Part 17

1.6K 247 12
                                    


Happy Reading

Hujan turun amat deras sehingga hawa udara menjadi dingin dan cenderung sejuk, menyeruak masuk ke dalam kamar Chika. Mira duduk bersandar di headbed sembari disuapi semangkuk sup krim hangat. Tubuh Mira sampai sedada diselimuti karena tadi menggigil. Rambut Mira yang sebahu sudah Chika ikat ke belakang agar tak mengganggu makan mereka.

Mata Mira sudah tak lagi berlinang air mata, sedikit bisa ditenangkan oleh sup tadi. Chika sendiri tak jadi mandi, memilih menemani Mira.

"Haah, panas, Chik sup-nya." Mira mengipasi bibirnya. Supnya ngga anget - anget banget.

"Eh, maap, Mir. Ngga jontor kan?" Chika hendak memegang bibir merah Chika tapi tak jadi. Takut ia khilaf.

"Jeding dikit sih." Mira menenggak air minumnya.

"Chika cium sembuh weh!" ucap Chika refleks. Mulutnya refleks khilaf tiap liat Mira. "Eh, maaf."

"Chik."

"Iya?"

"Kenapa lo baik banget..." bisik Mira lirih, "...padahal gue udah–"

"Ngomong gitu lagi Chika cium nich," ancam Chika.

"–jahat!" Mira sengaja meneruskan.

Cup

Mira terperanjat, bibirnya beneran dicium mesra Chika satu detik.

"Mira sengaja ya? Curang!" Chika terkekeh.

"Kaga! Keceplosan sumpah," Mira denial. Mupeng padahal.

"Tuh kan, hidung Mira kelap kelip!" tunjuk Chika ke hidung mancung Mira. Jarak mata mereka tak sampai dua jengkal. Satu trigger lagi maka kekhilafan akan menjadi keniscayaan bagi Mira bahwa Chika begitu agresif.

"Lu kira lampu sen..." tukas Mira, menahan sebuah rasa yang... sulit ia ungkapkan.

"Mira bisa diem ngga?" Chika mendelik.

"Yah, katanya mau denger cerita?"

"Oh iya weh. Chika suapin ya?" Chika meraih mangkuk supnya.

Mira mengangguk, "Udah adem kan?"

"Dah dingin kek hati Mira ke Chika."

"Ya maaf," ujar Mira lirih.

"Aaaaaa..." Chika menyuapi lagi supnya.

"Kak Beby itu ma-mantan pacar gue," bisik Mira, "Gue ke-nal Beby di bar. Waktu part time pas kelas sepuluh. Dia kelas dua belas, sekolah lain. Beby...sering banget ke bar. Rame - rame." Mira menenggak air minum dari tangan Chika, lalu melanjutkan, "...dia kenal sama owner bar. Ja-di kita diminta buat service Beby. Udah gi-gitu Beby sering buka botol."

Mira menunduk, coba mengingat kembali. "Dia sering ngerayu gue. Gom-balin. Orang-nya baik, ramah, lucu. Cantik. Banget."

"Terus bisa pacaran sama Beby?" tanya Chika.

"Awalnya gue biasa aja. Waktu nembak gue pertama kali, gu-gue nolak, Chik. Ya siapalah gue. Dia ngajakin jalan, anterin gue pulang selalu gue tolak. Nah pas awal awal bulan, gue kaget Bos bilang gaji gue sama Dey dinaikin. Dan itu berarti banget buat gue."

"Weh, bagus dong, Mir?"

"Ya...yaaa mungkin. Lebih kaget pas Dey bilang itu karena dia. Gue tetep part time, tapi digaji hampir kayak yang full time. Di situ gue takut banget."

"Takut? Kenapa?" tanya Chika menyudahi menyuapi Mira. Ia lekas membersihkan sisa sup di tepi bibir Mira.

"Gue ngerasa berhutang budi, padahal gue udah nolak dia. Dan gue ngga begitu kenal banget," Mira menghela nafasnya, "...terus Dey bilang supaya gue terima aja jadi pacar Beby. Lagian se...selama ini Beby emang baik, lembut, kalem. Hitung - hitung bales kebaikan Beby."

Dia [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang