Part 12

1.8K 255 12
                                    


Happy Reading

"Yaah, aku pulang sendirian dong?" keluh Marsha usai latihan musik di studio.

Pupil mata Oniel bergerak mengarah ke Vivi yang sedang membereskan efek gitar.

"Ayo, Niel. Keburu sore banget mager gue," desak Adel, makin memperjelas kode.

Vivi jelas amat peka karena...

(nungguin yaaa...)

"Gue anter, Sha. Biarin aja ondel ondel pulang duluan!" sahut Vivi. Marsha tak dapat menahan tawa.

"Ondelnya satu aja dih, Kak Vivi!" protes Adel.

"Kita kan jalannya ngga gini!" Oniel malah meliuk liukkan tubuh dan tangannya kayak boneka ondel ondel jalan.

"Cocok, Niel! Adel dorong gerobak tanjidor, lo mikul boneka!" sambut Vivi meledek Oniel, memberi jempol.

"Ah, capek ngomong sama Kak Vivi. Ayo ah, Niel." Adel ngambek menarik tangan Oniel keluar studio.

"Lah pundung."

"Kak Vivi sih," cetus Marsha dengan sisa tawanya.

"Bentar, Sha. Ijin dulu." Vivi mengambil ponselnya.

"Ibu negara ya?" tandas Marsha yang disambut senyuman Vivi.

"Halo, Chik. Lagi di mana?"

"Di hatimu. Kamu?"

"Di bola matamu."

"Hihihi...Vivi so swit bet weeh. Napa sayang nelpon? Kan bisa pake bahasa kalbu?"

"Bahasa kalbu kaga ada menara sutetnya. Kaga bakal nyambung, Chik."

"Hahaha, pe'a bet weh. Aku lagi di Mal sama Papa Mama."

"Aku mau nganter Marsha pulang ya?"

"Jangan ngepot ya sayang?"

"Engga, paling sen kiri tapi ngga belok - belok."

"Haha... Vivi ngeprank."

"Ya udah, keburu ujan nih. Mmmuah..."

"Mmuah...daaah sayaaang..."

Klik

"Napa dah ketawa?" tanya Vivi ke Marsha yang sedari tadi kalo ngga senyum ya ketawa renyah.

"Seru Kak Vivi sama Kak Chika..." tukas Marsha.

"Mau yang menantang?" Alis Vivi naik turun dan menyeringai.

"Apa?" Senyum Marsha memang menawan, lucu, dan imut. Belum lagi suara dan tawa renyahnya. Susah dilupain.

"Jadi pacar gue," imbuh Vivi.

"Hahaha, nanti aku dimarahin Kak Chika."

"Kan menantang?"

"Gaje, Kak Vivi..." Marsha mesam - mesem dan beranjak duluan keluar studio. Vivi menyusul.

Marsha berdiri di sebelah motor menunggu Vivi sambil memandangi jalanan. Vivi refleks mengambil helm dan memakaikannya ke Marsha.

"Ga usah ngeliatin tar naksir," pungkas Vivi saat mengaitkan tali helm Marsha.

Adik kelas Vivi itu cuma tertawa kecil, menahan malu, dan menepuk bahu Vivi.

"Eeh, mukul - mukul. Terpesona ya?" Vivi menggodanya, ekor matanya melirik nakal.

"Kak Vivi udaaah aaah," Marsha berceloteh manja, senyumnya tak lepas sedari tadi digoda Vivi. Ia semakin salah tingkah di hadapan buaya betina. Marsha tetap merasa sungkan untuk menanggapi gombalan Vivi yang jadi kakel-nya.

Dia [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang