Part 1

8.7K 423 29
                                    


Happy Reading

Dentuman musik Remix menghentak kencang dari speaker di berbagai sudut bar. Lampu disco kerlap kerlip warna warni mengiringi para pengunjung bergoyang mengikuti irama lagu yang dimainkan DJ di sebuah sudut. Jemarinya menari - nari mencscratch turn table, mencari ritme nada kompilasi yang catchy dan terus bisa menghidupkan suasana. Tak lengkap rasanya goyang di floor tanpa didorong aneka koktail racikan bartender dan berbagai merk minuman keras.

Tema bar malam itu adalah ladies night 80's. Semua pengunjungnya adalah perempuan dengan musik yang akan dimainkan para DJ semua bernuansa 80's dengan remix kekinian. Sehingga bisa diterima para milenial hang menjadi pasar pengunjung bar.

"Mir, ada cewek teler di toilet. Lo tolongin gih!" pekik Dey di tengah hingar bingar musik, "...biar gue yang anter minuman ke table."

"Temen - temennya kemana?"

"Hang over semua di table! Goblok emang mereka!" rutuk Dey kesal.

"Ada yang ultah soalnya. Ini buka botol lagi tiga, Dey."

"Gila. Tajir mampus pasti!"

"Ya udah gue handle ke belakang dulu."

Jari telunjuk dan jempol Dey meng-O, ia lalu menghilang di antara kerumunan. Mira bergegas ke toilet. Di luar toilet sudah antri para cewek di depan pintu. Beberapa sempoyongan berpegangan di dinding. Mira melihat seorang cewek berpakaian seksi melambaikan tangan minta tolong ke Mira. Ia mengenalnya.

"Lho? Lala?"

"Mira? Lo kerja di sini?" Lala terkejut melihat teman sekolahnya.

"Iya, kenapa, La?"

"Plis tolongin Chika teler di situ. Bantuin gue angkat." Lala menunjuk.

"Chika?" Mata Mira melirik ke bilik toilet. Ada perempuan meringkuk di atas lantai toilet.

"Iya, tolongin ya, Mir?"

Mira menoleh dulu sekelilingnya, merasa semua yang ada disitu egois dan bodoh. Satupun ngga ada yang bantu. Lantas ia berpikir, mereka semua hang over. Yang ada bakal ambruk semua pas angkat tubuh Chika. Barulah Mira dan Lala yang agak tipsy mengangkat tubuh Chika yang berat. Mereka memapahnya keluar dari toilet. Tanktop dan rok mini Chika belepotan bekas jekpot yang berceceran tadi di lantai. Bau seperti ini adalah hal biasa bagi Mira selama kerja di Bar. Termasuk membantu memapah para pengunjung.

"Bawa ke mana, La?"

"Lo bisa nyetir, Mir?" Lala bertanya balik.

"Bisa, tapi kaga ada SIM."

"Yah, gapapa deh. Plis tolong anterin Chika pulang ya?"

"Kaga tau rumahnya!"

"Mana nomer hape lo?"

Mereka berhenti sejenak, bertukar nomor kontak. Lalu melanjutkan membawa Chika ke parkiran. Untungnya Chika masih seperempat sadar, jadi ngga perlu menyeret meski Chika susah payah melangkah. Memasukkan Chika ke dalam mobil tanpa membentur bagian mobil juga butuh perjuangan. Selagi Mira merogoh tas Chika mencari kunci mobil, Lala berjalan ke tiang parkir. Mengeluarkan semua minuman koktail dan snack yang tadi ia beli dari dalam perutnya.

"Mir, ini buat ongkos lo balik." Lala menyerahkan tiga lembar uang merah.

Mira menerimanya, "Lo ga sekalian, La?"

Tangan Lala menunjuk sebuah mobil, "Gue bawa  sendiri."

"Oke deh."

"Thanks ya, Mir!" ucap Lala, berpegangan tembok. Ia sempoyongan.

Mira menjempolkan tangan. Ia menyalakan mesin mobil dan mulai melajukan mobil Chika keluar dari gedung tempat Bar itu berada. Chika yang hang over bersandar di jendela mobil sambil sesekali meracau tak jelas.

Di tengah jalan, Chika tiba - tiba jekpot lagi. Sial, karena tubuhnya tertahan seatbelt, muntahannya membasahi seluruh pakaian Chika, jok, pintu mobil, dan lantai mobil. Bau alkohol menyeruak.

"Oh shit!" Mira bersungut, "...minum bajigur atau apa sih ini anak?!!" Ia memukul setir karena kesal. Mira mempercepat laju mobilnya.

Di depan sebuah rumah besar, Mira turun untuk meminta dibukakan pintu. Di dalam sudah menunggu seorang ART paruh baya yang membantu Mira memapah Chika ke dalam. Mereka membawanya ke kamar di lantai atas.

"Makasih ya, Mbak sudah mau nganterin Non Chika. Biar saya nanti yang ganti bajunya."

"Iya, Bu. Sama - sama." Mira terduduk di sofa. Kelelahan. "Orang tuanya kemana, Bu?"

"Ibu sama Bapak lagi ke Singapura. Mbak Chika sendirian."

"Oooh..." Mira manggut - manggut. Menelusur kamar Chika yang lapang dan bagus. Tidak seperti kamarnya yang tak sampai seperempat luasnya.

"Oh iya, maaf. Mbak namanya siapa?"

"Amira. Saya kerja di Bar. Kebetulan temen sekolahnya Chika juga."

"Ooh. Makasih sekali ya, Mbak, udah nganterin Mbak Chika." ART itu hendak membungkuk ke Mira, tapi Mira lekas mencium tangannya terlebih dahulu. Karena Mira jauh lebih muda dan ia harus menaruh rasa hormat.

"Saya permisi ya, Bu..." Mira pamit. Ia melangkah keluar. Ponselnya dikeluarkan, hendak memesan ojek online untuk kembali ke Bar.

°°°

Tbc

Halo,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Halo,

Author nulis lagi
Kali ini tiap part pendek - pendek ya...
Konfliknya bisa jadi minim
Isinya lucu - lucuan aja
Yang manis - manis tentang Chika, Vivi, Mira.
Mudah - mudahan suka sama ff kali ini.

Vimir, Vikuy, Chimi, Chikara?
Pokoknya nulis lah. Saya juga belum tau kapalnya mau dibawa kemana.

Kalo apresiasi vote bagus, pasti dilanjut
Makin banyak vote, makin anu

Makasih yang udah vote & komen.

Dia [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang