Soal senior yang belajar ke junior mah bukan masalah. Ilmu itu gak dilihat dari umur, tua atau muda. Kayak guru di sekolah aja, gak ada yang bisa jamin kalo guru itu lebih tahu dari siswanya. Apalagi sekarang teknologi udah canggih. Ya kan?"
"Iya deh, iya. Gue akan bantu semampu gue."
"Nah gitu dong, berbakti sama pacar." Argan menepuk mulutnya cepat. "Sama Abang kelas maksudnya." koreksinya.
Rafa bangkit dan duduk di lantai. Ia pura-pura membaca dengan wajah memerah. Konsentrasinya sudah buyar. Mood membacanya sudah hilang. Sekarang yang ada hanya pikiran konyol yang berseliweran di kepalanya.
Gue tahu, pasti belajar bareng cuma alesan doang. Padahal dia kangen sama gue. Rafa menahan tawa.
Melihat senyum Rafa merekah, obsidian Argan tertarik gravitasi. Argan diam-diam ikut tersenyum. Laki-laki memang banyak akal. Mungkin sewaktu kecil, Argan rajin minum susu kuda liar. Hehe. Argan mengangkat buku yang semula berada di atas tubuhnya. Apalagi yang ia lakukan selain pura-pura membaca, sama seperti yang Rafa lakukan.
Satu sama lain saling mengagumi lewat sudut mata. Saat pandangan mereka tanpa sengaja beradu, beralih objek ke buku bacaan adalah pilihan paling cerdas.
Berlama-lama dalam kepura-puraan membuat Rafa tidak tahan. Lihatlah pipi gadis itu sekarang, semakin merona.
"Gak usah grogi gitu kali gue liatin." Celetuk Argan dengan senyum tipis.
Rafa menyeret bola matanya, menatap Argan tidak suka. "Ih, apaan sih lo?!" ia memanyunkan bibir.
Argan tersenyum. Ia bangkit dari posisi ternyamannya, rebahan. Rafa mulai salah tingkah. Gadis itu berusaha menjauh namun punggungnya sudah menempel di kaki sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Potret Rafa
Teen Fiction[Book 2] SEQUEL LENSA ARGAN #4 lensa 15.06.20 Kamu mengajariku cara melihat apa yang tidak ingin dilihat; melupa apa yang tidak ingin dilupa. Tentang kita yang ada, namun tiada.