Happy ReadingAkhirnya Chika terbangun dari tidurnya. Betapa terkejutnya ia melihat hari sudah gelap melalui jendela kamar Vivi. Ia melihat jam di layar ponselnya memastikan waktu sebenarnya. Pukul 18.46. Chika menghembuskan nafas panjang. Ia minum lagi minuman tadi yang sudah tidak dingin. Tenggorokannya terasa kering.
"Beuh, anak perawan baru bangun...," Vivi masuk ke dalam kamar, mengeringkan rambutnya memakai handuk. Ia menyalakan musik di ponselnya yang terhubung dengan speaker blutooth. Lagu lawas dari Foreigner pun mengalun, Break It Up. Vivi menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama lagu nuansa rock itu.
Made myself a prisoner
I locked myself away
Can't remember the last time
I saw the light of day"...dah sholat maghrib belom lo?" ucap Vivi lalu tercenung, merasa ada yang salah sama ucapannya. Ia meralatnya, "Eh, maaf, Chik. Duh ini mulut lancang amat pengen mualafin..." Vivi menepuk bibirnya berulang kali.
Karena nyawa Chika yang belum terkumpul penuh, ia tak menghiraukan perkataan Vivi barusan. "Kok aku ngga dibangunin?"
Vivi menggaruk kepalanya, tersenyum miring. "Tidur lo pules banget, Chik. Ga tega mau bangunin. Sori."
"Vi, Chika boleh nginep?"
"Boleh aja sih. Udah bilang nyokap lo?" Vivi duduk di sebelah Chika.
Chika menggeleng, "Ngga akan peduli juga mereka." Nada suaranya melemah.
"Yee, biar gimana tetep harus-" Kalimat Vivi diinterupsi Chika.
"-ortu gue di Singapura, Vi. Bisa apa mereka ngelarang gue?" Chika berbaring lagi. Ia pejamkan mata, menahan sesuatu yang tak ingin ia keluarkan.
"Ooh..." Vivi coba mengalihkan pembicaraan, "Mandi dulu gih, abis itu kita makan."
"Pinjem baju, Vi." Chika bangun, menyeka matanya yang hampir terisak.
"Pinjem duit juga boleh. Hehehe..." canda Vivi yang akhirnya membuat senyum Chika mengembang lebar.
°°°
Chika mencicipi sesendok sayur buatan Bu Badrun seujung sendok. Indera perasanya bekerja menilai rasanya. Ia tidak terbiasa makan makanan rumahan pada umumnya. Tapi kali ini...
"Enak, Bu. Ini sayur apa?" Chika menyendok lagi dengan sedikit nasi dan kuahnya. Lahap. Tiga pasang mata memandangi Chika yang asing dengan masakan harian keluarga mereka.
"Sayur asem," jawab Bu Badrun, menghentikan makannya. Vivi malah kaget Chika makan selahap itu kayak orang seminggu belum ketemu makanan.
Chika terkekeh, "Namanya lucu tapi enak banget. Ini apa?" Ia menyendok satu lauk kecil berwarna coklat muda. "Asin..."
"Yang di sendok ikan asin jambal, yang itu tempe goreng," jawab Bu Badrun. Ketiganya masih tercengang dengan nafsu makan Chika.
Chika menambah kuah sayur asemnya. "Chika boleh ya nambah lagi?"
"Vi, temenmu abis semedi apa gimana?" bisik Bu Badrun.
"Biasa makan makanan kumpeni, Mak," balas Vivi mendekat ke Ibunya. Dalam hati Vivi senang bisa melihat Chika seantusias itu di meja makan. Chika yang anak tajir melintir ternyata menyukai masakan sederhana.
Usai makan, mereka nongkrong di teras. Memperhatikan orang - orang yang berlalu lalang dan saling menyapa. Suasananya terasa berbeda sekali bagi Chika yang terbiasa dengan kesunyian di rumah.
"Vi, kita sekelas tapi kenapa ngga akrab ya? Vivi jarang nyapa, hampir ngga pernah ngajak aku ke kantin malah," tanya Chika mengambil gitar dari pangkuan Vivi, menggenjrengnya asal. "Aku suka merhatiin liat Vivi sering ketawa ngakak sama Flo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia [ChiMi] [END]
FanfictionDia yang mencari teman, cinta, dan keluarga. Bisakah dia menemukan ketiganya? Start : Wed, Feb 17, 2021