Part 28

3.8K 231 18
                                    


Happy Reading

Selang beberapa jam setelah laporan kepolisian dan visum, Beby sudah diperiksa dan ditetapkan polisi sebagai tersangka. Mira, Dey, dan Chika sudah dimintai keterangan dan kesaksiannya. Meski demikian, Chika masih harus menjalani pengobatan dan pemulihan untuk mengatasi trauma psikis dan mentalnya.

Mira mendorong kursi roda Chika keluar dari villa puncak menuju teras belakang yang menghadap taman hijau yang luas. Mereka berada di sana untuk menenangkan hati dan pikiran Chika dalam rangka pemulihan.

"Bisa jalan juga malah naik kursi roda," omel Mira.

"Biar bisa didorong Mira kemana - mana. Ehehe..." tawa knalpot Chika meluluhkan kekesalan Mira.

"Manja," bisik Mira di telinga Chika. Berjongkok di sebelah Chika.

"Manja juga opung sayang kan?" Chika meringis. Menoleh ke Mira.

"Banget," Mira menepikan surai rambut Chika yang terurai, "...masih takut?"

"Engga. Selama ada Mira," Chika mengerucutkan bibirnya.

"Jangan bergantung sama orang. Chika harus kuat," Mira menggenggam telapak tangan Chika, mengelusnya, "...bukan hanya kamu, tapi Mira juga. Kalau kita ngga bisa bangkit, sama aja kita kalah, Chik. Ada masa depan yang udah jadi bagian dari diri kita. Kita kadang harus melepas tangan orang - orang di sekitar kita. Kita melangkah bukan berarti tidak ada rasa takut, tapi apapun itu harus kita hadapi," papar Mira penuh filosofis. Senyumnya mengembang.

Chika merangkul leher Mira dan mengecup keningnya, "...bukan berarti Mira ninggalin Chika kan?"

"Aku selalu ada. Di hati kamu, di mata coklat kamu. Kita bisa aja berjarak, Chik. Aku ngga pergi. Aku bergeser supaya kamu bisa lihat lebih luas. Ngga terhalang sama aku. Kamu ngerti kan?" Mira balas mengecup punggung tangan Chika.

"Aku ragu, Mir."

"Ragu? Waktu kamu bantu aku itu apa? Itu keberanian. Kamu itu berani, hanya memang harus ada yang ngingetin kamu supaya berhati - hati dan ngga salah langkah."

"Ingetin Chika ya? Aku takut apa yang Chika lakuin itu malah nyusahin banyak orang."

"Jadikan itu pelajaran berharga, Chik. Yang menurut kamu itu baik, bukan selalu akan baik - baik aja. Dan aku tidak akan pernah lagi biarin kamu sendirian." Mira mengusap - usap punggung tangan Chika. Ia kembali mendorong Chika memandangi pemandangan kebun teh yang hijau dari halaman belakang villa.

"Mira!" panggil Chika.

"Apa?" Mira merunduk, memberi atensi kepada Chika. Pipi mereka lalu saling beradu sembari memandang ke depan.

"Nikah yuk?!" pekik Chika.

"Hah? Hadeeeh...mikirnya malah ke sana dah." Chika menjidatkan telapak tangannya.

"Mira ga mau nikah sama Chika?" Suara Chika terdengar getir. Takut ada penolakan.

"Lhaaa.... hayuk!! Hahaha..." Mira tertawa lepas. Disusul Chika tertular tawa Mira. Chika menarik kedua lengan Mira hingga membungkuk agar bibir Mira bisa tak ada jarak, lalu menciumnya sekejap.

"Bukannya kita dah dinikahin ya waktu di rumah sakit?" tanya Chika, kepalanya mendongak melihat Mira. Ia terkekeh.

"Oh iya. Berarti aku boleh ngapa - ngapain kamu dooong. Hehehe..." bisik Mira lalu menggelitik pinggang Chika.

"Miraaa! Geliiii....nakaaaal nich!" pekik Chika cekikikan.

Dua pasang mata memperhatikan mereka dari kejauhan sejak tadi. Tatapannya hostile dan cenderung penuh iri.

Dia [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang