Part 23

2.9K 231 10
                                    


Happy Reading

Beby melangkah keluar kamar berjalan menuju pintu depan. Bel terus berbunyi karena tak kunjung dibuka. Beby mendengus kesal. Ia lalu mengintip melalui door viewer dan kaget melihat seseorang yang datang bertamu.

"Mira?"

Agak bimbang Beby ingin membuka pintu. Apakah Mira ingin gabung dengan Chika atau...? Ah, Beby tak peduli. Ia senang Mira mau mampir. Beby membuka pintu. Namun apa yang terjadi. Mira dan Dey menyeruak paksa masuk ke dalam. Dey yang tadi tidak terlihat tiba - tiba muncul di belakang Mira sembari mengayunkan tongkat base ball.

"Hei! Apa - apaan ini? Mau mukul aku?" ucap Beby tanpa rasa takut meski tongkat itu tak sampai semeter dari wajahnya.

"Mana Chika, Kak? Mana!!" ancam Mira. Ia celingukan mencari Chika. "CHIKAAAA!!"

Dey menghalangi Beby yang hendak melangkah. "Kamar, Mir. Cari!" pekik Dey, "...Kak Beby ga usah macem - macem ya? Aku serius bakal mukul Kakak kalau bergerak!"

Beby mengangkat tangannya dan terkekeh. Ia mundur dan bersandar di dinding. "Chika udah jadi milik aku. Dia harus penuhi syarat aku dulu. Hahaha..."

Mira menoleh, matanya nanar dan emosional. Ia menghampiri Beby, "...kalau sampai ada apa - apa sama Chika, awas ya, Kak!" Mira mengancam dan menunjuk wajah Beby.

"Awas apa? Hah? Kamu mau apa?" Beby nyolot menantang Mira. Nada bicaranya santai.

"Jagain dia, Dey! Gue cari Chika!" seru Mira, ia berlari ke lorong arah kamar.

Dey mundur beberapa agar tidak terlalu dekat dengan Beby. Tangannya terus mengayun tongkat jika sewaktu - waktu Beby melawan.

Mira berjalan ke sebuah kamar, tempat di mana dia dulu juga pernah masuk ke dalamnya. Pintu tak dikunci dan ia amat sangat tersentak mendapati Chika terbaring di atas tempat tidur tanpa sehelai benang pun.

"Chika? Ya Tuhaaan!" Mira menangis sejadinya. Terlebih Chika lebih terisak kencang, akhirnya Mira datang menolongnya. Tak dapat lagi Chika berkata - kata selain meluapkan emosinya melalui air mata yang deras keluar dari pelupuk matanya. Sepertinya Chika trauma.

Mira bergerak cepat, ia lepaskan semua belenggu di kaki dan tangan Chika. Selimut tebal langsung ia gunakan untuk menutupi tubuh Chika. Dan Mira juga memunguti pakaian Chika di lantai.

"Kamu bisa jalan, Chik?" Mira memeluk Chika yang nampak sayu dan lemas. Anggukan lemah menjadi jawaban Chika. Ia pun memapah Chika perlahan keluar dari kamar. Chika sendiri memegangi selimutnya agar tubuhnya tetap terlindungi.

"Hei! Mau kamu bawa ke mana Chika, Mir?! Urusan kita belum selesai, Chika!!" pekik Beby mendelik. Ia melangkah namun Dey menghalangi, mengayun tongkat dan bersiap memukul Beby.

"Kak Beby diem, Kak!" ancam Dey mendelik, jarinya menunjuk tegas.

Langkah Chika yang lemah dan cenderung menyeret kakinya agak sulit bagi Mira memapah tubuh Chika yang lebih tinggi. Kenyataan bahwa kondisi Chika yang memilukan mengharuskan Mira mengeluarkan ekstra tenaganya.

Begitu Mira sudah keluar dari pintu depan rumah Beby, Dey pun berangsur mundur sambil tetap berjaga agar Beby tak bergerak tiba - tiba, merebut tongkat misalnya. Ia sendiri tentu takut karena dibalik wajah Beby yang tenang, lembut, kalem, tersimpan sifat yang mengerikan.

Di luar, Mira hati - hati mendudukkan Chika di mobil. Gadis itu mendadak pingsan tak berdaya.

"Gimana, Dey?" Mira kebingungan. "Ya Tuhaan, Chika..." Mira tak henti terisak.

"Bawa ke rumah sakit, Mir!" Dey melemparkan pakaian Chika ke jok belakang. Tangan lain tetap mengacungkan tongkat ke Beby yang berdiri sembari senyum misterius di pintu depan.

Dia [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang